Mohon tunggu...
Tsamara Amany
Tsamara Amany Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Universitas Paramadina | @TsamaraDKI on Twitter

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan 2014

3 Januari 2015   20:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:53 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_388057" align="alignleft" width="673" caption="Monas, 20 Oktober 2014"][/caption]

Tahun 2014 merupakan sebuah tahun politik yang telah menyajikan sebuahtontonan yang sangat menarik. Tahun 2014 adalah tahun dimana seluruh rakyat Indonesia berpartisipasi untuk menentukan langkah bangsa ini kedepan. Pada tahun 2014, negara ini memasuki era kepemimpinan baru. Ya, baru dari berbagai sisi. Indonesia memiliki seorang Presiden yang bukan elit partai, bukan berasal dari militer, dan bukan bagian dari masa lalu. Indonesia telah menunjukkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, sehingga siapapun dapat terpilih menjadi pemimpin bangsa. Tentu hal ini menjadi sinyal positif sebagai wujud dari demokrasi. Proses transisi kepemimpinan yang begitu damai juga menunjukkan kematangan demokrasi.

Jokowi seolah menjadi buah bibir di tahun 2014. Mungkin Jokowi adalah Indonesia’s man of the year 2014. Pasalnya, bukan hanya terpilihnya sebagai Presiden yang menarik diperbincangkan, tetapi perjalanan menuju kursi Presiden dan perjalanan dirinya menjadi Calon Presiden dari partai yang sangat fanatik dengan trah Soekarno menjadi tontonan tersendiri. Sejak terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, popularitas Jokowi melejit. “Blusukan” yang menjadi gaya khasnya telah memikat hati rakyat Indonesia. Rakyat begitu merindukan sosok seorang pemimpin yang dekat dengan rakyat. Tak heran banyak rakyat yang memintanya maju sebagai Calon Presiden, dan tahun 2014 adalah bukti kecintaan rakyat kepada Jokowi.

Meski didukung oleh sebagian besar rakyat Indonesia, perjalanan Jokowi menuju kursi Presiden bukanlah hal yang mudah. Sosok pemimpin jujur dan bersih seperti Jokowi bukanlah idaman para elit politik. Tak jarang Jokowi dikritik, dihina bahkan difitnah oleh orang-orang yang terganggu dengan dirinya. Hal ini tentu saja dilakukan untuk menurunkan popularitas Jokowi yang semakin melejit. Di berbagai survei elektabilitas capres, nama Jokowi selalu menduduki posisi teratas melebihi ketua umum partainya sendiri, Megawati Soekarno Putri. Namun menjawab isu-isu ini, Jokowi selalu mengatakan bahwa dirinya tidak mau sibuk dengan copras-capres dan hanya mau fokus mengerjakan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Dukungan dari publik agar Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden semakin kuat pada bulan Januari awal tahun 2014. Namun muncul kekhawatiran Megawati akan tetap maju sebagai capres dan Jokowi hanya akan dijadikan sebagai cawapresnya untuk mendongkrak elektabilitas Mega. Sehingga muncul berbagai gerakan di sosial media yang menolak Jokowi maju sebagai cawapres. Pencapresan Jokowi seolah menjadi teka-teki. Sebagian orang memprediksi Mega belum akan rela memberikan tiket calon presiden kepada Jokowi dan sebagian lainnya melihat Mega pasti merelakan Jokowi maju sebagai calon presiden untuk mengubah kedudukan partainya dari oposisi menjadi pemerintah.

Pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati mengirimkan surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi menerima mandat tersebut dan mengaku siap untuk maju menjadi calon presiden. Ia mengumumkan kesiapannya sembari mengucap “Bismillah” dan mencium bendera merah putih di rumah Si Pitung. Hilanglah segala keraguan, kedudukan Jokowi semakin jelas. Para pemuja semakin memujanya dan bagi para kandidat Capres lainnya, kian jelas Jokowi adalah musuh mereka bersama.

Setelah memastikan diri sebagai bakal Capres, kontroversi pun bermunculan. Jokowi dinilai telah melanggar sumpah dan janji jabatan Gubernur DKI. Terlebih lagi Prabowo Subianto mengatakan bahwa PDI-P telah melanggar perjanjian Batu Tulis yang isinya mendukung Prabowo sebagai Capres pada Pemilu 2014. Mungkin memang benar Megawati telah mengkhianati Prabowo dengan mencalonkan Jokowi sebagai capres, tetapi tentu Megawati tidak mau melewatkan kesempatan emas yang dapat menjadikan PDI-P sebagai partai pemenang pada Pileg 2014. Megawati mengambil keputusan politik yang sangat apik, dan Prabowo menjadi korban dari keputusan tersebut.

Jokowi juga dianggap bukan sosok yang tegas sehingga negara ini bisa hancur ditangannya. Lebih sadis lagi, Jokowi dianggap sebagai antek asing yang ingin menggerus kekayaan alam bangsa Indonesia. Kendati demikian dukungan dari publik untuk Jokowi terus mengalir. Tentu saja hal ini memunculkan kekhawatiran kandidat capres partai-partai lain.

