Mohon tunggu...
Tsamara Amany
Tsamara Amany Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Universitas Paramadina | @TsamaraDKI on Twitter

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apa Kabar, Reshuffle Kabinet?

22 Juli 2015   11:08 Diperbarui: 22 Juli 2015   11:08 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabinet Jokowi (kompas.com)

Angin reshuffle kabinet yang awalnya berhembus kencang semakin lama semakin tidak terdengar. Publik mulai lupa dengan reshuffle kabinet, berita-berita baru mulai menghiasi headline media massa. Namun sebaliknya, menurut sumber majalah detik, Presiden Jokowi meminta kantor staf presiden untuk menilai kinerja kementerian.

Menteri-menteri semakin aktif di media sosial untuk menyapa rakyatnya. Menteri Koordinator Maritim Indroyono Soesilo sudah mulai aktif di Twitter semenjak Presiden Jokowi memutuskan untuk kembali menggunakan Twitternya. Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang sudah tidak pernah menggunakan Twitternya sejak September lalu, kini mulai sering menyapa netizen.

Tingkah laku para menteri menjadi tanda tanya. Apakah ada sistem pengawasan di media sosial yang juga menjadi bahan penilaian? Jika ya, tidak heran menteri kabinet kerja menjadikan media sosial sebagai ajang unjuk kinerja. Apapun itu, media sosial dapat membangun popularitas kementerian. Jarang sekali seorang presiden mereshuffle kementerian yang populer, karena hal ini penting bagi citra pemerintah.

Dari sini sebenarnya ada titik terang: reshuffle kabinet mulai menghilang dari telinga publik tapi semakin terdengar kencang di internal pemerintah. Ketua Umum PDI-Perjuangan yang juga partai pengusung Presiden, Megawati Soekarno Putri mengatakan bahwa ia tidak mau berurusan dengan reshuffle kabinet. “Saya enggak ada urusan,” kata Megawati sebagaimana yang dikutip oleh kompas.com (21/07).

PDI-Perjuangan yang awalnya paling getol menyuarakan reshuffle kabinet, kini justru mengatakan tidak ada urusan. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menanggapi isu reshuffle beberapa minggu lalu dengan menuding bahwa ada menteri yang menghina presiden. Setelah itu, politisi PDI-Perjuangan Masinton Pasaribu menyebutkan kepada Merdeka.com (29/6) bahwa menteri yang dimaksud bukan berasal dari partai politik.

Semua mata langsung tertuju kepada Rini Soemarno. Memang, hubungan Rini dan PDI-Perjuangan memanas semenjak dirinya diangkat sebagai Menteri BUMN. Semenjak itu pula, Rini kerap dituduh sebagai orang yang menjauhkan Jokowi dari PDI-Perjuangan. Megawati secara implisit dalam Kongres PDI-Perjuangan lalu menyebut Rini sebagai penumpang gelap kekuasaan.

Namun menurut sumber majalah detik, setelah isu yang dilemparkan oleh PDI-Perjuangan, Presiden Jokowi sama sekali tidak memikirkan hal ini. Memang sampai saat ini PDI-Perjuangan belum dapat menunjukkan bukti yang kuat bahwa Rini telah menghina Presiden. Akibatnya, Presiden Jokowi justru menitipkan pesan khusus kepada Kepala Staf Presiden Luhut Pandjaitan. Pesan khusus tersebut menurut majalah detik ialah untuk tidak mengevaluasi kinerja Menteri BUMN dan Menteri Pertanian.

Kabarnya Presiden Jokowi merasa puas dengan kinerja Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang berhasil menekan impor dan menaikkan produksi beras. Menteri Pertanian kabarnya juga mampu berdialog dengan petani bawang dan cabai. Oleh karena itu, kali ini Amran Sulaiman lolos dari rapor Kantor Staf Presiden. Mungkin ini adalah bentuk apresiasi Presiden Jokowi kepada Amran Sulaiman.

Sementara itu, ada keanehan dengan pesan khusus Presiden terkait Menteri BUMN. Sebab Rini Soemarno belum melakukan sejumlah kebijakan yang progresif. Hal ini dapat diduga sebagai cara Presiden Jokowi menunjukkan keberpihakannya kepada Rini yang dituduh menghina dirinya. Rini memang dikenal sebagai orang terdekat Jokowi, mungkin kini Jokowi lebih dekat dengannya ketimbang partai pengusungnya sendiri.

Tidak adanya bukti yang jelas dari PDI-Perjuangan justru menguntungkan posisi Rini. Sebaliknya, PDI-Perjuangan bukan tidak mungkin kehilangan respect Presiden Jokowi. Alih-alih bisa menambah jatah partai dalam kabinet, PDI-Perjuangan justru lebih berpotensi untuk kehilangan posisi-posisi basah yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun