Berpikir Positif sebagai solusi Depresi Belajar Matematika
Oleh: Trygu (Try Gunawan Zebua)
Gunungsitoli, 06 Februari 2022
Berdasarkan dari hasil survei yang telah dilakukan oleh Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) didapatkan bahwa sekitar 94% masyarakat Indonesia mengidap depresi dari mulai tingkat ringan hingga paling berat (http://www.antara.co.id/ dalam Lubis, 2016:2-3). 94% itu berarti bahwa hampir semua masyarakat Indonesia mengalami yang namanya depresi itu, mulai dari depresi yang tingkat rendah dan bahkan sampai yang tingkatnya tinggi, dimana hanya 6% saja yang tidak mengalami depresi. Itu berarti bahwa ada kemungkinan yang tidak mengalami depresi sama sekali.
Namun, pada kenyataannya depresi dapat dialami oleh siapapun tanpa terkecuali, entah itu karena ditinggalkan oleh orang yang tersayang (kakak, adek, maupun orangtua, atau orang yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang tersebut). Depresi juga dialami dalam bidang keluarga, misalnya sifat anak yang bandel atau suka mengganggu dan bahkan merusak, kasus perselingkuhan, dan lain-lain sebagainya. Begitu pula pada bidang atau dunia kerja, dimana depresinya berupa harus kuliah lagi supaya naik jabatan tertentu yang diinginkan, harus mengikuti pelatihan atau melakukan penelitian, maupun sifat dari teman satu pekerjaan yang suka mengejek atau menertawakan orang tersebut, dan lain-lain sebagainya.
Sehingga depresi dialami oleh siapapun pada saat usia anak-anak, saat remaja, saat menjadi orangtua, dan bisa jadi baru dialami pada saat sudah menjadi kakek atau nenek. Depresi dialami pada berbagai bidang kehidupan kita, dimana depresi dalam bidang keluarga disebut sebagai depresi keluarga, dalam bidang pendidikan disebut sebagai depresi pendidikan, dalam bidang pekerjaan disebut sebagai depresi pekerjaan, dan bahkan dalam bidang atau aktivitas belajar matematika yang disebut sebagai depresi belajar matematika. Depresi dalam belajar matematika atau depresi belajar matematika, jika dalam kadar yang rendah akan menghasilkan prestasi belajar matematika dan hasil belajar matematika yang baik, sedangkan jika dalam kadar yang tinggi atau bahkan sangat tinggi dan tidak dapat dikendalikan, akan menghasilkan prestasi belajar matematika dan hasil belajar matematika yang buruk atau rendah.
Depresi yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika dan hasil belajar matematika yang buruk dapat diatasi dengan berpikir positif, dimana depresi dapat dialami oleh siswa dalam belajar matematika karena pikiran yang masih negatif, entah itu dari keluarga, orangtua, teman atau sahabat, guru, dan lain-lain sebagainya. Sehingga siswa merasa tidak nyaman atau tidak senang dalam belajar matematika di dalam kelas. Pikiran negatif tersebut entah itu matematika adalah hantu, matematika adalah sesuatu yang mengerikan, guru yang begitu galak atau kejam, matematika yang tidak berguna sama sekali, dan lain-lain sebagainya.
Lantas, apakah itu berpikir positif, sebelumnya kita membahas dulu seperti apa itu pikiran manusia. Dalam "Alladin Factor" karya Jack Canfield dan Mark Victor Hansen (Adelia, Tanpa Tahun Terbit:5), dikatakan bahwa setiap hari, manusia menghadapi lebih dari 60.000 pikiran. Selanjutnya Adelia (Tanpa Tahun Terbit:5) mengatakan bahwa: Dan, satu-satunya yang dibutuhkan sejumlah besar pikiran tersebut adalah pengarahan. Jika arah yang ditentukan bersifat negatif, maka sekitar 60.000 pikiran akan keluar dari memori ke arah negatif, dan begitu pula sebaliknya jika kita arahkan ke arah yang positif akan menghasilkan atau keluar ke arah yang positif pula (Adelia, Tanpa Tahun Terbit:5).
Itu berarti bahwa jika kita arahkan ke arah yang positif maka akan berdampak baik, sedangkan jika kita arahkan ke arah negatif akan berdampak buruk bagi siapapun tanpa terkecuali. Semua tergantung dari kita mau di arahkan kemana pikiran tersebut. Berpikir positif adalah kegiatan seseorang yang mengarahkan atau membuat pikiran ke arah yang positif, sehingga diharapkan akan berdampak baik atau positif bagi orang tersebut, maupun kepada oranglain tanpa terkecuali. Sehingga berpikir positif itu sangat kita perlukan karena dapat berdampak baik.
Berpikir positif dapat dilakukan dalam aktivitas atau kegiatan belajar matematika, supaya bisa mengurangi atau menurunkan depresi belajar matematika yang dialami oleh siswa tanpa terkecuali. Berpikir positif dalam belajar matematika atau berpikir positif belajar matematika dapat dilakukan dengan cara menanamkan dalam pikiran bahwa matematika itu mudah dan mengasiykkan, bukan lagi menjadi sebuah hantu atau sesuatu yang menyeramkan. Namun, jika kita kurang paham materi tertentu dalam belajar matematika dapat dilakukan dengan cara bertanya kepada guru, atau sahabat, teman, maupun keluarga kita yang paham matematika. Dapat juga dilakukan dengan cara belajar dari Youtube atau Google, dan lain-lain sebagainya.
Berpikir Positif belajar matematika dapat juga dilakukan dengan menanamkan dalam pikiran kita bahwa matematika itu berguna karena matematika ada dimana saja dan kapan saja. Hal tersebut benar, karena saat kita ke pasar ada matematika, saat ke sekolah ada matematika, dan bahkan saat kuliah kita pasti ketemu dengan matematika berupa statistika yang merupakan cabang ilmu matematika. Sehingga pikiran yang mengatakan bahwa matematika itu tidak berguna itu adalah salah.