Kepada Presiden Republik Indonesia yang ke-5, Ibu Megawati Soekarno Putri. Sebagai seorang wanita, tidak ada yang lebih membanggakan selain melihat bangsa ini pernah dipimipin oleh wanita hebat dan tegar seperti Ibu. Nama Megawati telah menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Ibu adalah Presiden wanita pertama di Republik ini. Jika nanti seorang wanita menjadi Presiden kedua atau ketiga kalinya, mereka harus berterima kasih kepada Ibu karena mereka maju sebagai calon Presiden setelah melihat sejarah Ibu. Ibu memberi harapan kepada wanita Indonesia bahwa mereka juga bisa menjadi pemimpin bangsa.
Ibu Mega yang terhormat, saya menuliskan surat ini sembari melihat berita di televisi mengenai Perppu Pilkada. Saya juga melihat dari layar kaca pertemuan kedua negarawan, kedua pemimpin bangsa, Pak SBY dan Pak Jokowi di Istana. Saya yakin Ibu juga tahu bahwa mereka berkomitmen untuk memperjuangkan Perppu Pilkada agar rakyat tetap memilih kepala daerahnya secara langsung. Pertemuan kedua tokoh politik selalu memunculkan spekulasi, Bu. Lagi-lagi Demokrat dikabarkan akan merapat ke KIH (Koalisi Indonesia Hebat). Koalisi yang Ibu pimpin, koalisi pendukung Presiden Jokowi.
Namun, tiba-tiba saya teringat bahwa ini bukan pertama kalinya Demokrat dispekulasikan akan bergabung dengan KIH. Bahkan saat pemilihan pimpinan DPR, Demokrat digadang-gadang sebagai partai yang memajukan calonnya satu paket dengan partai politik di dalam koalisi pendukung pemerintah ini. Spekulasi ini muncul setelah Muhaimin Iskandar selaku ketua umum PKB menyatakan koalisinya akan bertambah dan semakin solid. "Saya yakin sore ini semua tuntas. Koalisi kita akan solid, tambah," kata Muhaimin sebelum mengikuti pelantikan anggota DPR/DPD di gedung DPR, Jakarta (1/10/2014).
Kala itu, PPP masih sangat solid bersama KMP (Koalisi Merah Putih) sementara Demokrat sedang “galau” setelah aksi walk out di sidang paripurna pengesahan UU Pilkada melalui DPRD. Maka saat itu, hampir seluruh media dan para pengamat politik menyakini bahwa partai yang dimaksud oleh Cak Imin adalah Partai Demokrat, pimpinan Presiden SBY. Tetapi Bu, seperti yang diketahui, bukan politik namanya jika tidak berubah dengan cepat. PPP memberikan jatah pimpinan DPR kepada Demokrat di menit-menit akhir, Agus Hermanto pun ditunjuk sebagai kader yang masuk dalam paket KMP.Oleh karenanya, KIH yang kala itu hanya didukung oleh empat fraksi tidak dapat mencalonkan nama-nama pimpinan DPR.
Tidak lama setelah itu, SBY melalui akun twitternya (@SBYudhoyono) menyampaikan alasan mengapa partainya gagal bekerja sama dengan KIH. “Ketika PDI-P inginkan kebersamaan di DPR, saya sampaikan pertemuan SBY-Mega penting," tulis SBY. Semenjak itu, Bu, banyak orang memandang Ibu adalah orang yang berlaku feodal dan tidak mengedepankan kepentingan bangsa. Hal itu lantaran ada kabar Ibu menolak pertemuan dengan SBY. Bahkan sebagian pendukung Presiden Jokowi sempat menganggap bahwa Ibu adalah akar kegagalan KIH menguasai parlemen.
Perseteruan antara Ibu dan SBY memang bukan hal baru. Saya percaya bahwa memaafkan pengkhianatan seseorang yang Ibu pilih sebagai menteri memang tidak mudah. Tetapi saya juga ingat pada HUT TNI ke-69, Ibu meneteskan air mata dan meminta semua pihak untuk legowo menerima hasil Pilpres 2004. Meski begitu Ibu menolak untuk hadir dalam acara pelantikan Presiden SBY di gedung MPR. Ibu juga berkali-kali menolak undangan Presiden SBY untuk hadir dalam upacara 17 Agustus di Istana. Mungkin sudah sepuluh tahun lamanya Ibu dan SBY tidak pernah saling berjabat tangan, saling menyapa atau saling meminta maaf.
Sebagai putri dari Bapak Proklamator dan ketua umum partai politik paling senior di Indonesia, saya rasa jiwa kenegarawanan Ibu sudah tidak perlu diragukan lagi. Hal ini jelas terlihat ketika Ibu dengan ikhlas memberi kursi Calon Presiden kepada Joko Widodo. Ibu dengan hebatnya meninggalkan nafsu untuk berkuasa dan mengutamakan aspirasi konstituen yang menginginkan Jokowi maju di Pilpres 2014 saat itu. Keberhasilan Jokowi meraih kursi Presiden adalah salah satu prestasi Ibu dan PDIP. Pertama kalinya dalam sejarah, orang nomor satu di negeri ini berasal dari orang biasa, bukan tokoh politik maupun berdarah biru. Itu mengapa muncul slogan Jokowi adalah kita.
Tentu Ibu bisa mengerti mengapa Prabowo Subianto menunggu cukup lama untuk mengucapkan selamat dan menemui Presiden Joko Widodo. Sebenarnya posisi Ibu dan Prabowo tidak banyak berbeda. SBY menjadi menteri karena Ibu memilihnya dan Jokowi dapat menjadi Gubernur tidak lepas dari bantuan Prabowo. Mungkin dapat dikatakan Ibu dan Prabowo senasib, sama-sama dikhianati oleh orang yang diharapkan. Namun, Bu, saya sungguh kagum dengan sikap Prabowo yang menerima kedatangan Jokowi di rumahnya. Bahkan Prabowo hadir dan memberi hormat kepada Presiden ke-7 kita saat pelantikannya tanggal 20 Oktober lalu. Lantas saya bertanya-tanya pada diri sendiri, jika Prabowo mau memaafkan Jokowi dalam kurun waktu yang terbilang singkat, mengapa Ibu Mega tidak mau melakukan hal serupa kepada SBY?
Presiden Jokowi mengharapkan bahwa Perppu Pilkada dapat menjadi pintu gerbang masuknya Demokrat ke koalisi Indonesia Hebat. Kendati demikian, rakyat pesimis hal ini dapat terjadi jika Ibu selaku ketua umum PDIP, ketua umum dari partai pengusung Presiden, dan pemimpin koalisi, menolak menemui SBY untuk kesekian kalinya. SBY sudah membuka jalan, Jokowi menerimanya, kini tinggal Ibu Mega yang memutuskan. Ini adalah kesempatan kedua, Bu, untuk memperkuat posisi KIH di parlemen.
Ibu Presiden ke-5 yang saya cintai, kini saatnya Ibu dan Pak Presiden ke-6 duduk bersama membahas persoalan bangsa. Ibu harus tunjukkan pada rakyat bahwa Ibu begitu mencintai bangsa ini sehingga segala ego akan ditinggalkan demi kepentingan bangsa. Kini waktunya Ibu selaku pimpinan Koalisi Indonesia Hebat menemui SBY selaku pemimpin Partai Demokrat, mengakomodir dan mengajaknya untuk bekerja sama demi melancarkan segala kebijakan pemerintah yang pro rakyat. Berikanlah senyuman maaf kepada Soesilo, lupakan masa lalu, dan rangkul dia dengan semangat gotong-royong membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
“Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan” (Soekarno)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H