Mohon tunggu...
Tubagus Lawalata
Tubagus Lawalata Mohon Tunggu... Lainnya - Pedagang Air Keliling

Rakyat yang Memperhatikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menulis adalah Menyalurkan Suara yang Terpendam, Bukan Ajang Mencari Ketenaran

5 Februari 2021   16:40 Diperbarui: 5 Februari 2021   16:46 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terkadang , suara-suara yang terpendam dan cuma bisa didengar di poskamling, warung kopi dekat pasar atau kios penjual rokok depan terminal jauh lebih penting dari pada mereka yang ramai, terkenal dan duduk di kursi seharga 2juta rupiah. Memang semua mempunyai peranan dalam pemerintahan dan kehidupan namun jika suara-suara tersebut tidak bertemu dan menjadi realisasi dalam kehidupan sehari-hari maka akan menimbulkan permasalah yang berulang dan tanpa ujung penyelesaian.

Semua permasalahan yang terjadi akan terus berulang dan berulang. Seakan tidak ada kesempatan untuk belajar dan malah membuat malu gelar yang dipajang dibelakang nama para akademisi, pejabat atau politisi yang begitu panjang seperti kereta api lintas Jawa. 

Tulisan ini sekadar opini sore yang tercurahkan menemani segelas kopi yang sudah tidak panas lagi. 

Mari, kembali menyeduh dan meramu agar hidup tidak sia-sia dan penuh dengan drama politik yang tak kunjung usai, padahal ancaman bencana alam setiap saat siap mengintai. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun