Mohon tunggu...
Try Fitry Widyawaty Paturusi
Try Fitry Widyawaty Paturusi Mohon Tunggu... -

Bukan penulis,hanya seorang manusia biasa yang mau belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Money

Upal

13 Februari 2010   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

U P A L, bukan nama makanan, bukan pula nama orang, apalagi nama sebuah jalan.  U P A L adalah singkatan dari Uang PALsu.  Setiap harinya pasti kita selalu bersentuhan dengan uang, karena hampir semua kebutuhan selalu ada imbalan jasanya, yaitu dibayar dengan uang.  Kemajuan teknologi saat ini semakin pesat, ada yang menggunakannya kearah yang positif tapi tak jarang pula yang menggunakannya ke arah yang negatif.  Salah satu kemajuan teknologi yang digunakan ke arah yang negatif adalah pembuatan UPAL.  Tujuh bulan menjadi seorang Teller membuat saya dapat mengira-ngira kemajuan pembuatan UPAL tersebut.  Satu bulan pertama UPAL pecahan  Rp 50.000 yang saya temukan dari seorang nasabah yang ingin menabung, masih mudah untuk dikenali  malah kalau mau sedikit sombong saya akan memakai kata "terlalu" mudah dikenali (ini menurut saya,mungkin berbeda dengan orang awam).  Mengapa "terlalu" mudah?.   Karena kalau dilihat sepintas uang ini lebih mirip  copyan uang asli yang dibuat dengan menggunakan printer biasa dengan kertas HVS biasa pula, masih belum ada benang pengaman (security thread) sehingga saya berani mengatakan "terlalu" mudah.  Bulan kedua, saya menemukan lagi UPAL serupa, dari seorang nasabah yang akan membayar kredit hanya saja kertas yang dipakai agak sedikit tebal,  menyerupai ketebalan uang aslinya tapi sama saja masih 'kasar' cara mencetaknya.  Masih dibulan yang sama hanya berselang seminggu, saya menemukan lagi UPAL, nah UPAL ini pembuatannya sedikit maju, karena sudah ada benang pengaman (security thread) hanya saja benang pengamannya masih sangat kasar baik bentuk dan cara. menempatkannya.  Uang ini kutemukan dari seorang  staff  kantor  sebuah lembaga penyalur kredit milik daerah (alasannya waktu itu lampu UV nya rusak).  Seminggu kemudian saya temukan lagi UPAL baru, bukan lagi pecahan uang Rp. 50.000 melainkan pecahan Rp. 20.000, kutemukan dari seorang staff sebuah BUMN yang akan menyetorkan uang pendapatan kantor mereka, tapi sama saja masih sangat mudah untuk saya kenali.   Tak berselang beberapa hari kemudian  tersiar kabar kalau uang palsu dipasar sangat heboh kemunculannya.  Sampai-sampai seorang polisi yang berpakaian preman (mungkin polisi intel) datang kekantor kami dan meminta bantuan untuk mendeteksi  3 lembar pecahan uang Rp. 50.000 temuan mereka.  Bulan ketiga, kutemukan lagi si 'UPAL' dari seorang laki-laki yang berasal dari P.Jawa(bukan nyinggung masalah R A S,lho) yang akan mengirimkan  uang hasil kerjanya kekampung asalnya berada.  Lagi-lagi bentuknya kembali seperti bulan pertama.

Bulan keempat,kelima dan keenam tak lagi kutemukan si "UPAL', ini bukan berarti pembuatan UPAL terhenti, bukan sama sekali, malah menurut saya, tiga bulan itu terhenti karena si pembuat 'UPAL' ini mencoba  mencari cara yang sangat profesional untuk menghasilkan 'UPAL'  yang sangat berkualitas tentunya sehingga terlihat sangata mirip  dan menyerupai uang aslinya.  Ya, perkiraanku tidak meleset, bulan ketujuh munculllah UPAL wajah baru, yang sampai-sampai saya sendiri tak menyangka akan seprofesional ini ciptaannya.  Mulai dari ukuran, bentuk, benang pengaman dan OVI nya (Optical Variable Ink) sangat menyerupai, SANGAT MIRIP! (kutekankan kata tersebut)  Heran???Resah??? pasti akan selalu ada rasa ini ketika setiap kali menerima uang dari nasabah.    Untunglah ada lampu sinar UV (ULTRA VIOLET) yang selalu setia menyala,dan memendarkan cahaya sinar yang sangat terang ketika UPAL ini sembunyi disela-sela uang asli, secanggih apapun teknologi pembuatnya, tapi bagaimanakah dengan masyarakat umum yang tidak memiliki lampu sinar UV. Terpikir olehku untuk berbagi info dengan masyarakat umum mengenai bagaimana cara mengenali ciri-ciri uang asli dengan uang palsu, mungkin melalui Kompasiana ini,bisa lebih membantu. Berikut ini tips yang kudapat dari penelusuran google, yang sangat mudah untuk mengenali  si 'UPAL',

Uang palsu adalah uang yang dicetak atau dibuat oleh perseorangan maupun perkumpulan/sindikat tertentu dengan tujuan uang palsu hasil cetakannya dapat berlaku sesuai nilainya dengan sebagaimana mestinya. Untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan melihat perbedaan antara uang yang asli dengan uang palsu alias upal diperlukan teknik analisis yang cukup sederhana dan bisa dilakukan siapa saja dengan mudah. Langkah cara 3d tersebut ialah :

1. Dilihat
Lihatlah uang yang anda miliki, apakah warnanya pudar, kusam, pucat, luntur, patah-patah, atau masalah lainnya. Pastikan uang yang anda periksa tadi memiliki warna, corak dan gambar yang baik serta memiliki tanda-tanda uang asli seperti tanda air yang menggambarkan pahlawan-pahlawan nasional, bahan kertas serta benang tali pengaman yang berada di dalam uang tersebut. Uang-uang pecahan besar biasanya memiliki tanda keaslian lain seperti corak gambar dengan warna yang mencolok dan sulit ditiru penjahat. Pastikan uang itu benar-benar asli.

2. Diraba
Usaplah uang tersebut apakah uang itu terasa kasar atau lembut. Uang yang asli biasanya agak kaku dan tebal bahan kertasnya. Di samping itu pada angka atau gambar uang biasanya sengaja dicetak agak menonjol dan akan terasa jika diusap-usap. Rabalah uang anda apakah sudah asli atau belum.

3. Diterawang / Ditrawang
Langkah yang terakhir adalah menerawangkannya ke sumber cahaya kuat seperti matahari dan lampu. Setelah diterawang lihatlah bagian tali pengaman dan tanda mata air apakah dalam kondisi baik atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun