Mohon tunggu...
Try Nabilla Buseri
Try Nabilla Buseri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa jurusan Teknik Informatika (TI) di STIKOM PGRI Banyuwangi, Jawa Timur. Aktif sebagai penulis. Telah bergabung dengan enam group sastra di Indonesia. Teman-teman boleh gabung ke blog pribadi saya di www.cewekjilbab.wordpress.com / email : ielha_awin@yahoo.com. Terima Kasih Telah berkunjung ke Kompasiana saya, semoga ada manfaat yang bisa dipetik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepedulian Sosial Terhadap Lingkungan

27 Januari 2012   12:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:23 2131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan yang lalu, saya dikagetkan oleh ulah warga disekitar rumah saya yang sedang mempeributkan tentang pembuangan limbah pabrik kertas yang jaraknya tidak jauh dari pemukiman penduduk. Limbah yang diakibatkan terjadi kebocoran itu tercium bau busuk dan menyengat telah menggangu ketenangan masyarakat yang berada di pemukiman. Pipa untuk aliran limbah yang sebenarnya telah di siapkan untuk menampung sisa-sisa pembuangan hasil pabrik ternyata telah penuh dan akhirnya memuntahkan ke beberapa titik jalan umum yang sering di lewati warga sekitar.Melihat peristiwa itu, saya sendiri cukup kecewa dan menyesal. Terlintas tentang dampak yang akan terjadi jika masalah pembuangan limbah ini tidak cepat ditangani. Dari kisah nyata yang saya alami sendiri, ternyata saya dapat mengambil kesimpulan. Bahwa peran dan kepedulian terhadap limbah itu sangat dibutuhkan. Apalagi soal limbah pabrik yang hasilnya tidak mungkin bisa digunakan lagi. Hanya bergeniang dan menuju ke sungai. Kepedulian tentang jalannya limbah itu sendiri, dan kesadaran masyarakat juga untuk tidak menghasilkan limbah-limbah lain apalagi sampai menghalangi aktifitasnya.

Limbah yang dikenal dari hasil pembuangan tadi jarang meresahkan warga, tidak sering juga terjadi kebocoran pipa pembuangan limbah pabrik, apalagi sampai meresahkan warga sekitar. Ini hanyalah kecerobohan pihak-pihak yang tidak mau bertanggung jawab saja. Tapi jika dilihat dari sisi lain, limbah yang juga tengah hadir dari masyarakat itu sendiri justru sering menjadi topik permasalahan secara global. Permasalahan yang sampai saat ini tidak ada jaminannya untuk tidak terulang kembali. Sebut saja limbah padat atau lebih dikenal dengan sampah. Sampah yang merupakan hasil pembuangan yang tidak memiliki nilai ekonomis ini sering menjadi masalah besar dalam proses menanganinya, padahal kita tidak menginginkan kehadirannya, tapi kembali lagi dari makna sebenarnya. Bahwa sampah tidak memiliki keuntungan bagi kita, maka dari itu selalu dijadikan hal yang tidak terpakai lagi.

Jika dilihat lebih jauh, ternyata sampah bukanlah hal yang terbuang atau sudah tidak terpakai. Sesuai dari hasil kimiawi yang di dapatkan dari sampah itu sendiri ternyatasampah memiliki senyawaorganik dan anorganik.Yang dimana sesuai dengan kandungannya tertentu. Jika di sepelekan maka akan menjadi sebuah ancaman besar, bahkan merugikan. Tapi bila dilihat manfaatnya, sampah juga bisa menjadi bahan yang bisa terpakai lagi atau sering disebut di daur ulang kembali.

Pengertian dari daur ulang sendiri yaitu suatu proses untuk menjadikan sampah menjadi barang baru yang dapat digunakan kembali. Proses daur ulang ini banyak sekali manfaatnya, selain mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, juga dapat mengurangi terjadinya polusi. Adapun langkah yang cukup mudah untuk menjadikan sampah menjadi sebuah barang yang berguna dan dapat dipakai lagi, yaitu pertama-tama kita dapat mengumpulkan barang-barang yang menurut kita sendiri dapat digunakan kembali dari hasil pembuangan tadi, kemudian barulah kita memilah satu per satu barang yang kita kumpulkan, dengan melihat jenis dari sampah-sampah tersebut, mana yang merupakan sampah organik dan anorganik. Tentu saja kita akan lebih cenderung untuk memilih sampah anorganik sebagai bahan dasar daur ulang. Sebab, dari jenis sampah anorganik sendiri yaitu seperti botol, plastik, kaca, ataupun kertas biasanya mudah untuk diolah kembali menjadi suatu barang yang berguna. Dalam pembahasan ini saya akan menjelaskan sedikit dari salah satu sampah yang kapasitasnya masih dibutuhkan sampai sekarang, yaitu sampah plastik. Plastik merupakan bahan dasar yang saat ini masih banyak digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru yang dapat digunakan kembali. Dalam proses produksinya, plastik biasanya dapat mengahasilkan barang-barang yang sering digunakan, seperti botol shampo, tempat sabun, kantong plastik, alat-alat makan berupa, piring, sendok, mangkuk, dan gelas, juga pada barang yang berbahan dasar plastik lainnya. Tapi jangan salah, dalam penggunaannya, plastik juga memiliki dampak yang negatif, sebab jika dipakai secara berlebihan, plastik ini dapat melepaskan senyawa beracun yang terkandung di dalamnya. Penggunaan plastik memiliki jangka waktu yang sangat lama, dapat bertahan hingga bertahun-tahun, jadi tidak salah lagi jika sampah plastik merupakan salah satu penyebab timbulnya pencemaran lingkungan yang terbesar. Sampah plastik biasanya di musnahkan dengan cara dibakar, padahal itu bukan satu-satunya cara untuk memusnahkannya. Justru akan membawa malapetaka terhadap manusia. Mungkin plastik sendiri mudah meleleh, namunaroma yang terhirup oleh manusia akan mengakibtkan gangguan pernapasan atau jenis penyakit lainnya hingga menyebabkan kematian. Gas yang terkandung dalam sampah plastik tersebut mengandung racun. Kebanyakan dari beberapa orang tidak mengerti akan hal ini, mereka selalu menganggap remeh, dan memilih cara yang lebih mudah untuk mengatasinya. Bukankah ini juga mengganggu lingkungan di sekitar kita. Maka dari itu, hal yang harus kita lakukan ialah dengan mengadakan sosialisasi bersama, mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga, dan seluruh warga yang berada pada sebuah pemukiman. Bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh ibu rumah tangga misalnya, yaitu bagaimana ia dapat memelihara lingkungan kebersihan rumahnya, dengan menyediakan beberapa wadah untuk barang-barang yang sekiranya tidak terpakai lagi. Atau menyediakan kantong-kantong yang khusus untuk sampah organik dan anorganik, di dapur atau di halaman rumahnya. Selain itu kesadaran sosialisasi yang dilakukan oleh anak-anak sudah diajarkan orang tuanyajuga guru di sekolahnya. Misalnya melalui kegiatan kerja bakti setiap hari sabtu pada lingkungan sekolah, anak-anak diperintahkan untuk membawa peralatan seperti sapu atau karung untuk menampung sampah yang dihasilkan. Sosialisasi yang tercipta akan membawa dampak positif, bukan hanya pribadi kita sendiri, tapi juga untuk orang lain dan lingkungan. Karena dalam sebuah sosialisasi ini, kita dapat mengerti dan menyadari tentang bahaya atau ancaman dari masalah penanggulangan sampah. Salah satunya, memahami cara tentang memusnahkan sampah plastik tadi, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari. Ini merupakan suatu perwujudan berkala agar tercipta lingkungan yang bersih dan rapih. Juga melatih diri sejak dini untuk selalu menjaga lingkungan. Selain itu, kita dapat menghasilkan banyak keuntungan dari perwujudan pengolahan sampah secara terpadu melalui proses daur ulang,yang kedepannya dapat meningkatkan perekonomian kehidupan kita. Manfaat lain datang dari sampah yang bersenyawa organik. Selain dapat digunakan sebagai pupuk juga dapat menjadi bahan bakar gas. Bukankah sampah yang terbuang dan tidak terpakai lagi begitu besar manfaatnya? Iyah, jika kita tidak menyepelekannya.

Maka dalam hal ini, yang sangat kita butuhkan ialah kesadaran akan nilai sosialisasi terhadap lingkungan. Jika kita telah melihat dengan jelas bagaimana dampak yang ditimbulkan dari hasil pembuangan limbah, pengolahan sampah menjadi bahan yang berguna, juga manfaat yang ditimbulkan, maka tidak lain adalah kesadaran akan hal ini. Bagaimana lebih dewasa lagi untuk menanganinya. Cukup dengan menuruti kata larangan “Jangan Membuang Sampah Sembarangan” atau juga “ Hati-Hati Terhadap Saluran Limbah”. Ini bukan sekedar pemberitahuan, tapi juga suatu langkah untuk tidak merugikan kita sendiri. Coba lihat, jika banyak tumpukan sampah yang berserakan dimana-mana, misalnya di jalan, apa itu tidak meresahkan kita, selain itu juga bisa menjadi penghalang aktifitas kita. Tentu sangat jelas, padahal itu hanya sebuah tumpukan yang terbuang, tapi karena kita menyepelekannya dia akan menjadi suatu hal yang menggangu apalagi sampai meresahkan. Sebenarnya kesalahan itu tidak mutlak dari diri kita sendiri, tapi juga oleh pihak-pihak yang sudah ditugasakan untuk menangani sampah ini. Mereka begitu lamban dalam menangani tugasnya, padahal sampah dapat menjadi malapetaka bagi dirinya sendiri.

Biarlah itu menjadi tanggungan mereka. Mulai sekarang, cobalah kita belajar untuk membuang sampah pada tempatnya. Mulai dari diri kita sendiri, misalnya pada kasus yang pernah saya temui dari seorang anak kecil yang diajarkan ibunya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Observasi secara nyata ini saya kaji hanya dalam kurun waktu tiga hari saja. Apa yang terjadi, ketika saya berkunjung ke rumahnya sangat kebetulan sekali, anak yang diajarkan ibunya tadi sedang memungut sampah di depan rumahnya, padahal itu hanya berupa dedaunan kering. Ketika saya menemui ibunya, disitu saya dijelaskan banyak hal tentang anaknya itu. Intinya si ibu selalu mengajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mengajarkan tentang kebersihan dan menjaga lingkungan, terutama lingkungan rumahnya. Kesadaran sosial yang ada pada diri anak ini cukup tinggi. Anak yang baru berumur kira-kira enam tahun itu sudah banyak memahami tentang kepedulian terhadap sampah. Kemudian setelah itu, saya dengan sengaja memberikan permen kepada si anak. Sungguh yang membuat saya terkejut, dia tidak membuang kulit permennya begitu saja, seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya, tapi di masukan dan disimpan dalam saku celananya. Saya hanya bisa tersenyum, dan jujur saat itu saya sangat terkesan sekali, melihat kepedulian anak kecil yang tidak begitu tahu soal masalah besar ini.

Coba bandingkan dengan diri kita, yang telah diberi pengetahuan secara luas tentang masalah ini. Kenapa kita harus kalah dengan anak kecil, harusnya kita sebagai patokan atau contoh yang baik untuk mereka, tapi sampai saat ini kita masih belum mampu menanganinya untuk kita sendiri. Apa kita harus menunggu intruksi lagi, peringatan-peringatan yang seharusnya tidak terpajang bertahun-tahun hanya untuk menyadarkan kita, atau selalu mengikuti penuyuluhan dan bakti sosial untuk lebih meningkatkan kesadaran kita, rasanya itu tidak perlu. Sudah banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari kecerobohan kita sendiri.

Dimana kewajiban kita untuk mempertanggungjawabkan tindakan kita. Hak kita sebagai warga negara haruslah mengerti bagaimana menggunakan hak dengan baik, juga bagaimana tanggung jawab kita untuk menjaga lingkungan kita. Soal hak, itu mutlak. Tentu jelas kita sebagai penghasil sampah itu sendiri, tapi kewajiban kita juga harus diutamakan. Kewajiban kita untuk mengatasinya agar tidak timbul masalah baru. Kewajiban kita untuk menjaga lingkungan, baik dari atau untuk diri sendiri maupun orang lain.

Seharusnya kita sadar dari dampak yang ditimbulkan itu, belajar untuk menyayangi lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya dan tepat waktu. Kita juga bisa beranjak untuk hal-hal yang lebih baik lagi, mengumpulkan dan memilah sampah yang terbuang tadi. Misalnya menyediakan tempat sampah yang khusus untuk bahan organik dan sampah anorganik. Itu tahap untuk lebih mengahargai lingkungan bukan. Memang saat ini sudah banyak tindakan yang dilakukan untuk memilah sampah-sampah tersebut. Terutama pada tempat-tempat umum, seperti pasar, sekolah, kampus, juga tempat umum lainnya. Dari pengamatan saya sendiri, tempat yang khusus sampah organik itu biasanya disimbolkan dengan warna merah, sedangkan biru untuk sampah yang bersifat anorganik. Dari sini bukankah banyak kemudahan untuk kita dapat memilih sampah yang akan di daur ulang kembali. Tentu jelas tempat sampah yang bersimbolkan warna biru tadi akan lebih banyak diminati untuk dijadikan sebagai barang baru. Sedangkan sampah organik itu akan dipertimbangkan lagi, biasanya jika tidak mengandung racun yang berbahaya, sampah organik ini akan dijadikan pupuk kompos, atau juga sebagai bahan bakar gas.

Yang paling penting disini adalah bagaimana kesadaran kita untuk menanganinya. Mulai dari diri sendiri kemudian memacu kepada orang lain dan lingkungan sekitar kita. Sebab limbah atau sampah tidak akan lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Jika kita salah dalam menanganinya, maka akan membawa dampak negatif bagi kita, tetapi jika mengerti dalam mengatasinya, maka akan membawa keberuntungan yang besar dan memiliki nilai ekonomis yang bermanfaat bagi kehidupan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun