Si " Hijau Toska " Yang Mempesona
Sumatera Barat dengan segala potensi keindahan alamnya yang bisa memanjakan mata, hati, dan pikiran para wisatawan yang mengunjungi ranah Minangkabau ini. Namun, tak banyak yang mengetahui keberadaan sebuah danau unik yang terletak di jajaran pegunungan Bukit Barisan Sumatera Barat ini.
Danau Laut Tinggal, sebuah danau dengan warna hijau toska ( serupa dengan danau Kelimutu di NTB ) yang sangat unik, berlokasi di daerah Kabupaten Pasaman Barat, yang berbatasan lansung dengan Provinsi Sumatera Utara. Keberadaan danau ini entah siapa yang pertama kali menemukannya.
Berdasarkan informasi yang didapat dari media blogger dan video yang di unggah di situs YOUTUBE, adalah MAPALA Perguruan Tinggi terkemuka di Sumatera Barat, dan video hasil penelitian 2 orang turis asal negara Jerman, Dr. Renata Rabenstern dan Herwig Zahorka. Pada tahun 2013 silam, kembali di populerkan oleh seorang Pendaki asal Ukraina pada bulan April 2013 ( Facebook : Mykhailo Pavliuk ), dan bulan September 2013 oleh saya sendiri ( Penulis ) bersama Komunitas Parimbo Minangkabau.
Agak terlambat saya memposting artikel ini, namun tidak ada kata-kata terlambat untuk berbagi :D, Mohon maaf :D.
Danau Laut Tinggal, terletak di puncak Gunung Malintang ( penduduk sekitar juga menyebut Gunung Bendera ), Kabupaten Pasamana Barat, tepatnya sekitar 30 KM dari desa Sitabu, Nagari Rabi Jonggor, Kecamatan Gunung Tuleh, atau sekitar 50 KM dari Ibukota Kabupaten Pasaman Barat, Simpang IV.
Ada dua rute yang bisa ditempuh untuk mencapai danau ini, rute via Nagari Rabi Jonggor, dan Via Nagari Roba Jalu yang pernah dirintis oleh MAPALA UNAND Sumatera Barat. Saya yang penasaran dengan keberadaan danau ini memilih untuk menjelajah via Nagari Rabi Jonggor bersama tim Jelajah Parimbo Minangkabau.
Kegiatan Jelajah itu dimulai dari Kota Bukittinggi menuju Kota Simpang IV Pasaman Barat, yang memakan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan menggunakan mobil. Dari kota Simpang IV, perjalanan dilanjutkan menuju Nagari Paraman Ampalu, dan berakhir di Nagari Rabi Jonggor. Disini lah kami mengurus perijinan formalitas kegiatan pendakian terhadap Wali Nagari setempat, dan menemui Guide ( Penunjuk jalan ). Sebenarnya izin pendakian belum ada petugas resminya.
Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Jorong Sitabu dengan berjalan kaki melewati jalan yang kira-kira cukup untuk di lewati oleh satu mobil jenis minibus ( disarankan membawa motor roda dua jenis Trail ). Dengan melewati kondisi jalan yang lumayan menanjak, akhirnya kita sampai di Jorong Sitabu, Sekitar 1-2 jam jalan kaki.
[caption id="attachment_409220" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama Wali Nagari Rabi Jonggor"]