Dalam tulisan ini saya akan coba merefleksikan salah satu pasal dalam alkitab (bible) yaitu Mazmur 104 . Mazmur 104 adalah mazmur pujian atas kebesaran Allah sang pencipta dan pemelihara dunia. Mazmur ini bercerita tentang kisah penciptaan yang dinyanyikan sebagai pujian bagi Allah. Pujian atas kebesaran dan kuasa Tuhan yang telah menciptakan alam semesta secara teratur (Ayat 1-9).Â
Kebesaran Tuhan tergambarkan melalui terang yang semarak dan langit yang membentang. Kebesaran Tuhan juga diperlihatkan dengan gambaran awan-awan sebagai kendaraan-Nya, angin dan nyala api sebagai pelayan-Nya, Ia mampu mendasarkan bumi hingga tak goyah, menyelubunginya  dengan samudera raya, dan Air pun taat pada hardikan-Nya dalam batasan yang ditentukan-Nya.Â
Pemazmur mengungkapkan bahwa penciptaan dilakukan dengan kebijaksanaan Allah (Ayat 24) sehingga semua ciptaan itu dipandang sebagai kebaikan  oleh Allah dan tentunya juga untuk kehidupan manusia (1 Tim 4:4). Dalam pada semua itu proses yang terjadi pada saat penciptaan dan pemeliharaan kehidupan di dunia ini, pemazmur sadar betul akan kemuliaan Tuhan dan membiarkan Tuhan itu tetap berada dan bertahta dalam kemuliaan-Nya.Â
Alam semesta dan isinya merefleksikan kemuliaan Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta, bumi dan segala isinya untuk memenuhi segala kebutuhan hidup kita. Seharusnya kita sebagai manusia dan orang yang telah ditebus selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan serta menjaga keseimbangan hidup dengan lingkungan sekitar kita dengan tidak merusak keindahannya, karena setiap ciptaan Allah menyatakan kemuliaan dan kuasa-Nya.Â
Manusia sebagai ciptaan Allah yang paling mulia yang dijadikan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26) memiliki kuasa untuk menaklukkan segala ciptaan Allah yang lain. Dalam ketakjubannya pemazmur menulis, "..Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,... Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya" (Mzm. 8:4-7).. Berbagai kelebihan yang diberikan Tuhan kepada-nya tentu saja bukan tanpa sesuatu maksud, tetapi semua itu diberikan kepada manusia berkenaan dengan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana mandat dalam hal perawatan dan pemeliharaan atas ciptaan Allah yang lain. Manusia seharusnya hadir di dunia untuk menjaga kemuliaan dan sukacita Allah atas segala perbuatan-perbuatan Nya (Mzm 104:31).
Namun perbuatan-perbuatan destruktif manusia terhadap lingkungan yang nyata terjadi dan semakin meningkat diantaranya seperti penebangan pohon dan alih fungsi lahan hutan untuk permukiman secara tidak terkendali telah merusak ekosistem alami hutan sebagai tempat tinggal makhluk hidup lainnya (banyak hewan dan tumbuhan yang punah), pencemaran udara dan penurunan level ozon akibat aktivitas pabrik, asap kendaraan dan pembakaran hutan, pencemaran lingkungan dengan berbagai jenis limbah/ sampah yang memenuhi sungai dan laut, dan masih banyak lagi kegiatan manusia yang mengakibatkan ketidakseimbangan alam dan kerusakan lingkungan. Secara langsung pun manusia telah mengalami akibat dari ulahnya sendiri dengan terjadinya berbagai bencana lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, bahkan wabah penyakit yang tidak sedikit mengakibatkan kerugian ekonomi dan korban jiwa bagi manusia. Isu pemanasan global yang menyebabkan cuaca ekstrem, tempat tinggal kita semakin panas dan bahkan di beberapa daerah di berbagai belahan dunia terjadi kekeringan dan kekurangan sumber air untuk dapat hidup. Hal tersebut menunjukkan kondisi bumi kita semakin merosot dan bahkan kini dalam kondisi yang semakin kritis dengan terus mencairnya es di kutub yang mengancam kehidupan di bumi dengan terjadinya "air bah jilid 2" seperti zaman nabi nuh.
Dengan melihat fakta-fakta itu apakah kehadiran manusia telah merusak kemuliaan Allah dalam ciptaannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H