Strategi politik Megawati tidak berjalan dengan mulus PDI-P memang memenangkan pemilu legislatif dengan 23.681.471 suara atau 18,95 persen. Namun hasil ini jauh dari yang diharapkan oleh PDI-P. Sebelumnya, partai banteng ini memprediksi akan memenangkan pemilu dengan suara 27 persen, sehingga dapat mencalonkan presidennya tanpa harus berkoalisi dengan banyak pihak. Kendati demikian PDI-P tetap mensyukuri hasil yang ada dan mulai menjalin komunikasi dengan partai-partai lain

PDI-P berkoalisi dengan PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI yang akhirnya membentuk koalisi Indonesia hebat. Sempat gencar dikabarkan bahwa Golkar akan merapat ke PDI-P setelah pertemuan ARB dan Jokowi di Pasar Gembrong. Namun Jokowi yang menolak ARB sebagai cawapresnya akhirnya menggagalkan kerja sama dari kedua kubu. ARB & Golkar akhirnya berpindah hati mendukung Gerindra yang mencalonkan Prabowo Subianto.

Koalisi Merah Putih memang jauh lebih kuat. Bagaimana tidak, koalisi ini diisi oleh partai-partai besar. Gerindra, PAN, PPP, Golkar, dan PKS. Beberapa petinggi partai Demokrat pun menyatakan dukungannya kepada Prabowo. Posisi Prabowo semakin kuat karena dukungan besar secara finansial dan politik dari partai koalisi. Namun disinilah Jokowi menunjukkan kepiawaiannya dalam berpolitik. Jokowi langsung menyatakan bahwa koalisi yang dia bangun adalah koalisi tanpa syarat, bukan koalisi bagi-bagi kursi. Lagi-lagi Jokowi berhasil menarik suara rakyat. Dukungan partai yang minim justru menjadi berkah tersendiri bagi Jokowi.

Sebelum memilih Jusuf Kalla sebagai cawapres, Jokowi melakukan menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh seperti Abraham Samad dan Mahfud MD. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka mengharapkan tiket cawapres dari Jokowi. Namun Jusuf Kalla yang lebih berpengalaman dan memiliki elektabilitas cawapres paling tinggi akhirnya dipilih oleh Jokowi. Abraham Samad kembali fokus kepada tugasnya sebagai ketua KPK dan Mahfud MD bergabung dengan barisan sakit hati yang berada di koalisi merah putih.

Suasana pada saat Pilpres benar-benar membelah bangsa ini menjadi dua, kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Kendati demikian Jokowi tetap saja menduduki posisi teratas dalam berbagai survei kredibel. Rakyat seolah sudah muak dengan tokoh-tokoh masa lalu yang rekam jejaknya patut dipertanyakan. Rakyat melihat Jokowi sebagai sinar dari sebuah kegelapan. Tidak ada cara untuk membendung popularitas Jokowi kecuali dengan fitnah, dan terbukti elektabilitas Jokowi menurun di detik-detik akhir. Tetapi takdir sudah ada yang menentukan, mungkin telah tertulis di lauhul mahfudz bahwa Indonesia akan memiliki Presiden ketujuh yang benar-benar berasal dari rakyat. Kubu Prabowo justru melakukan sejumlah blunder, dan pada tanggal 9 Juli, quick count kredibel menyatakan Jokowi memenangkan Pilpres. Namun kubu Prabowo justru mengklaim kemenangan dengan survei abal-abal. Jokowi hanya tersenyum dan menghormati lawannya itu. Hingga pada tanggal 22 Juli, hilanglah segala keraguan itu, Jokowi adalah Presiden ketujuh Republik ini.

Meski begitu Prabowo merasa didzholimi karena adanya kecurangan secara terstruktur, sistematis dan masif. Kubu Prabowo pun membawanya ke MK, tetapi rakyat Indonesia telah menyadari bahwa permohonan akan ditolak. Sehingga pada tanggal 21 Agustus, MK mengukuhkan Jokowi sebagai Presiden terpilih yang akan dilantik pada tanggal 20 Oktober. Berbagai cara untuk menjegal Jokowi mulai terpikirkan, dari mulai menyapu bersih pimpinan DPR hingga pimpinan MPR. Bahkan Hashim adik dari Prabowo sempat mengeluarkan isu menjegal pelantikan Jokowi, syukurnya itu hanya gertakan belaka. Jokowi justru lagi-lagi merendah dan melakukan safari politik dengan menemui ARB dan Prabowo. Jokowi meminta maaf dan memohon restu agar dirinya dapat menjalani tugas kepresidenan dengan baik.

Pelantikan Jokowi akhirnya menjadi kegembiraan politik. Rakyat Indonesia berbondong-bondong datang ke Semanggi hingga HI untuk menyambut pemimpin barunya itu. Terlihat betapa rakyat mencintai sosok Jokowi. Harapan baru itu ada, mereka memiliki sebuah keyakinan bahwa nasibnya akan lebih baik di tangan Jokowi. Dan dalam dua bulan memimpin Jokowi sudah melakukan berbagai gebrakan, dari mulai mengangkat menteri yang hanya lulusan SMP, menenggelamkan kapal asing, mencabut subsidi premium, membebaskan aktivis HAM dan menolak grasi gembong narkoba. Waktu dua bulan masih terlalu sedikit untuk menilai kualitas kepemimpinan Jokowi, namun tahun 2014 jelas adalah tahun yang tak terlupakan bagi Jokowi dan bangsa Indonesia pada umumnya. Jokowi memang harapan yang hadir sangat bangsa ini telah kehilangan arah. Tetapi jangan sampai harapan yang begitu tinggi ini justu berubah menjadi rasa kecewa. Jokowi harus mengingat selama lima tahun kedepan bahwa rakyat yang menjadikan dirinya Presiden, maka dia harus tetap pada pendirian awalnya, bahwa kepentingan yang ada pada pemerintahan yang ia pimpin sepenuhnya untuk rakyat. Selamat tahun baru 2015, Pak Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun