Mohon tunggu...
Tryas Munarsyah
Tryas Munarsyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu Mencari Pemuda pencari solusi bukan Pemuda pemaki-maki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Apa dengan Mahasiswa! (Part 1)

31 Maret 2016   21:57 Diperbarui: 12 April 2016   12:11 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ADA APA DENGAN MAHASISWA.!!! (PART 1)

“Mahasiswa dan Universitas Sebagai Agen Ilusi Sebuah Perubahan”

Oleh T & R

"The Couple"

-Mahasiswa Teknik Kimia UMS-

Pendidikan formal khususnya perguruan tinggi yang menjadi basis pengetahuan utama, merupakan sarana untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Karena pendidikan ini dianggap mampu untuk menghasilkan warna baru bagi perubahan tatanan ekonomi, budaya, dan sosial di masyarakat. Selain itu, dia menjadi basis ilmu, pembentuk pola pikir dan cara bertindak yang modern untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang kian menjadi tugas rumah bagi kita. Sedangkan pendidikan non-formal hanya menjadi basis pendukung untuk mengasah kemampuan berinteraksi, manajerial waktu, kepekaan terhadap permasalahan dan juga  wadah pembentuk kepemimpinan. Namun, pendidikan formal yang sedang kita tempuh saat ini terutama di kampus tercinta Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam kapasitas kita sebagai mahasiswa/mahasiswi masih harus dipertimbangkan dan diperbaharui kembali terkait sistem serta tata kelolanya terutama terhadap pelaku aktivitas di dalamnya Hal ini menjadi sorotan di masyarakat karena kampus atau universitas dan para pegiat pendidikan terutama kita sebagai mahasiswa/mahasiswi yang tercatat sebagai agent of change (agen perubahan) masih terkesan kaku untuk memberikan efek yang positif terhadap lingkungan di mana kita berasal. Buruknya universitas maupun mahasiswa/mahasiswi masih saja selalu bersikap acuh tak acuh terhadap permasalahan yang kian menjadi momok itu.

Universitas yang dikendarai oleh para dosen atas ilmu yang diajarkan pada ruangan bak surga dunia tempat kita memejamkan mata sesaat, kini hanya menjadi formalitas dari sistem yang telah tertata rapi oleh birokat-birokat kampus pengelolanya. Tak sering kita untuk dibawa pergi berlari, dan menerobos jeruji permasalahan yang memenjarakan kita pada lingkungan sekitar. Sistem pendidikan yang dialami ini hanya menjadi mainan ayunan anak-anak saja yang suatu waktu pergi tanpa ada kesan yang ditinggalkan. Tugas-tugas kuliah, penelitian, dan skripsi yang diberikan oleh universitas atas hasil buah pikir mahasiswa/mahasiswi dalam penempuhan waktu yang cukup panjang tak jarang hanya berujung sebagai pajangan dinding hingga kembali menjadi sampah ketika akhir waktu telah menjemputnya. Universitas masih kurang mampu untuk menyetingnya menjadi sebuah Karya Solutif, yang dapat dibanggakan dan menjadi rujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang kian menyelimutinya.

Begitupun halnya kita sebagai mahasiswa/mahasiswi yang telah dan akan selalu tercatat dalam sejarah sebagai agent of change bangsa dan masyarakat. Namun kiranya julukan itu kini hanya menjadi coretan pada garis baju yang terpampang indah bagi mereka yang melihatnya. Semangat itu terihat kian runtuh di kampus ini. Ilmu yang didapat dalam kelas tempat tidur sesaat oleh sebagian mahasiswa itu, hanya menjadi pergolatan pencarian nilai yang juga tak dimengerti kemana akan dibawa. Mungkin hal ini terjadi sebagai akibat dari pilihan kampus yang sekarang kita jajaki hanya bermodalkan kemauan orang tua, mengikuti trend budaya masyarakat dan arus perjalanan hidup ini (pasrah pada takdir). Bukan karena pilihan dan  perencanan masa depan atas basis kemampuan diri yang kita miliki. Sehingga rasa minder dan cemas itu selalu datang mengahampiri atas jalan yang telah kita tempuh ini. Akan tetapi, seyugiyanya hal itu tidak menjadi sebuah alasan yang membuat kita tidak memiliki rasa simpati dan empati terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar kampus. Pendidikan formal berupa materi yang didapat pada sistem birokrasi ini, hanya menjadi nyanyian tidur yang kemudian membuat kita terlelap didalamnya. Sedangkan pendidikan non formal yang akan dan telah kita dapati disebagian organisasi yang diikuti sebagai basis pembentukkan karakter dan penyelesaian solutif juga hanya menjadi angin lalu belaka. Padahal dua hal ini yang akan menjadi modal awal dan besar kita untuk melanjutkan kejenjang kehidupan selanjutnya terutama pada dunia kerja yakni basis multitasking yang ditunjang dengan kemampuan soft skill.

Kondisi ini tentunya tidak hanya menjadi kritikan pedas tanpa bukti yang mendukungnya. Kegelisahan akan fenomena universitas dan terutama para pegiat pendidikan didalamnya menjadi fakta unik yang kemudian perlu kita usik. Beberapa dari sekian hal yang terjadi yakni masalah Edu-Park contohnya. Edu yang berdasar kata Education berarti "Pendidikan" dan Park berarti "Taman", yang saat ini menjadi milik kampus dan tata kelolanya tak memiliki relevansi antara fasilitas serta aktivitas terhadap makna kata dari Edupark itu sendiri. Para elit universitas yang dimotori oleh birokrat-birokat kampus yang kini memegang andil atas taman ini, bukannya mendorong para mahasiswa/mahasiswanya menjadikan taman ini sebagai sarana research, pengembangan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan yang didapat sehingga beperan dalam penyelesaian masalah yang terjadi, tapi taman ini terkesan hanya dijadikan sebagai sarana olahraga tanpa arti, hura-hura, berfoto selfie ria,dan pemenuhan perut kantong yang lapar bagi kalangan elite kampus. Terbukti dengan adanya sarana rumah makan yang tak seharusnya bertengger menghiasi rusaknya keindahan taman ini. Selain itu, pemandangan kurang cocok dari berbagi aktivitas para pengemis bertebaran bebas di sekitaran kampus, fenomena banjir yang sering terjadi di sekitaran kampus jua hanya menjadi tontonan yang menarik, dan budaya intelektulitas bak religius yang seharusnya juga terjamah ke masyarakat luar kampus masih kurang untuk ditanamkan. Aktivitas yang lebih banyak terjadi yakni aktivias hura-hura, ngegame, berdua-duan di kalangan muda-mudi hingga aktivitas tak senonoh oleh mahasiswa/i terfasilitasi di sini. Mahasiswa/mahaiswi pun turut berperan aktif melalui aktivitas pro-nya. Mereka yang seharusnya memberikan krtik dan solusi atas apa yang terjadi juga terdiam tanpa kata dibuatnya. Dan banyak kegelisahan lainnya yang tak dapat tertuang dalam coretan tangan ini.

Entah fenomena badai dan penyakit apa yang kini sedang menimpa universitas dan mahasiswa/mahasiswi di kampus tercintaku ini. Sikap egoisitas diri dan juga perilaku apatis terhadap lingkungan sekitar kini telah menjamur pada keduanya. Padahal prestasi-prestasi kian meningkat terjadi. Mulai dari prestasi mahasiswa/mahasiswinya, dosen dan birokrat lainnya hingga prestasi yang diraih oleh perpustakan serta universitas itu sendiri. Hasil yang didapat ini, kini hanya menjadi alunan musik sementara yang kemudian pergi termakan waktu. Begitulah fakta klasik yang sedikit terusik di sudut kampus ini. Kemampuan intelektualitas, pola pikir dan karya-karya kreatif juga inovatif yang sudah sedikit terasah pada mahasiswa/mahasiswinya dan didukung oleh potensi birokrat kampus terutama para dosen dengan berbagai tingkatan tertinggi titel yang melekat, seharusnya dapat terkelola dan terfasilitasi dengan baik dan memberikan dampak lebih bagi lingkungan. Akhirnya, semoga kegelisahan yang sempat tercoret dalam tulisan ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi semua terutama universitas beserta para birokratnya dan juga mahasiswa/mahasiwi sebagai pelaku penuntut intelektualitas didalamnya untuk kemudian dapat memainkan perannya kembali dengan baik sesuai dengan kapasitasnya. Memberikan solusi kreatif dari apa yang telah diperolah terhadap permasalahan yang terjadi, sehingga keduanya tidak hanya menjadi "Agen Ilusi Sebuah Perubahan"

"Perubahan itu tidak akan terjadi jika kita hanya duduk, diam, mendengarkan dan memberikan kritik,  so berbuat dan berilah solusi"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun