Kebersamaan. Ini komitmen tak tertulis sepertinya dari kalangan tuanku dalam mengurus perjalanan ziarah jemaah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Padang Pariaman.
Ya, perjalanan ziarah dari 8-15 Januari 2024 yang dimulai di Surau Pekuburan, makam Tuanku Bagindo Lubuak Pua, Syekh Burhanuddin Ulakan, Syekh Mahmud Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Lalu ke Aceh Singkil dan Syekh Abdurrauf as-Singkili yang masyhur dengan Syiah Kuala di Gampong Deyah Raya, Banda Aceh.
Adalah Amrizal Tuanku Sutan, Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro, Buyung Elok Tuanku Kuniang, Nursyamsu alias Bujang, dan Tuanku Damanhuri.
Terutama kebersamaan dalam melakukan ritual ziarah dan ibadah. Shalat berjemaah tiap waktu dengan gantian imam, pemimpin wirid setelah shalat, lalu gantian pula pemimpin doa bersama usai shalat.
Pun ketika melakukan jamak qasar shalat, juga dilakukan secara bersama. Maklum, sama-sama tuanku yang tentu punya pengalaman dan keilmuan tersendiri dalam soal ini.
Begitu juga ketika mengaji, wirid dan tahlil di makam keramat yang dikunjungi, juga bergantian yang mengurah tahlil tersebut.
Para tuanku yang memimpin Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah ini berbeda tempat mengajinya, tentu tak sama pula cara mereka dalam memasyarakatkan tradisi keagamaan itu.
Amrizal Tuanku Sutan adalah ulama tua belum muda terlampau. Kelahiran 1974 di Bisati Sungai Sariak. Dia pernah mengaji di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan.
Bersama Tuanku Afredison, Amrizal ini ikut pindah dan belajar dengan Afredison di Tandikek. Sampai saat ini, Amrizal masih aktif di Tandikek ini.