Habis baca perlunya menulis blog setiap hari, ditulis buat jadi alat menyalurkan emosi hati. Yah boleh juga sih. Blog awalnya emang begitu kan ya.Â
Awalnya disebut homepage yang trus karena isinya soal aktifitas pribadi atau opini sendiri, lama-lama disebut web-log. Akhirnya berubah jadi blog.Â
Tapi belakangan blog isinya bukan soal pribadi penulis. Lihat saja Kompasiana ini, dengan tagline "Beyond Blogging" jelas sekali menggambarkan pergeseran fungsi blog. Jujur saya mah kurang paham maksudnya beyond blogging.Â
Ikutan nulis disini awalnya karena mau cari produk lokal yang mirip Medium begitu yang bisa bebas nulis saja. Tujuannya buat ninggalin jejak kalau saya pernah hidup. Biar ada lah opini saya yang tercatat di dunia maya. Sekalian memajukan produk lokal.
Mau buat web sendiri rasanya belum rela bayar langganan hosting. Biasalah, emak-emak, kan sudah seharusnya jago hitung prioritas keuangan. Saya nulis sesuka saya saja. Bila waktu memungkinkan, bila sedang gatal jari dan pikiran. Saya tidak memaksakan harus menulis setiap hari. Kan saya bukan penulis. Bukan content creator atau content writer. Bukan juga wartawan. Ngapain nulis setiap hari? Nulis setiap hari pun, tulisan saya pasti kalah menarik dengan mereka yang memang pekerjaannya menulis. Terbukti tulisan saya gak pernah jadi headline di Kompasiana.
Kalau soal ide, mana mungkin manusia kehabisan ide, kecuali sedang sakit. Kan otak kita jalannya nonstop. Lagi tidur saja masih kerja. Tapi buat penulis, buat content creator, ide yang dimaksud adalah tema yang bakalan menarik banyak pemirsa yang bisa generate traffic yang tinggi. Kenapa? Ya ujungnya untuk uang sih. Dengan mudahnya akses membuat blog, banyak yang melihat kondisi ini sebagai peluang usaha. Akibatnya ya jadi banyak 'wartawan' dadakan yang menulis sesukanya, asal-asalan, Â provokatif, dan menjerumuskan pemirsanya. Saya lebih suka suatu pekerjaan diserahkan pada ahlinya. Mau bikin baju ya ke tukang jahit, bukan ke tukang sayur kan? Walau si tukang sayur mengaku bisa.Â
Soal menyalurkan emosi. Saya suka menyanyi. Saya juga tergabung dalam grup karaoke yang kini vakum gara-gara COVID yang sedang trending. Untung saja masih ada fasilitas karaoke di YouTube. Tapi kalau hati lagi sedih, menyanyi bisa bikin saya menangis tersedu-sedu. Namun setelah itu, hati saya terasa lega sekali. Saya suka perasaan lega seperti itu. Kesukaan orang pasti berbeda-beda. Ada yang suka sepedaan, ada yang memilih memancing, ada yang hobinya nonton film. Apapun itu, sah-sah saja selama bisa membuat hati senang dan bahagia. Orang yang senang bisa bikin orang lain senang juga. Iya kan?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H