Apakah dampak dari perkataan positif? Pentingkah?
Oleh : Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Kamis, 20 Maret 2025
Setiap orang dapat mengeluarkan sebuah perkataan yang berasal dari mulutnya sendiri. Intinya adalah perkataan adalah suatu hal yang keluar dari mulut manusia, bahkan makhluk hidup lain selain manusia. Perkataan itu memiliki makna yang sama dengan ucapan, kata-kata, maupun pernyataan. Itu karena perkataan itu adalah suatu ucapan yang keluar dari mulut, kemudian dalam bentuk kata-kata, yang mana merupakan suatu pernyataan dari orang tersebut. Kalau bukan pernyataan, maka tidak disebut sebagai perkataan, melainkan pertanyaan. Kalau pertanyaan, biasanya di akhiri dengan tanda tanya, dimana diberikan simbol sebagai "?."
Perkataan tersebut, ada yang berbentuk negatif, maupun positif. Perkataan negatif bersifat merugikan, dimana di tandai dengan kata-kata yang tidak menguntungkan sama sekali. Ada yang mengatakan istilah sebagai sebuah kutukan, luapan amarah, atau istilah lainnya. Misalnya, "kamu adalah orang yang sangat bodoh sekali, karena apapun yang saya katakan kamu sama sekali tidak memahaminya." Selain itu, misalnya "kamu adalah anak yang memiliki karakter yang sangat jahat, dimana kamu barusan saja berkelahi dengan tetangga." Serta berbagai kalimat yang lain, dimana disana terdapat kata-kata yang kurang menyenangkan, berupa kata "bodoh" maupun "jahat." Jadi, jika seseorang, apalagi orangtua yang menyatakan bahwa anaknya itu bodoh, apalagi jahat, maka kemungkinan besar akan terjadi pada anak itu. Karena ucapan adalah doa, makanya dalam berkata-kata harus yang positif. Sehingga perkataan negatif itu sangat merugikan sekali. Takutnya apa perkataan negatif tersebut akan terjadi pada orang tersebut. Sama saja kita mengutuki, apalagi menjadikan mereka dengan label kata negatif tersebut.
Sedangkan, perkataan positif bersifat menguntungkan, dimana di tandai dengan kata-kata yang menguntungkan sekali. Ada yang mengatakan dengan istilah berkat, harapan positif, atau istilah lainnya. Misalnya, "kamu itu anak yang sangat baik sekali," "kamu itu anak pintar, tapi harus semangat untuk belajar terus." Serta berbagai kalimat yang lain, dimana disana terdapat kata-kata yang sangat menyenangkan, berupa kata "baik" maupun "pintar." Jadi, jika seseorang, apalagi orangtua yang menyatakan bahwa anaknya itu baik, apalagi pintar, maka kemungkinan besar akan terjadi pada anak itu. Karena ucapan adalah doa, makanya kita harus terus memperkatakan hal-hal yang bersifat positif. Dengan harapan apa kata positif tersebut terjadi pada anak itu. Sehingga perkataan positif itu sangat menguntungkan sekali. Diharapkan, apalagi secara pasti perkataan positif itu akan terjadi. Apalagi jika di dukung dalam doa kepada Tuhan. Apa yang di minta akan di terima, sehingga kita minta kata positif maka kita dapat hal positif. Sama saj kita memberkati, apalagi menjadikan mereka dengan label kata positif tersebut.
Kemudian dari segi psikolgis, orang yang misalnya dikatakan bodoh, apalagi oleh orangtua, maka dia akan selalu menganggap dirinya sebagai orang bodoh. Tidak semangat lagi untuk belajar, dimana dia kemungkinan berkata untuk apa belajar toh saya adalah orang bodoh kata orangtua saya sendiri. Bukan mendukung orang supaya semangat belajar, melainkan menjatuhkan orang tersebut supaya pasrah pada keadaan dan sungguh-sungguh percaya bahwa dia adalah orang bodoh. Padahal pada dasarnya tidak ada orang yang bodoh, tetapi yang ada adalah orang tersebut tidak bertemu denga seseorang yang bisa memasuki dunianya, sehingga bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Karena jika mau mengubah orang, atau mempengaruhi seseorang, maka kita harus memasuki dunia orang tersebut. Sehingga kita tidak terlihat langsung mempengaruhi, tapi secara diam-diam.
Memang ada orang yang begitu di beri label sebagai orang bodoh, dia akan pasrah pada keadaan yang akan menghancurkan masa depannya sendiri. Tetapi ada orang yang menjadikan label bodoh tersebut sebagai sumber semangat bagi dia, dalam membuktikan dirinya bahwa dia itu tidak bodoh. Dia membuat label negatif tersebut, sebagai ajang penyemangat untuk dirinya supaya lebih baik lagi. Tidak mengalami apa yang sesuai dengan kata di label tersebut. Dia akan semangat belajar, atau mati-matian belajar, supaya dia menunjukkan, lebih-lebih kepada yang mengatakan dirinya bodoh, bahwa dia tidak bodoh sama sekali. Ada istilahnya belajar secara autodidak, dimana dia mendapatkan suatu keahlian dengan cara belajar sendiri. Mencari tahu sendiri, tanpa bantuan dari oranglain. Pada intinya dia tidak memanfaatkan oranglain, melainkan berusaha sendiri secara semaksimal mungkin. Itu karena semua bisa di pelajari, semua bisa di pahami, asalkan ada dalam dirinya sendiri sebuah minat yang sungguh-sungguh minat. Kemudian minat tersebut perlu di dukung oleh motivasi, supaya lebih semangat lagi dan minat tersebut dapat tetap bertahan selamanya.
Lantas, apakah dampak dari perkataan positif? Pentingkah?
Dampak dari perkataan positif adalah membangun orang tersebut, dimana memberikan semangat apalagi semangat yang membara-bara, sehingga meningkatkan hasil atau prestasi dari orang tersebut. Hal tersebut terjadi karena dia di berikan label positif, sehingga dia lebih semangat lagi. Cuma supaya dia tidak meneruskan keburukkannya, maka orangtua atau guru perlu menjelaskan dengan perkataan yang baik dan benar, bukan yang menyinggung apalagi menjatuhkan orang tersebut. Karena sebuah kata itu dapat menjadi senjata yang menghidupkan orang, atau malah juga bisa terjadi kebalikkannya yaitu membunuh orang. Tanpa kita harus memakai senjata tajam, atau hal-hal yang secara fisik dapat membunuh orang. Kalau kata-kata tersebut, membunuh secara perlahan-lahan namun pasti, dimana akan terjadi secara bertahap, baik di sadari maupun tidak di sadari secara langsung. Sehingga perkataan positif tersebut sangat baik untuk diberikan kepada semua orang, supaya tidak ada kata negatif yang menjadi senjata pembunuh orang tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI