Saat ini, pelajar asing yang memperoleh beasiswa wiyatabakti maupun pendidikan semakin menjamur di Kota Sola. Telah terhitung jumlah mahasiswa asal Libya hampir mencapai 300 pelajar. sementara pelajar asal Jordania, Palestine, maupun dari negara Timur Tengah telah terhitung lebih dari 100 orang pelajar. Sebagian besar dari mereka memperoleh beasiswa sepenuhnya dari pihak universitas, sehingga selama 4 tahun mereka tidak dikenai biaya SPP maupun biaya pendanaan untuk pendidikan kampus. Dengan fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma dari pihak kampus, seharusnya mereka wajib memberikan kontribusi bagi bangsa kita sebelum para pelajar tersebut kembali ke negeri asal mereka masing-masing. namun pada kenyataanya, tidak sedikit dari mereka bermasalah dengan oknum keamanan daerah dan menyalahi aturan pemerintah daerah setempat. banyak yang mengendarai motor di jalan raya tanpa Surat Ijin Mengemudi dan Helm sebagai pelindung. Selain itu, ditemukan dari pelajar tersebut mengkonsumsi sabu-sabu.
Mari kita bersama-sama menyelami permasalahan tersebut. Kampus yang memberikan beasiswa sepenuhnya oleh para pelajar tersebut tergolong kampus dengan biaya SPP yang sangat mahal. Mahasiswa yang tentunya adalah dari masyarakat pribumi wajib membayar cicilan SPP tiga kali pembayaran. belum pula untuk pembayaran mata kuliah yang terhitung per SKS. Dari beberapa mahasiswa tersebut, tentunya masih sangat banyak yang termasuk dari golongan menengah ke bawah yang sebetulnya sangat mengharapkan bantuan beasiswa juga dari pihak kampus. tapi kenyataanya, justru lebih memprioritaskan mahasiswa asing dibandingkan mahasiswa pribumi. mahasiwa berprestasipun masih sangat minim dalam pemberian apresiasi, sementara mahasiswa asing belum pernah memberikan prestasi maupun kontribusi sama sekali bagi kampus.
Negara ini semakin lama semakin aneh. Bisa jadi kita merasa terjajah oleh bangsa kita sendiri. Sistem birokrasi pendidikan kita sudah tercuni oleh politik yang mengutamakan prestise, segala macam tetek bengek yang selalu mengabaikan proses. semua ingin serba diperoleh dengan cara yang instan. Inilah yang menjadikan bangsa kita semakin kecil dan mengerdil. ibu pertiwi yang malang. Mengagung-agungkan anak tiri yang diam-diam menggerus hatinya, sementara anak kandung yang kelak yang merawatnya ketika menua justru malah terabaikan dan terlunta-lunta. itulah gambaran yang tepat bagi bangsa kita saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H