Dalam politik, apa yang nampak berbeda dengan yang sesungguhnya. Hanya dalam politik, sesuatu yang tak nampak jauh lebih menentukan ketimbang sesuatu yang nampak. Politik memang sering disebut sebagai permainan kotor. Namun secara bersamaan jarang diakui bahwa politik adalah permainan orang-orang pintar. Mereka yang memegang jabatan politik tanpa kepiawaian berpolitik runtuh dengan cepat. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin di Indonesia selalu waspada. Pemimpin-pemimpin Republik ini selalu mencari cara mempertahankan citra di mata publik sembari menjaga dukungan politik.
Sosiologis Kanada Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul Presentation of Self in Everyday Life (1959) menjelaskan mengenaiprinsip Dramaturgi. Prinsip Dramaturgi ini salah satunya meliputiteori front stage dan back stage. Front stage sendiri terbagi menjadi dua; setting dan front personal. Setting adalah pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya. Sementara itu, front personal adalah perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang aktor. Back stage sendiri adalah ruang di mana berjalannya skenario pertunjukan oleh “tim” (orang-orang rahasia yang membantu aktor berpentas).
Politisi, di mana pun, adalah seorang aktor. Semakin tinggi jabatan seorang politisi, maka semakin pintar pula ia berpentas dalam panggung politik. Perihal front stage dan back stage theory, hampir seluruh pemimpindi Indonesia bahkan didunia melakukan haltersebut. Namun masing-masing pemimpin memiliki cara berbeda, karena peran yang dimainkan berbeda pula.
Belum lama ini Indonesia terkejut dengan pernyataan Presiden Jokowi yang mengaku bahwa ia tidak membaca Peraturan Presiden (Perpres) tentang kenaikan uang muka mobil pejabat. Jika benar adanya, maka negara ini akan berada dalam keadaan darurat. Bagaimana jika yang diteken itu mengenai rahasia negara? Tentu bisa kacau Republik ini.
Rakyat Indonesia khawatir jika hal-hal buruk terjadi setelah mendengar pernyataan Presiden Jokowi tersebut. Namun secara logika, hal tersebut tidak masuk akal. Jokowi adalah orang yang dikenal cekatan, selalu turun ke lapangan untuk mengecek apakah program-programnya terlaksana dengan baik atau tidak. Lantas, apakah mungkin Jokowi tidak mengetahui Perpres tersebut? Disinilah panggung politik bermain.
Front stage; Jokowi seolahtidak tahu, merasa ditipu oleh bawahannya. Back stage; Jokowi memang meneken Perpres tersebut untuk menjaga hubungan dengan DPR, lalu orang-orang sekitar mulai sadar bahwa Perpres ini akan bertentangan dengan komitmen Jokowi yang ingin sedernaha. Oleh karena itu, front stage dan back stage hadir secara alamiah karena test in the water daripemerintahan Jokowi. Berbagai protes yang muncul membuat Jokowi memainkan panggung politiknya. Sayang sekali, peran yang dimainkan Jokowi kurang cantik. Bahkan justru menjatuhkan wibawanya sebagai Presiden.
Namun Jokowi bukan satu-satunya pemimpin yang memainkan panggung politik ini, pemimpin sebelumnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga melakukan hal yang sama. Tentu masih melekat dalam ingatan ketika Partai Demokrat melakukan aksi walk out dalam sidang paripurna pengesahan undang-undang pemilihan kepala daerah. Aksi walk out Demokrat itu membuat pemilihan kepala daerah oleh rakyat berubah menjadi oleh wakil rakyat di daerah. Protes keras kepada SBY tak kunjung berhenti, bahkan tagar #ShameOnYouSBY sempat menjadi Trending Topic World Wide nomor satu di Twitter.
Lucunya SBY yang kala itu baru pulang dari luar negeri justru memerintahkan agar Partai Demokrat mencari dalang dari aksi walk out tersebut. Tentu hal yang lucu mengingat SBY adalah Ketua Umum merangkap Ketua Majelis Tinggi di partai tersebut. Tak ada seorang pun yang lebih berkuasa di Partai Demokrat daripada SBY. Inilah panggung politik ala SBY.
Front stage; SBY marah, terkejut, bahkanprihatin. Ia bahkan mengatakan bahwa pemilihan oleh DPRD adalah kemunduran demokrasi. Back stage; SBY adalah dalang dari aksi walk out tersebut, namun ia sadar bahwa hal ini akan berdampak buruk bagi dirinya dan partainya. Oleh karena itu, SBY dengan segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) yang mengembalikan pemilihan kepada daerah oleh rakyat. Perppu ini menunjukan kekhawatiran SBY sebagai orang yang sangat peduli citranya di mata publik.
Panggung politik dan peran-peran yang dimainkan oleh Jokowi dan SBY cukup menarik untuk dilihat. Namun permainan panggung politik keduanya masih sangat kentara. Bahkan permainan politik keduanya tidak menguntungkan, dan justru menjatuhkan wibawa lembaga Kepresidenan. Mengaku tidak membaca Perpres dan mengaku tidak mengetahui apa yang terjadi di partainya sendiri adalah kedua hal yang secara nyata menjatuhkan wibawa keduanya sebagai Presiden.
Aktor handal dalam panggung politik dalam sejarah bangsa ini adalah Soeharto. Setidaknya sampai hari ini, Soeharto masih aktor terbaik. Takheran Soeharto kerap kalidipanggil “The Smiling General”. Dalam segala kasus, Soeharto terlihat jarang bicara banyak soal politik. Ia lebih sering tersenyum dan menyelesaikan segala kasus tersebut di belakang. Jika dikaitkan dengan front stage dan back stage, Soeharto memangjuaranya.
Front stage; selalu tersenyum, ramah kepada wongcilik. Back stage; pemegangkomando, semuaharussatusuaradengan Soeharto. Oleh karena itu, tak heran masyarakat hari ini masih merindukan sosok Soeharto yang dikenal baik kepada wong cilik. Meski terkadang mereka tak sadar bahwa Soeharto dituduh sebagai pemimpin paling korup di dunia.
Entah apakah era Reformasi membuat segala sesuatu tidak terkontrol dengan baik atau memang Soeharto adalah aktor yang begitu piawai sehingga publik tak mampu membaca yang sesungguhnya terjadi. Apapun itu, setiap pemimpin punya cara masing-masing dalam berpentas di panggung politik. Tidak ada yang salah dengan permainan politik sebagaimana yang dijelaskan dalam teori front stage dan back stage selama hal itu dipakai untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan politiknya semata. Namun dalam era Reformasi ini pula, tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merindukan sosok pemimpin yang apa adanya, yang berkata sama di depan dan di belakang panggung.
Tsamara Amany
Mahasisiwi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina
@PolitikAktual
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI