Siapa disini yang suka baperan? Pragmatik bisa jadi solusi untukmu yang suka baperan. Baper merupakan sebuah singkatan dari 2 kata yakni "Bawa" dan "perasaan". Baper atau bawa perasaan merupakan emosi seseorang yang mudah terpengaruh oleh perkataan orang lain di sekitarnya. Kata baper akhir-akhir ini menjadi populer di kalangan pemuda terutama kalangan Gen-Z di Indonesia. Â
Lalu apa hubungan baper dengan pragmatik?. Pragmatik merupakan salah satu ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna dari perspektif konteks yang terjadi. Di dalam pragmatik, kita akan tahu bahwa makna dalam suatu kata tidak hanya terletak pada apa yang diucapkan, tetapi juga pada konteks yang terjadi.
 Dengan kita memahami konsep dari ilmu pragmatik akan dengan mudah membantu kita menjadi lebih sadar tentang bagaimana cara menginterpretasikan pesan dan makna dari ucapan orang lain.Â
Ilmu pragmatik merupakan kunci utama dalam memahami kata demi kata interaksi manusia. Ketika seseorang merasa baper seringkali lebih fokus pada arti kata yang diucapkan orang lain saja tanpa mempertimbangkan konteksnya. Bisa jadi kata-kata yang dicerna orang yang merasa baper berbeda dengan apa yang dimaksud oleh si penutur.Â
Hal tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yakni kurangnya kemampuan berkomunikasi yang baik dan ekspektasi yang tinggi atau tidak realistis. Memahami konsep-konsep pragmatik dapat membantu mengatasi emosi baper dengan cara lebih efektif Dengan memahami pentingnya keterampilan berkomunikasi.Â
Keterampilan komunikasi menjadi sangat penting untuk mengatasi serta mencegah perasaan baper. Melalui belajar bagaimana cara mengungkapkan perasaan yang jelas, menyelesaikan konflik dengan cara yang baik, mengedepankan rasa empati, kita akan dapat membangun interaksi yang lebih sehat dengan menghindari kesalahpahaman.Â
Ada beberapa hal yang akan kita dapatkan jika mempelajari pragmatik. Pertama, lebih pintar mengelola ekspektasi. Dengan mempelajari pragmatik kita akan sadar bahwa tidak semua yang orang katakan memiliki makna yang mendalam.Â
Terkadang banyak orang yang hanya asal ucap saja secara spontan tanpa maksud tertentu. Kedua, pendengar yang baik. Dengan kita lebih memperhatikan konteks ketika berinteraksi dengan seseorang. Kita menjadi lebih bisa memahami maksud sebenarnya dari apa yang orang lain ujarkan.Â
Dari kedua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Dengan memahami pragmatik atau memahami suatu makna kata melalui konteks yang ada, kita akan dapat menjadi lebih bisa mengontrol akan bagaimana kapasitas kecenderungan kita untuk membaca makna dari kata yang diujarkan orang lain. Dengan demikian kita dapat lebih pintar mengelola emosi dengan baik serta membangun hubungan dengan orang lain menjadi lebih sehat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H