Mohon tunggu...
Try Kusumojati
Try Kusumojati Mohon Tunggu... -

selalu ingin tahu lebih

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Barbar

2 Maret 2010   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:40 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sungguh benar kata-kata yang pernah di ucapkan oleh K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur). DPR itu seperti taman kanak-kanak, mungkin malah lebih kanak-kanak lagi di banding anak-anak kecil. Anak-anak kecil masih mempunyai ekspresi yang menyenangkan untuk di lihat.

Rapat paripurna DPR pagi ini benar-benar menjadi bukti, bahwa ke intelektualan mereka raib entah kemana. Yang katanya bergelar Doktor bahkan profesor, malah seperti pengangguran yang "nongkrong" di terminal dan pasar yang saling serang, ribut mengincar jatah.

Anggota dewan yang katanya terhormat dan bermartabat, semakin menunjukkan bahwa nilai-nilai musyawarah mufakat telah hilang dari negeri ini. Sungguh saya seperti menonton acara Animal Planet yang menyuguhkan betapa kerasnya hidup sebagai binatang di hutan belantara yang luas. Saling memangsa satu sama lain untuk mempertahankan hidup dengan cara yang tidak manusiawi (karena mereka memang binatang).

Lalu apakah yang kita harapkan dari hasil rapat paripurna DPR ini? Adakah mereka sadar bahwa seharusnya mereka memperjuangkan nasib rakyat yang semakin hari semakin terpuruk? Sadarkah mereka bahwa apa yang mereka lakukan di sana di saksikan oleh jutaan masyarakat di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Di manakah rasa malu mereka? Ataukah mungkin "kemaluan" mereka kecil?

Para demonstran juga tidak kalah beringasnya. Sungguh, bukan simpati yang akan mereka dapatkan, tetapi justru cibiran dan cemoohan. Mereka layaknya orang-orang barbar yang tidak berbudaya sama sekali. Apa yang mereka perjuangkan? Haruskah dengan cara seperti itu?

Apakah demokrasi harus seperti ini? Kalau seperti ini, saya lebih memilih tidak ada demokrasi tetapi keadaan damai, tentram dan rakyat sejahtera. Terkadang kita lupa, teriak-teriak Allahuakbar tapi kelakuan barbar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun