Damar kurung merupakan karya seni lukis tradisional khas Kabupaten Gresik yang terbuat dari kayu yang dibentuk segi empat dan dilapisi kertas bermotif aneka lukisan kehidupan sehari-hari masyarakat Gresik dengan dipasang lampu kuning di dalamnya. Damar kurung sudah ada sejak puluhan abad yang lalu dan pertama kali dibuat oleh Almarhumah Mbah Sriwati Masmundari. Awalnya damar kurung berfungsi sebagai simbol adanya upacara peribadatan umat Islam yaitu untuk menyambut malam lailatul qadar dengan digantungkan di depan rumah. Damar kurung bermakna lampu yang ada di dalam wadah, itu berasal dari kata "Damar" yang berarti lampu, sedangkan "Kurung" berarti sangkar.
      Damar kurung juga dilestarikan dengan tarian. Tari damar kurung pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013 yang awalnya hanya bertujuan untuk menunjukkan keceriaan dalam bermain damar kurung, namun lama-kelamaan tarian ini digunakan untuk membuka suatu acara. Selain tarian, cara masyarakat Gresik melestarikan damar kurung adalah dengan mengadakan festival damar kurung. Festival ini digelar setiap minggu kedua di bulan ramadan selama beberapa malam. Tujuan diadakannya festival ini adalah tentu untuk melestarikan damar kurung dan juga menjadi ajang promosi Kota Gresik. Festival ini pertama kali digelar pada tahun 2012 oleh Novan Effendy, setahun sebelum diperkenalkannya tari damar kurung.
      Berbicara mengenai teori fungsionalisme tentu tidak lepas dari seorang antropolog kelahiran Polandia bernama Bronislaw Malinowski yang mengatakan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat tempat unsur itu terdapat. Fungsi dari suatu unsur kebudayaan adalah mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar dari suatu masyarakat (T.O. Ihroni, 1986:59). Pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan.
      Di era modern saat ini, damar kurung banyak dimodifikasi dan lukisannya lebih beragam. Fungsi dari damar kurung juga lebih luas dan saat ini sudah menjadi kesenian khas Kota Gresik. Sekarang kita bisa dengan mudah menjumpai damar kurung di jalan raya Kota Gresik, itu karena pemerintah Kota Gresik menggunakan damar kurung sebagai lampu jalan raya. Tujuannya agar semakin banyak orang yang mengetahui adanya kesenian damar kurung. Kesimpulan menurut teori fungsionalisme Malinowski yang digunakan, damar kurung bisa semakin berkembang dan banyak dilestarikan karena adanya penambahan fungsi pada kegiatan masyarakat dan juga diadakannya festival damar kurung setiap tahun, sehingga semakin banyak yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai kesenian damar kurung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H