Bagi H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi, semua masalah dan problem mesti ada jalan keluarnya. Jangan mentok apalagi sampai menyuruh santri bersangkutan pulang kampung.
Artinya, seorang pemimpin apalagi pemimpin pondok pesantren penting sekali memiliki sifat komunikatif. Penting musyawarah dan mufakat, sehingga bisa melahirkan keputusan yang seimbang.
Suatu ketika pernah terjadi masalah yang cukup berat terhadap seorang santri di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan.
Sekitar tahun 1994. Saya baru setahun tiba di pondok itu. Datang masalah terhadap Mardian. Seorang santri asal Lohong, Nagari Balah Aie. Masalahnya cukup berat.
Tapi, Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, sang guru besar pondok belum tahu dan belum pula diberitahu oleh guru tuo.
Hanya saja pengurus OSIP yang menjalankan peraturan di pondok, sudah tiba pada kesimpulan untuk menyuruh mendiang Mardian ini pulang kampung, dan tidak lagi diperkenankan mengaji di pondok.
Di tengah persoalan itu, H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi tiba. Dia berunding dengan seluruh guru tuo dan pengurus OSIP.
Lama perundingannya siang itu. Sebagai senior alumni yang juga Pimpinan Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, Ahmad Yusuf ingin persoalan pada santri bersangkutan tidak sampai pada ranah mendeskreditkan.
Dengan berbagai argumentasi yang pas, melihat dan membaca pertimbangan yang matang. Berbalas pantun pun tak bisa dihindari antara Ahmad Yusuf dengan sejumlah guru tuo ini.
Argumentasi yang bersahabat. Ahmad Yusuf memang terkenal pintar berargumen, lihai berkomunikasi, punya jaringan yang luas.