Mohon tunggu...
tsuroyya putri saadah
tsuroyya putri saadah Mohon Tunggu... Guru - sarah

Ig : @tsuroyyaputri, @tabula.rasa var sc_project=12668699; var sc_invisible=1; var sc_security="5b0a3072";

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Tidak Ada, Hanya Belum Ku Temukan

28 April 2022   09:52 Diperbarui: 20 September 2022   11:52 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu, apa yang harus kita usahakan lagi? Sudah tidak ada.
...
Aku belajar dari sekitar bahwa hubungan yang terjalin lama belum tentu berakhir bersama. Bisa saja terjalin lama karena ingin menjaga hubungan lain yang tercipta selama bersama dia. Bisa saja terjalin lama hanya karena sudah terlanjur lama. Sadar atau tidak kita seringkali terlalu keras kepada diri sendiri.
Aku pernah teryakinkan oleh seseorang yang menyebut namanya sekarang saja terasa enggan. Aku pernah membersamai seseorang yang dengannya aku kira aku bisa terbahagia kan.
Kecewa? Tentu saja.
Tapi, ibu pernah berkata bahwa kecewa adalah peringatan. Semesta mencoba mengingatkan kita bahwa bukan tugas orang lain untuk membuat kita bahagia, bahwa terkadang ingin hanya bisa menjadi angan.
Dari yang paling aku sayangi, kamu menjadi orang yang aku benci hadirnya. Bagaimana tidak, dengan seenaknya kamu mengatakan, "Tidak ada yang menyakitimu lebih dari aku. Tapi, tidak ada yang mampu mencintaimu seperti aku"
Mungkin memang benar, sampai sekarang belum aku temukan seseorang yang mencintaiku seperti caramu, tapi bukan berarti tidak ada. Dan aku tidak ingin mencari. Untuk sekarang biarkan semua berjalan apa adanya. Sampai sekarang, kamu masih menjadi yang pertama. Tapi bukan satu-satu nya.
Orang-orang sering mengatakan bahwa cinta pertama tidak akan bisa terlupakan. Mungkin benar, tapi bukan berarti tentang dia tidak bisa ditepikan.
Seseorang yang aku kira rumah, malah membuatku tidak betah. Seseorang yang padanya ku serahkan hati, malah darinya aku ingin lari. Benar, menyayangimu adalah keputusan paling tergesa.
Salahku, karena terlalu berharap.
Salahku, karena menganggap aku akan se beruntung mereka yang berhasil dengan kesempatan pertama.
Salahku, karena dengan mudah menyayangimu sebegitunya. Dan berujung diperlakukan seenaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun