Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Lyfe featured

Tersesat ke Kompasiana, Saya Bukan Lagi Guru dalam Tempurung

22 September 2015   09:18 Diperbarui: 10 Juli 2018   18:12 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum mengenal kompasiana saya hanyalah seorang guru kampung yang berputar-putar pada satu tempat saja. Berangkat ke sekolah kemudian balik maning ning omah (kembali ke rumah) dan tentu saja sebagai manusia biasa sedikit banyak akan dihinggapi rasa bosan yang berkepanjangan.

Terlebih kegiatan luar yang biasa diikuti berupa pelatihan dan seminar guru sudah sangat jarang saat ini sehingga pengalaman dan pengetahuan tentang dunia luar semakin tidak bertambah.

Hadiah pertama saya dari Kompasiana&sponsor (dokpri)
Hadiah pertama saya dari Kompasiana&sponsor (dokpri)
Masuk Frezz (artikel cetak) pertama kali [gambar: kompasiana.com]
Masuk Frezz (artikel cetak) pertama kali [gambar: kompasiana.com]
Nangkring pertama di acara titik balik Manulife (dokpri)
Nangkring pertama di acara titik balik Manulife (dokpri)
Karena Kompasiana saya bisa nongkrong sejenak di kantor Gugel (gambar: Rahab Ganendra)
Karena Kompasiana saya bisa nongkrong sejenak di kantor Gugel (gambar: Rahab Ganendra)
 Kecepatan murid dalam mengakses ilmu pengetahuan baik berupa pengalaman langsung maupun lewat dunia daring serta aktifitas membaca bila tidak diantisipasi guru tentu saja akan terasa jomplang. Guru yang merupakan muara ilmu pengetahuan bagi murid-muridnya jelaslah harus memiliki segudang ilmu dan pengalaman nyata yang kemudian bisa disebarkan kepada murid-muridnya.

Apa jadinya sebagai seorang guru yang bicara pentingnya memiliki kemampuan menulis bagi muridnya bila guru sendiri tidak memiliki pengalaman menulis atau setidaknya memiliki kemampuan dasar menulis. Lewat kisah-kisah nyata yang dialami seorang guru maka bobot menyampaikan sebuah pengetahuan akan lebih terasa ruh-nya dibanding hanya sekadar beretorika hasil pengolahan dari buku paket belaka.

Nangkring LPDP, di kementerian Keuangan (dokpri)
Nangkring LPDP, di kementerian Keuangan (dokpri)
 Bersama kompasiana saya banyak mengalami hal-hal baru yang agak sulit digapai bila dilakukan dengan upaya sendiri, pengalaman baru tersebut sedikit banyaknya memperkaya khasanah bobot mengajar saya dan setidaknya menjadi motivasi bagi murid sehingga mampu mengadopsi pengalaman gurunya bahkan lebih lewat ketekunan menuntut ilmu di bangku sekolahnya.

 Saya bukan lagi guru dalam tempurung. 

Bahwa guru harus memiliki ilmu pengetahuan seluas samudera, pengalaman seluas dunia adalah idaman besar buat saya, namun keinginan menggapai itu semua tentulah tidaklah mudah terlebih mengunjungi tempat-tempat yang tidak mungkin saya gapai karena keterbatasan dana dari seorang guru yang hanya berstatus honorer dari sebuah yayasan pendidikan di daerah seperti saya.

Berkunjung ke pabrik Kuldon dan sekiitar Solo bersama pendekar Cetho (gambar: deltomed.com)
Berkunjung ke pabrik Kuldon dan sekiitar Solo bersama pendekar Cetho (gambar: deltomed.com)
Lewat acara kopdar dan nangkring dan ragam lomba di kompasiana secara tak sadar saya digiring untuk mengalami serta mengunjungi tempat-tempat yang menambah khasanah pengalaman saya serta berhubungan dengan orang-orang hebat yang melepaskan jubah kehebatannya serta mau berbagi dengan siapapun termasuk saya, mereka adalah kompasianer-kompasianer yang ikhlas bersahabat dan berbagi ilmu dengan saya.

Sebagai seorang kampung yang minim pengalaman terkadang saya harus mengalami kelucuan karena kenorakan saya mengunjungi Jakarta, Tak terhitung berapa kali salah tempat karena salah lokasi acara nangkring. Harusnya mengunjungi plaza Indonesia malah masuk ke Senayan city, atau sebaliknya.

Rumah Teh Ndoro Donker bersama kompasianer (dokpri)
Rumah Teh Ndoro Donker bersama kompasianer (dokpri)
Udah dikasih piknik ditambahin Ipod MP4 (dokpri)
Udah dikasih piknik ditambahin Ipod MP4 (dokpri)
Berapa kali saya harus terkaget-kaget menikmati makanan barat yang belum pernah saya coba sehingga saya harus pusing dan diare setelahnya. Atau mulut saya terbata-bata saat bertanya pada Doorman perihal lokasi nangkring di hotel yang belum pernah saya injak sebelumnya.

Tak terhitung berapa kali saya dudukan di pojokan karena mindernya saya yang luar biasa bertemu orang-orang hebat di kompasiana. Diam terpaku memperhatikan narasumber tanpa menyapa orang sekitar saya. Saya yang aslinya minder dan norak menjadi minderman dan norakman sedunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun