[caption id="" align="aligncenter" width="464" caption="Ilustrasi [www.islam2u.net"]"][/caption]Selepas memimpin kendurian penamaan anak (Walimatut Tasmiyyah) di kampung sebelah, kiyai Untung bersama santri juga Tohir pembantu setianya berjalan menyusuri jalan raya menuju pulang ke pesantrennya.
Perjalanan rombongan Kiyai Untung terhenti saat di depan mereka terlihat seorang ibu paruh baya yang terduduk di pinggir jalan sambil menangis sesunggukan. Beberapa kali ia menghapus air matanya dengan ujung bajunya, namun tangisannya tak bisa ia hentikan.
"Assalamualaikum Ibu, ada apa gerangan ibu menangis di pingir jalan seperti ini" : Tanya Kiyai Untung dengan pelan dan hati-hati. "Saya kecopetan kiyai, saya baru nengok anak yang kerja di kota dan uang pemberiannya untuk ongkos melanjutkan perjalanan dan bekal hidup saya dicopet entah di mana tadi" : jawab ibu paruh baya sambil tangannya tak henti mengusut air matanya yang terus saja mengalir.
Kiyai ingat amplop pemberian tuan rumah yang mengadakan kendurian yang langsung diberikan kepada ibu yang tengah menangis setelah sebelumnya kiyai Untung menambahkan pula 2 lembar seratus ribuan. "Sudah ibu, jangan menangis lagi. Ini ada rizki dari Allah, mudah-mudahan cukup untuk ongkos ibu pulang dan bekal ibu beberapa hari" : Ucap kiyai Untung sambil menyerahkan amplop pada ibu tersebut. Sang Ibu Paruh baya menerima pemberian uang dari kiyai Untung dengan wajah berser-seri. Tangisannya pun surut berubah senyuman di wajahnya.
"Tohir, ayo berikan juga amplopmu pada ibu ini..!" : tiba-tiba Kiyai Untung memerintahkan muridnya untuk memberikan amplop pemberian tuan rumah kendurian pula. "Cuman sepuluh ribu pak Kiyai, ini juga buat beli sabun Tohir" : Elak Tohir, namun akhirnya diberikan juga amplop berisi uang sepuluh ribu setelah melihat tatapan Kiyai Untung yang terlihat menegaskan perintahnya.
**************
Setiba di pesantren kiyai Untung bergegas menuju rumahnya bersama Tohir, setelah melihat ada mobil yang terparkir di depan rumahnya. Memasuki rumahnya Kiyai Untung disambut gembira oleh sang tamu dengan mencium tangannya sambil wajahnya tak henti  melepaskan senyuman.
Setelah ngobrol banyak tentang pesantren Kiyai Untung, tamu tersebut mengutarakan maksud kedatangannya yang ingin menyerahkan infaknya untuk pesantren. "Ini saya ada rizki pak kiyai, proyek saya berhasil dengan baik. Dan atas informasi teman saya di arahkan ke sini. Tolong diterima ini sebesar 20 juta untuk kebutuhan pesantren".
Setelah berdo'a  syukur bersama tamu tersebut, Kiyai Untung mempersilahkan tamu untuk kembali mencicipi kue dan minuman yang dibawa Tohir. Saat melayani tamu tersebut, Tohir dikejutkan dengan ucapan tamu tersebut, sambil tangannya menyodorkan uang selembar seratus ribuan. "Nak, ini buat kamu..!. Tentu saja pemberian tersebut disambut disambut gembira oleh Tohir.
Sambil berjalan ke dapur tak henti Tohir berucap syukur atas rizki yang diterimanya hari ini, dan sekelabatan tiba-tiba Tohir teringat kembali pengajian Kiyai Untung tentang sodaqoh. "Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-An'am (6) : 160
***********