Nasionalisme adalah komponen vital dari tatanan suatu bangsa yang bisa mendorong rasa persatuan, kebanggaan, dan loyalitas di antara warganya.
Namun, studi terbaru telah mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan di kalangan pemuda Indonesia, yakni penurunan signifikan dalam sentimen nasionalis.
Berdasarkan data dari Sebuah survei tahun 2020 oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia menemukan bahwa hanya 45,6% pemuda Indonesia (usia 16-30) merasa bangga menjadi orang Indonesia, penurunan yang signifikan dari 65,2% pada tahun 2015. Tidak hanya itu, hasil survei Populix  juga pada tahun 2o23,  menunjukan  bahwa 65% masyarakat Indonesia merasakan penurunan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda. Bayangkan, dari 10 pemuda indonesia, hanya 5 yang masih memiliki rasa cinta terhadap tanah air.  Sungguh ironis, di saat pemuda seharusnya menjadi motor penggerak kemajuan bangsa, justru semangat nasionalismenya memudar.Â
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi masih banyaknya mahasiswa yang tidak hapal pancasila.
Dilansir dari survei yang dilakukan Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Soedarmo bersama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) terhadap mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Jabar, menemukan bahwa sebanyak 40% mahasiswa tidak memahami dan hafal Pancasila. hal ini sangat lucu mengingat pemuda adalah penerus bangsa.Â
bagaimana nasib indonesia jika penerusnya saja lupa akan dasar bangsanya? jika hal ini disepelekan dikhawatirkan akan mempermudah masuknya paham radikalisme ke indonesia.
Penyebab Menurunnya Rasa Nasionalisme Pemuda IndonesiaÂ
Pengaruh GlobalisasiÂ
Kemudahan akses internet dan media sosial membuat pemuda lebih mudah terpapar informasi dari berbagai belahan dunia, Informasi yang beredar di media sosial seringkali tidak terfilter dan dapat membentuk opini yang bias atau bahkan negatif terhadap negara sendiri. ketidakpandaian pemuda untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk menjadi salah satu penyebabnya. selain itu, Dominasi budaya pop asing yang kuat membuat pemuda lebih tertarik pada gaya hidup dan nilai-nilai asing dibandingkan dengan nilai-nilai lokal.Â
Lemahnya Pendidikan Kewarganegaraan
Materi pendidikan kewarganegaraan yang kurang menarik dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari membuat siswa kurang tertarik. Metode pembelajaran yang kaku, masih konvensional dan kurang melibatkan siswa secara aktif juga menjadi kendala.Â
Contoh Buruk dari Figur Publik
Kasus korupsi yang sering terjadi di kalangan pejabat publik membuat pemuda kehilangan kepercayaan terhadap pemimpin dan sistem pemerintahan. Serta Perilaku negatif yang ditunjukkan oleh figur publik, seperti hedonisme dan perilaku menyimpang, menjadi contoh buruk bagi pemuda yang dapat memicu rasa ketidakadilan dan apatisme.