"Meratapi dan menyesali masa lalu takkan mengubah apa pun. Bangkit dan perbaiki setiap kesalahan yang ada."         Setiap individu yang sering kita sebut dengan manusia pasti pernah melewati masa dimana dalam perjalananya tidak selalu merasakan manisnya tapi juga pernah menghadapi pahitnya kehidupan yang terkadang mampu membuat rasa penyesalan yang berkala dan membekas di memori ingatan manusia.                                    ***     Dua tahun yang lalu, tepatnya di tanggal 09 April 2012. Saat itu aku masih seperti biasa dengan melakukan aktivitas sebagai pelajar SMA dan menikmati waktu yang tersisa di sekolah.          Sekitar pukul 12 siang, siswa kelas 3 dipulangkan lebih awal  dan aku langsung pulang karena tugas di rumah sudah menumpuk. Tanpa firasat dan pertanda apa pun dengan kebiasaan buruk yang sering aku lakukan. Aku meletakkan motor di samping mobil ayahku.  Aku orang yang ceroboh dan keras kepala. Orang tuaku selalu menasehati kalau pulang sekolah motor itu di parkirkan yang betul. Tapi aku sering kelupaan. Mungkin lebih tepatnya aku mengabaikannya.  Kebiasaan yang sering berulang kali aku lakukan adalah membiarkan kunci motor lengket di motor. Aku beranggapan pasti nanti ayahku akan mengambilnya dan meletakkannya di gantungan. Tapi hari itu berbeda.  Pagar rumahku tak tertutup. Ayahku lupa untuk menutupnya, ibuku berada di toko, sedangkan aku di dalam menyelesaikan tugas setrikaan yang menumpuk.   " Cik, dimana motormu? " panggil ibuku dari luar. " Di depan Mak, " sahutku dari dalam.  " Gak ada. Siapa yang bawa motor tadi? " tanyanya lagi.   Dengan tergesa-gesa aku berlari menghampiri sumber suara dimana ibuku berada.  " Di sini tadi kuletakkan kok, " kataku dengan perasaan yang masih bingung.  Ayahku yang mendengar pembicaraan aku dan ibu langsung menghampiri.   " Nanti di bawa sama si Yusda, "  tanya ayahku.  " Yusda belum pulang, masih les di sekolah, " jawabku.  " Coba telepon Yusda. Mana tau dibawanya," perintah ibuku.       Seisi rumah mulai panik. Motor itu tidak ada yang menggunakannya lagi setelah aku. Aku telepon adikku dan menanyakan lagi berharap ia membawanya. Tapi pahit yang kudapat, ia tidak menggunakannya.  Sekujur tubuhku mulai terasa lemas, air mata terus mengalir membasahi pipiku dan tak mampu untuk berkata-kata lagi. Ibuku hanya bias terdiam dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tanpa berpikir panjang, Ayahku pergi menemui seseorang. Seperti yang dilakukan orang banyak, saat kehilangan pasti selalu bertanya kepada ‘orang pintar'.    Setelah menunggu kurang lebih satu jam ayahku membawa kabar. Motor itu memang sudah hilang. Menurut cerita, sekitar pukul 2 siang ada dua orang laki-laki yang mencuri motor kami. Sebelumnya, rumah kami sudah diintai beberapa hari. Awalnya mereka hendak mencuri motor ibuku yang biasa digunakan untuk keperluan barang di toko. Tapi karena melihat ada motorku yang kuncinya lengket. Akhirnya motorku itulah yang dicuri.       Mendengar penjelasan dari ayahku. Tak henti-hentinya air mataku keluar. Aku menangis sejadi-jadinya. Sepanjang hari itu aku tak henti-hentinya aku menangis. Menyesal? Aku menyesal.  Menyesali setiap kebodohan dan kecerobahanku.  Aku merasa tertekan. Kenapa harus aku dan keluargaku yang mengalaminya. Melihat aku yang terus-terusan menangis, ibuku pun menasehatiku.  " Ya sudahlah apa mau dibilang. Motornya juga gak akan balik. Makanya dengerin apa orang tua bilang. Jangan keras kali kepala itu. Kalau rezeki gak kemana. Insyaallah dikasih lebih nantinya. "  Mendengar kata-kata itu, aku semakin merasa bersalah dan terus mengutuk diriku. Kenyataan apa yang aku terima ini. " Teguran keras apa yang Engkau beri, "  keluhku. Pahitnya lagi, ternyata motor itu tinggal tiga bulan lagi lunas cicilan. Usaha orang tuaku untuk menyicil kandas begitu saja. Butuh waktu tiga tahun bagi ayahku menyicil motor itu dengan usaha kecil-kecilan yang di bukanya setelah pensiun menjadi pegawai swasta. Maafkan anakmu..      "Jangan pernah memohon pada Tuhan untuk meringankan cobaan yang ada, berdoalah pada Tuhan untuk memberikanmu kekuatan untuk dapat melaluinya."           Aku selalu ingat apa yang dikatakan ibuku "Rezeki gak kemana dan setiap manusia punya jalan rezekinya masing-masing. Tergantung bagaimana usaha yang dilakukannya." Semenjak peristiwa kehilangan motor itu aku selalu berusaha sabar,  ikhlas dan bangkit agar penyesalan itu tidak terus bergentayangan.    Â
   "Hidup tidak selalu seperti apa yang kamu mau. Hal baik dan buruk selalu terjadi. Namun semua itu telah diatur  dengan akhir yang indah."
