[caption id="attachment_333331" align="aligncenter" width="378" caption="Beberapa pembeli sedang menawar apem Cimanuk"]
Mereka menawarkan kuliner ini dalam kemasan daun pisang yang akan diacungkan dengan segera bila pengendara mulai berhenti atau memperlambat saat melewat pasar tersebut.
Harganya lumayan terjangkau, yaitu sebesar 600 rupiah/pc-nya atau 12.000 rupiah perbungkus yang berisi dua puluh biji/pieces. Namun bila kita lihai menawar biasanya akan bisa kita dapatkan dengan harga sepuluh ribu/bungkus yang berisi 20 pcs tidak termasuk kinca atau cairan gulanya.
[caption id="attachment_333333" align="aligncenter" width="560" caption="Suasana pasar Cimanuk menjeang sore "]
Banyak pula apem yang dijual murah dari kampung lain namun rasanya kurang mengigit karena olahan berasnya sepertinya sudah tidak murni karena ada campuran tepung lain sebagai bahan utamanya.
Bila kita sedikit menengok ke daerah Cirebon yang merupakan wilayah yang memiliki nilai historis dengan Banten kita akan menemukan kegiatan yang biasanya  diakukan pada bulan puasa, yaitu Ngapem (berasal dari kalimat Apem), Ngirab dan Rebo Wekasan.
Tradisi ngapem ini berasal dari keraton yang sering membagi-bagikan apem di bulan ini, ada juga diartikan pada masa penjajahan belanda di Cirebon bahwa apem melambangkan belanda yang harus di musnahkan dari cirebon dengan memasukan apem ke dalam kinca.
[caption id="attachment_333334" align="aligncenter" width="378" caption="Penjual apem"]
Hubungan persaudaraan antara kesultanan Cirebon dan Banten di masa lalu bisa jadi memunculkan kuliner apem yang juga ada di daerah Pandeglang.
Bagi kompasianer yang berkunjung ke arah Pandeglang kemudian melanjutkan ke pantai Carita atau Tanjung Lesung melaui jalur keamatan Cimanuk, sesekali layak mencoba kuliner khas pandeglang ini. Dijamin anda kekenyangan bila menikmati dalam jumah yang banyak heheheheheh....
Salam apem...