POV Istri
Cerahnya pagi kembali menyapa hari ini berkas sinar mentari masuk melalui celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Terlihat nisa dan adit kegirangan yang sedang bermain dengan buk giran, aku tersenyum sembari tertawa kecil karena terlihat dari wajah buk giran yang kelelahan meladeni mereka berdua.
Begitu pula mas andi yang asyik berbincang dengan pak giran sepertinya sedang membahas prospek kebun maupun lahan pertanian yang membentang luas disekitarnya.
Aku tertunduk sejenak mengingat kejadian itu semua rasa bercampur menjadi satu sedih, senang, kecewa di dalam hati yang kemudian menstimulus air mata yang mulai menitik dari sudut mata.
Beberapa saat aku menangis terasa dari arah punggung ada yang mengelus dengan lembut dan tangan itu pun dengan lembutnya berpindah mengelus ke arah kepala sembari mengecup lembut kepala ku.
"kenapa, nduk?" pak giran mulai mengeluarkan suara, yang entah sejak kapan pak giran berada di kamar ku.
"gak papa pak, cuma ada yang ku pikirkan saja pak." ujar ku.
Beliau meraih dagu sembari menghapus air mata di pipi dan mengecup keningku dengan pelan.
"udah jangan sedih, senyum dong". hibur pak giran.