   Akhirnya aku lulus Ujian Nasional tingkat SMA dan bisa diterima di Universitas Sumatera Utara Jurusan Sastra Indonesia. Ini hal termanis yang aku dapatkan  dari sebuah peristiwa yang sebelumnya aku alami. Selain itu, ayahku yang mendapatkan rezeki lebih. Rezeki yang di dapat orang tuaku dari asuransi motor. Lumayan bisa jadi tambahan.           Karena sedih melihatku setiap hari mau kemana-mana harus menumpang teman dan naik turun angkutan. Dengan adanya tambahan itu, aku dibelikan sebuah motor walaupun tidak baru, aku sangat senang. Bukan cuma aku yang merasakan hal manis, adikku juga ikut merasakan manis itu dengan diberikan sebuah motor juga dan  lulus di universitas yang sama. Aku kehilangan sebuah motor, tapi Tuhan membalasnya dengan memberikan kami sesuatu yang berlipat ganda.     Kini aku percaya, Tuhan selalu menyiapkan sesuatu yang baik yang tidak pernah aku ketahui.  Berjalannya waktu, setengah tahun setelah peristiwa hilangnya motorku. Aku mendapatkan kabar dari orang tuaku bahwa orang yang mencuri sepeda motorku itu sudah tertangkap.    Saat ini pencuri itu sudah di tahan dan di penjara.  Kota ini sangat sempit. Kabar ini terdengar dari mulut ibu Ajeng. Pencuri motor itu satu sel dengan anaknya. Kata anaknya, saat mereka mengobrol. Si pencuri tertangkap karena hal yang sama mencuri motor di Mandala dan ini sudah yang ke lima kalinya. Sebelum tertangkap ia pernah mencuri di Jermal yang punya toko dekat rumah Pak Marlon. Ia menjual motorku dengan harga dua juta rupiah di daerah Brastagi. Tak sebanding dengan uang yang dikeluarkan ayahku untuk menyicilnya. Anaknya yang mengenal orang tuaku  langsung mengabari orang tuanya dan menitipkan pesan kalau pencuri motor keluarga kami sudah tertangkap.     Orang tuaku sudah menganggap masalah itu sudah selesai. Alhamdulilah Tuhan memberikan balasannya kepada pencuri itu. Kehilangan motor ini merupakan cara yang diberikan Tuhan agar keluarga kami bisa lebih ikhlas dalam menghadapi suatu cobaan. Sekecil apa pun cobaan yang diberikan jika bisa dilewati dengan keikhlasan Tuhan pasti akan membalasnya dengan sesuatu yang tidak kita duga.  Karena kehilangan motor, sampai sekarang keluargaku jadi parno. Kalau sudah ada yang bawa motor selalu di ingatkan,  " Awas kuncinya jangan lengket lagi."  " Gemboknya jangan lupa. "  " Setangnya di kunci."             Kalau motor sudah di rumah selalu saja di ingatkan,  " Tutup pintu pagarnya. "  " Lihat-lihat di depan. "  " Awas hilang lagi motornya. "  Mungkin dengan mendapatkan suatu cobaan dengan kehilangan sebuah motor aku bisa menjadi orang yang sedikit lebih dewasa, berhati-hati dan mengurangi sifat keras kepalaku.     " Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggamanmu. Dia tidak menghukummu, Dia hanya membuka tanganmu untuk menerima yang lebih baik. "   Â
#tsr12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H