Seperti fenomena saat ini, kebanyakan di sekolah-sekolah khususnya guru Sosiologi hanya mengajarkan siswa (peserta didik) dengan cara ceramah saja dan masih kurang dalam menguasai dan memahami materi yang akan disampaikan . Ketika hal yang seperti ini terjadi maka dampaknya bisa berupa siswa hanya sebagai pendengar saja seperti pepatah yang mengatakan “masuk melalui telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri”. Kenapa hal demikian bisa terjadi ? ? ? karena adanya perbedaan antara kecepatan guru yang menjelaskan dengan tingkat kemampuan siswa yang mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir, kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapannya.
Sehingga guru dalam menjelaskan jangan terlalu cepat, hendaknya menyesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dari peserta didiknya. Dan kebanyakan juga guru menuntut para siswa-siswanya untuk lebih aktif di dalam kelas , sedangkan mereka (guru) tidak aktif dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepadanya oleh peserta didik (siswa). Contoh kecilnya seperti si A bertanya pada guru.
Si A : Bu apakah yang maksud dari interaksi sosial ? kata si A melontarkan pertanyaan kepada gurunya.
Guru : pertanyaannya disimpan dulu ya besok di jawab/dibahas kembali.
Begitu saja seterusnya yang dikatakan oleh guru tersebut kepada anak didiknya (siswa). Sehingga siswa yang aktif di kelas tidak pernah tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mereka lontarkan tersebut. Dan ketika siswa/peserta didik aktif bertanya di dalam kelas tetapi mereka (guru) hanya bisa menjawab “cari dulu jawabannya nak, besok kita bahas kembali”. Bagaimana bisa proses pembelajaran berlangsung secara teratur sedangkan cara belajar seperti itu masih ada.
Adapun juga guru/pendidik yang masih tidak aktif dalam pembelajaran, seperti kadang masuk mengajar tetapi hari berikutnya tidak masuk dan hanya menyuruh siswa atau peserta didik aktif belajar sedangkan mereka tidak mengisi mata pelajaran yang dijadwalkan untuknya. Jadi aktivitas peserta didik menjadi sia-sia datang untuk belajar sedang gurunya tidak masuk. Dan juga ketika berlangsungnya pembelajaran terkadang ada juga guru yang belum maksimal menguasai materi (kurikulum), sehingga dalam menyampaikan materi (kurikulum) terlihat agak kaku dan materinya tidak nyambung sesuai dengan yang akan di bahasnya (materinya tidak tetap/kesana kemari).
Begitu juga dengan suatu kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar apabila guru dengan siswa sama-sama aktif baik aktif dalam hal tanya-jawab atau kegiatan lainnya, dan tidak baik juga kalau siswanya saja yang aktif tetapi gurunya tidak dan sebaliknya. Maka, proses pembelajaran tidak akan berjalan lancar dan efisien.
Adapun cara aktif guru atau pendidik yang harus dilakuan yaitu dengan benar-benar menguasai materi pembelajaran sebelum menyampaikannya kepada peserta didik, sehingga guru benar-benar bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan berprofesi sebagai guru.
Oleh karena itu, Sebagai seorang yang berprofesi sebagai pendidik/guru hendaknya lebih menguasai atau memahami materi-materi yang akan disampaikan kepada siswa sebelum memulai kegiatan belajar. Sehingga dalam menyampaikan materi tidak kaku dan nyambung dengan materi yang akan dipelajari. Sehingga ketika ada siswa yang mengajukan pertanyaan kepadanya bisa dijawab dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh siswa tersebut. Dan hendaknya guru juga harus lebih aktif dari siswa mulai dari ketepatan waktu masuk kelas, penguasaan materi (kurikulum) yang akan disampaikan kepada peserta didik, aktif juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dan sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H