Mohon tunggu...
wiezkf
wiezkf Mohon Tunggu... Human Resources - Open Observer

Pengamat bebas dengan imajinasi liar, penulis lepas yang tangannya sering nyasar ke keyboard, data analyst yang suka ngulik angka sampai mau minta cuti, reviewer jurnal bereputasi yang hobi debat sama teori!. Cukup dengan laptop, kopi, dan rasa ingin tahu, analisis data serta ulasan jurnal jadi petualangan epik penuh plot twist, di mana statistik sering menyerah bilang “Skip, aku nyerah!” 😂☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Neurotourism dan Daya Tarik Wisata Halal di Kota Ternate

4 Februari 2025   13:31 Diperbarui: 4 Februari 2025   13:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Masjid Raya Al Munawar Kota Ternate (Sumber: backpackerjakarta.com/Ternate Smile) 

"Dalam wisata halalNeurotourism menggabungkan psikologi, budaya, dan teknologi untuk menciptakan pengalaman mendalam, memengaruhi emosi, serta meningkatkan keterhubungan spiritual wisatawan dengan destinasi yang dikunjungi, sehingga dapat menciptakan pengalaman wisata yang lebih personal dan berkesan".

Wisata Halal: Harmoni Sejarah, Budaya, dan Keberagaman

Pariwisata bukan sekadar destinasi, tetapi pengalaman yang membentuk emosi, pikiran, dan spiritualitas L, Cardoso, et al. (2024). Wisata halal dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan pembangunan pariwisata suatu daerah dengan memperhatikan aspek sosial-budaya yang relevan Crdenas-Garca et al. (2022). Untuk itu, pemahaman yang mendalam mengenai sejarah dan peluang pengembangan wisata halal di Ternate menjadi sangat esensial. 

Kota Ternate, dengan warisan Islam yang kaya, toleransi, dan keindahan alam, berpotensi menjadi magnet wisata halal bagi wisatawan Muslim global.

Destinasi Wisata Halal di Kota Ternate: Perpaduan Religi dan Alam

Wisata halal di Kota Ternate dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu wisata berbasis sejarah Islam dan wisata alam dengan ketersediaan fasilitas halal.

  • Masjid Sultan Ternate sebagai ikon utama wisata religi, mencerminkan jejak Islam yang telah mengakar sejak abad ke-15.
  • Danau Tolire dan Pantai Sulamadaha menghadirkan keindahan alam yang tetap memperhatikan prinsip-prinsip syariah.

Pengembangan wisata halal yang mencakup aspek alam dan sejarah dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal. Namun, beberapa kendala masih dihadapi, seperti terbatasnya restoran bersertifikasi halal serta kurangnya sistem terpadu yang menghubungkan berbagai destinasi halal dalam satu paket wisata yang menarik bagi wisatawan Muslim global (Widodo et al., 2022).

Masjid Sultan Ternate: Simbol Penyebaran Islam

Masjid Sultan Ternate atau oleh warga lokal disebut "Sigi Lamo" merupakan simbol penyebaran Islam di wilayah Maluku Utara dan sekitarnya (Moloku Kie Raha). Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin (1486--1500), Masjid Sultan Ternate, yang sebelumnya dikenal dengan nama "Masjid Jami' Sultan," merupakan bukti kuatnya akar Islam di Ternate (Hasyim & Yusup, 2016Feener, 2019). Keberadaan masjid ini erat kaitannya dengan perdagangan Muslim Arab dan Gujarat pada masa lalu (Stauth, 2002).

Foto Masjid Kesultanan Ternate atau
Foto Masjid Kesultanan Ternate atau "Sigi Lamo" (Sumber: indonesiakaya.com/Elsa Dwi Lestari) 

Arsitektur masjid menggabungkan unsur lokal dengan pengaruh Islam klasik, di mana struktur bangunannya berbentuk segi empat dengan atap bertingkat menyerupai masjid-masjid di Pulau Jawa (Hasyim & Yusup, 2016). Masjid ini menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah timur Indonesia, berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat pendidikan Islam pada masanya. 

Setiap tahun, masjid ini menjadi pusat berbagai perayaan Islam, seperti peringatan Maulid Nabi dan hari-hari besar Islam lainnya. Sayangnya, pemanfaatan masjid sebagai pusat edukasi sejarah Islam masih minim. Pengembangan program wisata edukasi dapat menjadi strategi untuk memperkenalkan sejarah Kesultanan Ternate serta peran masjid ini dalam penyebaran Islam (Amin, 2017). Selain itu, Masjid Sultan Ternate menjadi salah satu aset penting dalam pengembangan wisata halal di Kota Ternate.

Vihara Agung Tionghoa: Harmoni dalam Kesultanan Islam Moloku Kie Raha

Vihara atau Klenteng Agung didirikan pada masa Sultan Mandarsyah (1648--1675) sebagai bukti hubungan erat Kesultanan Ternate dengan komunitas Tionghoa sejak abad ke-16. Pendirinya, Kapitan Ong Tjuan Hok, adalah pemimpin komunitas Tionghoa yang mendapat perlindungan dari kesultanan (Reid, 2015).

Foto Kelenteng Agung Tian Hou Gong di Ternate (Sumber: ambon.antaranews.com/Abdul Fatah) 
Foto Kelenteng Agung Tian Hou Gong di Ternate (Sumber: ambon.antaranews.com/Abdul Fatah) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun