Mohon tunggu...
Tiara Syahara
Tiara Syahara Mohon Tunggu... -

humorist person , love writing a poem about social sounding

Selanjutnya

Tutup

Puisi

dunia versi kini

3 Mei 2013   17:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

oranye fajar
Mengantarkan palung nyawa yg baru terkumpul
Lalu lalang hilir mudik
Bergegas tergesa mencari dana
Penyumbang utama kehidupan
Diantara gedung tinggi
Dengan marak sorai bising
Besi , rantai , beradu gerak

Tandus..

Yang terlihat
Ketika mentari mulai sepenggalan kepala
Fatamorgana , dispersi warna
Merah , kuning , hijau , biru , bla..bla..bla

Dengan kepulan asap kontaminasi
Monoksida , dioksida , bahkan toxin
Merembet meracuni tiap jengkal rongga tubuh..

Begitu kata mereka,
Kata manusia yang muncul di beberapa tayangan televisi..
Sedang kami ,
Sedikit , ah tidak..
Banyak yang tidak kami ketahui..
Yang ada , cuma tahu
Hutan kami bukan lagi hijau
Tak terdengar lagi ricuhnya
Jangkrik , kumbang , dan binatang malam..

Bahkan kunang kunang , tak dapat izin lagi menyalakan lentera yang ia tanggung..
Kerbau ,,
Ada palang yang menjarakinya dari rumput , makanan utamanya..
Ketika sungai berhenti mengalir
Karena desakan alam yang kian memanas..
Lapis lapis pelindung bumi
Kini berlubang , kian membesar

Bumi kami tak lagi bersahabat..
Dengan pohon yang terus ditebang
Udara kami tak lagi sehat..

Mati

(sajak di acara Manusia dan Alam, saung tinta @Sukabumi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun