Sustainable merupakan konsep keseimbangan hidup manusia ditengah keterbatasan sumber alam ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sejak lahirnya deklarasi tujuan pembangunan berkelanjutan/ Sustainable development Goal (SDG's) pada tahun 2015, masyarakat di semua negara mulai memandang pentingnya implementasi pembangunan berkelanjutan (www.sdgs.un.org/goals#history) . Hal ini bukan tanpa alasan, pembangunan ekonomi secara global telah banyak dicapai oleh banyak negara dan telah menimbulkan dampak sosial, ekonomi dan  lingkungan itu sendiri. Dampak ekonomi, sosial dan lingkungan akibat pembangunan ekonomi dunia memicu perubahan iklim (climat change). Produksi industri dan manufaktur menghasilkan gas emisi akibat proses pembakaran batu bara, minyak bumi dan gas untuk menghasilkan energi dan pembuatan barang seperti: semen, besi, baja, barang elektonik, plastik dan sebagainya. Proses produksi industri  yang banyak melepaskan emisi karbon (gas rumah kaca/GRK) tersebut di udara dan terperangkap dalam atmosfir bumi serta tidak mudah diurai kembali itulah akan menyebabkan perubahan iklim secara ekstrem. Kondisi ini ditambah lagi dengan tindakan deforestasi, akibat penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, pemanfaatan kayu hutan untuk pembuatan kertas dan furnitur, ekspansi perkotaan dan pembangunan infrastruktur, eksploatasi sumber daya mineral serta pembangunan bendungan dan lainnya. Deforestasi menyebabkan pelepasan emisi karbondioksida yang mereka simpan ke udara sehingga memperburuk krisis iklim global.
Untuk mengimplementasikan konsep keberlanjutan diperlukan peran penting dari semua pihak, pemerintah sebagai pembuat kebijakan, organisasi bisnis atau industri, lembaga keuangan dan investor, komunitas dan masyarakat umum, serta lembaga pendidikan. Menurut Primasti (2021) dan Septiani (2023) penting untuk mengintegrasikan education sustainable development (ESD) kedalam kurikulum pendidikan sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi pemberdayaan individu terutama para siswa agar dapat merefleksikan tindakan mereka sendiri dengan mempertimbangkan konsep sosial, ekonomi dan lingkungannya. Sektor pendidikan merupakan lembaga formal yang memiliki peran untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada Masyarakat. Pendidikan lingkungan melalui lembaga formal atau sekolah juga merupakan salah satu cara untuk menanamkan kesadaran lingkungan bagi siswa (www.wwf.id). Menurut Komisi Nasional Indonesia UNESCO (KNIU) 6 April 2021, ESD penting untuk mendukung gerakan peduli lingkungan di sekolah, membentuk pelajar agar bertanggung jawab terhadap lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan ekonomi.Â
Tujuan dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dosen Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pamulang kali ini untuk menciptakan pendekatan partisipatif  dan memberikan dampak positif berkesinambungan antara universitas dengan masyarakat sekitar melalui pemberdayaan komunitas lokal dalam sub masyarakat lingkungan sekolah agar mampu mengatasi tantangan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam era perubahan iklim melalui transfer ilmu pengetahun dan tehnologi. Pelaksanaan PKM kali ini digelar di Sekolah Menengah Atas Swasta 1926 (SMAS 1926) Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Pamulang Permai II No.1, Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan Banten. Pengembangan pendidikan keberlanjutan tidak cukup hanya  menghimbau dan memberikan kesadaran, namun perlu upaya konkrit dengan memperkuat literasi. Literasi menjamin kesinambungan antara pengetahuan, kesadaran dan tindakan praktis dalam mengelola lingkungan keberlanjutan. Oleh karena itu PKM kali ini mengusung judul: Literasi Sustainability: Gerakan & Promosi Keberlanjutan Pada Siswa SMAS 1926 Tangerang Selatan.Â
Pada awal pelaksanaan dilakukan observasi dan diskusi dengan pengelola dan masyarakat sekolah  untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai penerapan Pendidikan keberlanjutan di lingkungan sekolah. Seberapa jauh pemahaman konsep kerbelanjutan melalui penyebaran kuesioner kepada masyarakat sekolah, termasuk didalamnya pihak pengelola, guru, staf dan siswa. Dari hasil wawancara dijumpai kendala dalam mengimplementasikan konsep keberlanjutan, yaitu: keterbatasan sumber daya seperti fasilitas pendukung untuk praktik keberlanjutan (misalnya, taman sekolah, sistem pengelolaan sampah, buku, materi pelajaran, alat peraga, pelatihan guru dan pengajar, dan pengembangan fasilitas) yang semuanya memerlukan biaya, kurikulum yang sudah terstruktur ketat yang mungkin menyulitkan integrasi materi mengenai keberlanjutan padahal konsep keberlanjutan menyangkut interdisiplin ilmu sehingga dibutuhkan peran strategis para pendidik dalam menjalankannya dan perbaikan dalam kurikulum 2013 yang masih berfokus pada pengetahuan. Kemungkinan adanya resistensi dari staf pengajar, siswa, atau orang tua terhadap perubahan sistem pendidikan yang lebih berkelanjutan. Kurangnya dukungan atau kolaborasi dengan masyarakat, pemerintah, atau organisasi non-pemerintah dalam pelaksanaan program-program keberlanjutan.Â
Pelaksanaan kegiatan PKM literasi keberlanjutan dilakukan dengan metode penyuluhan melalui seminar tentang konsep dasar keberlanjutan, isu-isu sosial ekonomi dan lingkungan, dampak perubahan iklim,  serta cara mengatasi tantangan sosial ekonomi dan lingkungan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Pada penyuluhan tersebut juga dipaparkan solusi pengembangan pendidikan keberlanjutan di SMAS 1926 dengan melalui: (1) integrasi kurikulum ke dalam berbagai mata pelajaran misal sains dengan seni, geografi dengan sains dan sebagainya, (2) pembelajaran berbasis proyek /project based learning (PBL) dimana siswa terlibat dalam proyek kampanye pengurangan sampah dan daur ulang sampah melalui pembuatan poster-poster, proyek kebun sekolah, kerja bakti lingkungan, atau penelitian tentang efek perubahan iklim. (3) Kegiatan pembelajaran PBL ini kemudian di share di sosial media milik sekolah dan seluruh perangkat sekolah hal ini bisa menjadi alat pemasaran dan branding yang efektif untuk sekolah. (4) Kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu melakukan diskusi atau debat  mengenai isu-isu keberlanjutan lokal dan global untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan kemampuan berbicara di depan umum. (5) Kegiatan luar kelas / field trip ke taman nasional atau proyek konservasi alam , tempat daur ulang, pabrik  sepatu, bengkel mobil, peternakan, perkebunan dan lainnya yang memberikan siswa pengalaman langsung untuk memahami pentingnya keberlanjutan. (6) Dapat juga melakukan virtual field trip dengan memanfaatkan inovasi tehnologi dan sekaligus menekan berbagai jenis biaya pengeluaran sekolah  dengan menggunakan aplikasi interaktif, video dokumenter, atau platform online untuk penelitian.Â
Dengan menerapkan metode-metode tersebut diharapkan  SMAS 1926 Pamulang dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pendidikan keberlanjutan secara efektif dan berkesinambungan. Metode pelaksanaan tersebut akan di evaluasi secara berkala setiap satu tahun sekali untuk menilai efektivitas dan  implementasinya dilakukan penyesuaian yang diperlukan. Adapun evaluasi tahunan ini juga untuk menilai kegiatan, partisipasi siswa, dan dampak dari program-program yang dijalankan. Dengan evaluasi tahunan diharapkan SMAS 1926 Pamulang dapat memastikan pendidikan keberlanjutan terus berkembang dan relevan bagi siswa dan komunitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H