Mohon tunggu...
tsar nabilakanesar
tsar nabilakanesar Mohon Tunggu... lainnya -

muda beda dan sedikit narsis, menyukai dunia jurnalis dan photography.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ayahku

19 November 2013   17:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Dewasa yang jarak nya jauh dengan orang tua, jangan kan yang berbeda RT bahkan yang jarak nya antar kota bahkan antar pulau selalu senantiasa merindukan Ibunya,  hal ini dikarenakan ibu lebih sering menelepon meskipun durasi waktunya hanya tidak sampai 5 menit dalam percakapanya hanya sekedar menanyakan kabar di setiap harinya. Di balik itu ayahlah yang mengingatkan ibu kita untuk menelepon kita. apabila flash back ketika masih kecil ibu lah yang sering mendongengkan kita ketika kita akan beranjak tidur, namun sepulang ayah kerja  dengan wajah yang lusuh, muka tampak keringat dan berminyak karena kelelahan bekerja, ayah kita lah yang selalu menanyakan kepada ibu seharian ini anak kita ngapain aja Bu.

Ketika kita sakit batuk dan pilek melanda tubuh kita ayah kita selalu membentak. "Sudah Ayah bilang jang terlalu sering jajan es yang ada di warung sebelah rumah", dibalik bentakan ayah kita mengandung makna bahwa ayah kita khawatir dengan kesehatan kita, ketika kita beranjak remaja kita sering menuntut untuk meminta keluar mala, Ayah kita pun melarangnya karena di balik laranganya itu tersirat makna ayah ingin menjaga kita sebagai anak yang dikasihinya.

Saat kita remaja sering sekali kita melangar aturan aturan yang di buat orang tua kita ambil salah satu contoh melanggar aturan jam malam, ayah kita selalu menunggu kita di ruangan tamu meskipun dalam fikiran dan hatinya cemas dengan di temani dengan sebatang rokok dan segelas air putih. namun ada salah satu moment dimana kita akan meningalkan orang tua kita ketika kita hendak pamit untuk menuntut ilmu d luar kota. apabila kita masih ingat ketika hendak kita pamit perhatikan gerak gerik tubuh ayah kita yang semula besikap tegas dan berwibawa tetapi ketika kita hendak berpamitan kepada ayah kita badan ayah kita sperti kaku dan ingin memluk kita. ketika merengek keinginan kita kepada ayah ayah mengerenyitkan dahinya seolah olah tidak akan memenuhi keinginan kita. namun kita sering salah mengambil tafsir di balik itu semua ayah kita berfikir keras bagaimana caranya supaya rengekan kita bisa di penuhi, meskipun begitu ayah kita selalu memenuhi  tanpa menolaknya kebutuhan kita meskipun tidak tepat waktu.

Sampailah kita dimana, kita akan memperkenalkan calon pasangan hidup kita, sering kita sebut pernikahan dimana pernikhan ini tidak ada sekolahnya dan tidak ada daftar pustakanya dalam dunia percintaan, dengan hati hati ayah kita mengikhlaskan kita untuk merajut rumah tangga  dengan pasangan kita. saat ayah kita melihat kita dan pasangan kita di atas pelaminan ayah kita sangat berbesar hati betapa bangganya melihat kebagiann yang dia dapat dalam perjalanan hidupnya.

ketika kita sudah berumah tangga doa doa ayah selalu dipertajam dalam stiap sholatnya  berharap anak dan menantunya senantiasa diberikan kelancaran dalam menapaki kehidupan yang bisa di bilang lebih banyak leluconnya tetapi cinta lah yang membuatnya serius, ayah kita selalu menunggu kedatangan kita bersama istri kita dan cucunya tentunya dengan rambut yang berubah menjadi putih dan badan yang mulai renta.

dari kisah kisah heroik seorang ayah, kita dapat mengambil kesimpulan cepat atau lambat kita akan mengahadapi masa masa dimana perjuangan seorang ayah membesarkan anaknya dengan segala keterbatasan yang di miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun