"Euforia belanja jelang Ramadan dan Idul Fitri melonjak, didorong promo besar dan kebutuhan perayaan. Namun, konsumerisme berlebihan mengintai, mencerminkan tren konsumsi digital yang menuntut strategi finansial cerdas demi stabilitas ekonomi pribadi dan keluarga."
Tren Belanja Menjelang Hari Raya
Menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, lonjakan belanja tahunan mencerminkan antusiasme masyarakat dalam mempersiapkan kebutuhan pribadi dan keluarga. Menariknya, tren ini dimulai jauh sebelum perayaan, dengan konsumen berburu makanan, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga lebih awal.
Bank Indonesia (2023) mencatat transaksi ritel naik 15-20% saat menjelang Ramadhan, didorong oleh promo dan diskon dari e-commerce serta toko ritel. Deloitte (2024) menemukan bahwa 70% konsumen Indonesia memilih e-commerce untuk belanja Ramadhan dan Lebaran karena kemudahan serta efisiensinya.
Peran E-Commerce dalam Perilaku Konsumen
E-commerce menjadi saluran belanja utama karena praktis dan efisiensi, memungkinkan konsumen berbelanja dari rumah. Menurut We Are Social dan Hootsuite (2024), 80% pengguna internet (konsumen) Indonesia bertransaksi via e-commerce merasa puas, terutama belanja saat liburan dan hari besar.
Data dari Deloitte, (2024) dan diperkuat data oleh Kemp Simon, (2024), menunjukkan bahwa adopsi e-commerce di Indonesia, dengan 80% konsumen puas. Promo seperti diskon dan cashback mendorong belanja lebih awal sebelum harga naik menjelang Ramadhan bahkan Idul Fitri.
Selain itu, studi yang dilakukan oleh Statista (2024) mencatat bahwa sektor e-commerce di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 23% pada tahun 2023, terutama pada kategori fesyen, makanan, dan produk rumah tangga, yang menjadi kebutuhan utama masyarakat selama bulan Ramadhan.
Konsumerisme dan Risiko Pemborosan
Hasil survey Nielsen (2024) menunjukkan bahwa 40% konsumen sering berbelanja impulsif saat Ramadhan dan Lebaran, menyebabkan pengeluaran melebihi anggaran. Jika tidak dikendalikan, kebiasaan ini dapat mengganggu stabilitas keuangan keluarga dalam jangka panjang.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2023), masyarakat Indonesia cenderung meningkatkan konsumsi pada kuartal kedua setiap tahunnya, terutama menjelang hari raya. Namun, tanpa perencanaan keuangan yang matang, lonjakan belanja ini bisa berujung pada kesulitan finansial pasca-Lebaran.
Strategi Belanja yang Bijaksana
Untuk menghindari pemborosan, penting bagi konsumen untuk memiliki strategi belanja yang bijaksana Rohmawan Anang, dkk (2024). Salah satunya adalah dengan menerapkan prinsip prioritas kebutuhan, yakni membeli barang yang benar-benar diperlukan untuk Ramadhan dan Lebaran, serta menunda pembelian barang yang bersifat sekunder atau tidak mendesak.