Mohon tunggu...
Tua Hutabarat
Tua Hutabarat Mohon Tunggu... -

Interested on Micro Sociology

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keranjang Nur Umrah

12 Februari 2015   06:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KERANJANG NURUL UMRAH

“...Emma, meloka balikki mabalu beppa ero taibbue ko sikolakku. Iwenni wetunna upatiwi cedde lo sikolae, mega guru sibawa silaokku pojiwi ero beppa taibbue emma..”

Artinya:

“...mak, biar saya bantu jualan kue buatan emak di sekolah. Kemaren waktu saya bawa sedikit, banyak yang suka guru-guru dan teman-temanku di sekolah...”

Begitulah sepenggal percakapan awal antara remaja berumur 11 tahun ini dengan ibunya yang bernamaSarinah sewaktu pulang sekolah. Percakapan itu menjadi asal mula remaja bernama Nurul Umrah setiap hari membawa kue buatan ibu nya ke sekolah SMP DDI Pekkae Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru.

Sejak saat itu setiap sore sampai malam hari Sarinah semakin bersemangat membeli bahan dan membuat kue di dapur kecilnya. Sesekali sebenarnya Sarinah merasa sedih karena di saat anak-anak se usianya diharapkan belajar sungguh-sungguh, anak sulungnya ini harus membawa keranjang dan plastik berisi kue-kue buatan ibu nya di sekolah. Tapi Nurul Umrah memang memang tak pernah malu. Ia malah senang karena guru dan teman-teman sekolahnya suka kue buatan ibunya. Hampir setiap hari kue yang ia bawa habis terjual. Walau harus berjalan dan naik angkutan umum sambil mengangkat keranjang dan plastik berisi kue, ia tidak pernah mengeluh dan selalu mengingatkan ibunya untuk membuat kue untuk dia bawa esok harinya.

Ayah nya adalah seorang petani rumput laut di Dusun Berarue, Desa Pancana tempat tinggal mereka. Selama 2 tahun terakhir kehidupan mereka terasa semakin sibuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mereka berbenah untuk memperbaiki taraf hidup keluarga yang selama ini terasa kurang menjanjikan. Sebelumnya Syarifuddin ayah Umrah hanyalah pekerja empang atau tambak milik orang lain. Bertahun-tahun menjadi pekerja tambak sangat sedikit memberi kepastian untuk bisa hidup lebih baik. Penghasilan sebagai pekerja/buruh tambak sangat tak menentu, itupun harus berbagi hasil dengan pemilik empang.

3 tahun yang lalu ia pun mencoba beralih sedikit menjadi petani rumput laut. Dengan 30 bentangan ia mulai mengharapkan kebaikan laut untuk keluarganya. Namun saat itu menjadi petani rumput laut juga tak semudah yang ia bayangkan. Bekerja sebagai petani rumput laut benar-benar menyiksanya. Sebagai petani rumput laut ia harus setiap hari merawat rumput lautnya di laut, membersihkannya dari kotoran, mengurangi pelampung saat hujan deras dan menambahnya saat musim kering, dan sebagainya. Dulu sebagai buruh tambak ia tak harus se repot itu.

Tapi tekad agar ada perbaikan nasib keluarga dan sekolah ketiga anaknya membuat Sarinah tak henti-hentinya menyemangati Syarifuddin. Dari semangat Sarinah dan Syarifuddin itulah lahir tekad Umrah untuk mendukung jerih payah orangtuanya.

Yang paling dirasakan oleh Umrah dan keluarganya bukanlah uang atau bertambahnya penghasilan. Semangat keluarga untuk memperbaiki keadaan keluarga adalah yang paling utama mereka rasakan selama 2 tahun terakhir. Mereka sekeluarga sadar tantangan tak akan pernah berhenti. Rumput laut juga tak selalu dalam setiap musim memberi penghasilan seperti yang mereka harapkan. Tetapi kemampuan dan semangat berfikir dan bertindak agar kehidupan keluarga menjadi lebih layak adalah modal terbesar yang dimiliki keluarga. Kini mereka punya sekeranjang semangat untuk bertindak bagi perbaikan kehidupan Umrah dan keluarganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun