industri yang penuh dinamika dan tantangan. Namun, bagi kakak-beradik Cecille Christophia dan Calvin Jeremy, perjalanan mereka dalam industri ini adalah kisah ketekunan, kreativitas, dan keberanian. Sebagai alumni TIRTAMARTA Penabur, Jakarta Selatan, keduanya telah menjadikan nilai-nilai yang mereka pelajari di sekolah sebagai fondasi dalam menghadapi dunia yang kompetitif ini. Â
Dunia hiburan adalahAwal Mula: Dari Depan ke Belakang Layar
Cecille Christophia memulai perjalanan kariernya di bangku SMA, tampil sebagai pemeran pendukung di sinetron Senandung Masa Puber dan film Catatan Akhir Sekolah. Namun, seiring waktu, Cecille menemukan bahwa panggilan sejatinya ada di balik layar. Ia kemudian mendirikan talent management bersama adiknya, Calvin Jeremy, sekaligus melanjutkan studi S2 di De La Salle University, Filipina, untuk memperdalam ilmunya.
Sementara itu, Calvin Jeremy mengawali kariernya di dunia musik setelah tampil di acara sekolah Kristen TIRTAMARTA Penabur Jakarta Selatan, di mana bakatnya ditemukan oleh seorang produser. Dari sana, ia menandatangani kontrak dengan Universal Music Indonesia, merilis dua album, dan kini berkarier secara independen.
Tantangan dalam Industri Hiburan
Keduanya sepakat bahwa industri hiburan penuh dengan ketidakpastian, mulai dari pengaruh teknologi hingga kendala finansial. "Tidak semua proses kami jalani dengan mudah. Kesabaran dan ketekunan adalah kunci," ungkap Cecille.
Pandemi menjadi salah satu ujian terbesar. Banyak proyek tertunda atau bahkan dibatalkan. Namun, dengan ketangguhan mental yang mereka pelajari sejak di TIRTAMARTA, mereka mampu menghadapinya.
"Saat menghadapi masalah, saya biasanya bertanya kepada Tuhan, 'Apa yang bisa saya pelajari dari ini?' Dan sering kali, solusi datang dengan cara yang tidak terduga," tambah Cecille.
Peluang Digital di Dunia Hiburan
Teknologi dan media sosial telah mengubah wajah industri hiburan. Cecille dan Calvin memanfaatkan platform digital untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Namun, mereka juga menyadari dampak negatif dari dunia digital, seperti informasi berlebihan dan tekanan sosial.
"Saya pernah merasa kewalahan dengan pekerjaan digital. Sekarang, saya lebih selektif dalam menggunakan media sosial," ujar Cecille.