[caption caption="Sultan Hasanuddin Banten dan Sultan Hasanuddin Makasar(wiki)"][/caption]
Saya biasanya memanggil sosok besar berkacamata ganteng ini dengan abangku, sepantasnya saya panggil dia abang karena dari kerut wajahnya jelas banyakan dia dari pada saya. Belum lagi ukuran kegantengan jelas dia kalah sedikit dengan saya yang biasa dia panggil adekku.
Banyak sebenarnya orang yang musti saya panggil abang di kompasiana ini, baik dari sisi usia maupun keilmuan. Namun entah mengapa dengan abangku yang satu ini saya seperti tak berjarak, padahal hubungan kakak adik ini sangat berjarak kilometer jauhnya. Abangku di Makasar sementara saya sendiri di Banten. Kedekatan kami hanya dipersatukan oleh media daring yang menjadi jembatannya.
Sampai saat ini saya tak memiliki nomor kontak beliau dan saya juga entah mengapa tak begitu ingin mendapatkannya, demikian juga abangku ini. Tetapi entah mengapa cukup dengan efbeh atau via kompasiana saya sepertinya merasa dekat dengan beliau.
[caption caption="Kompasianer Makasar dan Kompasianer Banten (gambar milik masing-masing)"]
Apakah kedekatan ini karena secara emosional kami sama-sama memiliki sultan dengan nama yang sama yaitu Sultan Hasanuddin, entahlah. Padahal sejatinya Sultan Hasanuddin versi Makasar adalah raja Gowa ke 16, dengan nama asli I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15, lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) .Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur.
Sementara Sultan Hasanuddin versi Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera ke 4 dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan) bergelar Pangeran Sabakingking atau Seda Kikin pemberian dari kakeknya Prabu Surosowan seorang bupati Banten (sebelum berdiri kesultanan Banten). Lahir tahun 1478 M dan wafat tahun 1570 M.
[caption caption="Sama-sama suka deket pohon (gambar milik masing-masing)"]
Di mata saya abangku orangnya humoris, tak gampang tersinggung walau dijadikan bulan-bulanan meme kompasianer dengan beragam versi baik oleh R Gaper Fadli atau oleh Bain Saptaman sang pemilik ontel fenomenal. Dia juga gampang meminta maaf pada kompasianer lain walau saya tahu beliau tidak salah saat menegur kompasianer lain lewat tulisannya. Ini jelas menunjukkan kerendahan hati abang yang jadi pelajaran buat saya sebagai adiknya.
Mungkin ada yang mempersatukan kami berdua adalah cara berbusana yang sama, yaitu sama-sama menyukai peci nasional sebagai asesoris gaya busana kami. Makanya kami tergabung pada komunitas PPNI (Penggemar Pici Nasional Indonesia).
[caption caption="Pecinya tak pernah ketinggalan (gambar: Muhammad Armand)"]