[caption id="attachment_304034" align="aligncenter" width="640" caption="Opak Ketan "][/caption] Opak ketan termasuk kudapan khas Sunda yang berbahan dasar beras ketan dan memiliki dua rasa, yaitu manis dan asin (gurih). Kuliner tradisional ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat dan Banten termasuk di daerah saya Pandeglang yang berada di wilayah Banten sebelah barat. Kampung halaman saya masih menyimpan banyak pengrajin kudapan ini walaupun rata-rata sudah berusia tua dan sudah kurang diminati generasi penerusnya. Dua diantara pembuat opak ketan yang dekat dengan rumah saya pun saat ini hanya membuat berdasarkan pesanan. Karena memang kue ini biasanya banyak muncul pada saat kendurian ataupun peringatan-peringatan hari besar Islam. Toko oleh-oleh yang ada di kota kabupaten pun masih sedikit menyerap Opak Ketan ini dan lebih banyak didominasi olahan emping, yang memang lebih mudah dimodifikasi ke segala macam rasa. [caption id="attachment_304037" align="aligncenter" width="502" caption="Menggiling adonan menjadi opak mentah"]
[/caption] Mak Surti termasuk generasi ke tiga pengrajin kue tradisional "Opak Ketan" meneruskan jejak ibu dan neneknya dan termasuk sering mendapatkan pesanan karena olahannya yang renyah. Pernah, satu waktu karena kondisi yang mendesak saya mencoba membeli dari toko oleh-oleh di kabupaten ternyata rasanya masih di bawah Mak Surti, teksturnya masih terasa kasar yang dapat diartikan cara menumbuk ketannya tidak sampai halus. Sehingga waktu dimakan masih terasa butiran ketannya. [caption id="attachment_304039" align="aligncenter" width="502" caption="Penulis berkali mencoba menggiling adonan namun gagal"]
[/caption] Yang unik di mata saya Opak Ketan yang bisa dikategorikan keluarga kerupuk ini dimasak tidak dengan cara digoreng melainkan dengan dipanggang menggunakan bara api sedang di atas arang kayu. Aroma panggang dari arang kayu inilah ikut menambah nikmatnya mengkonsumsi
kuliner tradisional ini. Bukan tidak mungkin bisa dipanggang di atas gas elpiji, namun berdasarkan penuturan mak Ijah hasilnya tidak sesuai yang diharapkan dan tentunya akan menaikkan ongkos pengolahan pula. Sambil mendampingi mak Surti menggiling adonan opak saya sedikit memberikan usul untuk membuat bentuk Opak Ketan dengan diameter lebih besar, mak Ijah tertawa tekekeh sambil menirukan iklan di televise,
"wani piro". Bisa katanya, sepanjang pemesan membutuhkan itu, tutur mak Ijah. Beliau pun menambahkan bukan tidak ada keinginan membuat bentuk yang lebih variatif namun untuk memasarkan yang sudah ada saja sangat kesulitan. Sehingga saat ini mak Surti hanya membuat berdasarkan pesanan pelanggannya termasuk saya hehehhe... [caption id="attachment_304041" align="aligncenter" width="502" caption="Proses pemanggangan cukup di tungku sederhana"]
[/caption]
Resep membuat Opak Ketan 1.     Beras Ketan 2.     Kelapa untuk santan(untuk 3 kg beras ketan cukup 1 kelapa) 3.     Gula pasir secukupnya 4.     2 butir telor
5. Garam secukupnya
Cara Membuat Opak Ketan 1.     Beras ketan ditanak hingga matang 2.     Bumbu lengkap dicampurkan termasuk Santan kelapa 3.     Ditumbuk sampai halus hingga berbentuk adonan 4.     Adonan digiling tipis, kemudian dicetak bulat dengan diameter 10cm-12cm 5.     Adonan tipis yang sudah berbentuk bulat tadi dijemur hingga kering. 6.     Dipanggang hingga mengembung seukuran diameter 1cm-2cm. 7.     Opak ketan siap dibungkus/dinikmati. [caption id="attachment_304043" align="aligncenter" width="502" caption="Menggiling adonan terlihat mudah namun nyatanya susah"]
[/caption]
Bagaimana perhatian Pemerintah pada Usaha Kecil Menengah /UMKM Sebagaimana industri pariwisata dan budaya Indonesia yang sebetulnya kaya dan layak dijual, perhatian pemerintah memang kurang memaksimalkan kerjanya untuk menggali terus potensi bangsa ini sehingga mampu menganggkat industri pariwisata, budaya serta kuliner tradisional ke permukaan. Setali tiga uang Usaha Kecil Menengah pun sepertinya jalan di tempat, persoalan ketiadaan dana selalu menjadi alasan klasik, padahal dana bisa jadi dianggarkan. Tinggal bagaimana masing-masing departemen bersungguh-sungguh membuat terobosan-terobosan baru dan program-program yang bersifat ekonomi kerakyatan yang pada titik akhirnya mampu mengangkat potensi bangsa ini menjadi lebih maju ke depan. Teringat tulisan Yusran Darmawan seorang kompasianer yang berkunjung dan membandingkan keindahan Pantai Phuket Thailand sesungguhnya masih kalah jauh indah dengan Indonesia. Hanya saja keseriusan pemerintah Indonesia masih kalah dengan keseriusan pemerintah Thailand dalam mengangkat potensi yang ada di negaranya hingga mereka mampu menjual potensi-potensi itu yang serta merta tentu saja akan memasukkan devisa yang tidak sedikit bagi pendapatan negara. Kuliner tradisional Indonesia begitu beragam dan tidak kalah menariknya dari Negara lain, hanya saja tampaknya depertemen-departemen yang berwenang mengurusi potensi-potensi bangsa ini lebih senang berada duduk manis di belakang meja dibanding bergerak ke lapangan untuk belanja masalah selanjutnya mencari solusi-solusi pemecahan demi kepentingan bangsa ini.
Bukankah itu tupoksi mereka sebenarnya?. ***
Salam Kompasianer, berkah bagi pembaca dan jaya Kompasiana.
***
Revolusi 2014: Membuat buku sebagai warisan buat anak
Berbagi kebahagiaan (honor freez) dengan narasumber
Libur Sekolah, berjualan Ayunan tali/Hammock
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya