Betsy gemuk, Blackjeans juga gemuk. Mereka suka tidur dan makan. Para mami tinggal teriak “Miiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii”, semua anak langsung bangun dan berlari ke ruang makan (tepatnya di sudut rumah). Begitu pula dengan Loreng, makin lama makin gemuk, gemuk, dan gemuk. Perutnya juga makin lama makin besar, besar, dan besar…
” Loreng, hamil !!”
“ Gak mungkin, Loreng masih kecil “
“ Tapi, mungkin saja “
Kami berpikir, siapa pria tak bertanggung jawab tega menghamili anak di bawah umur (tak mungkin Betsy dan Blackjeans karena mereka masih kecil). Kami lirik kanan, lirik kiri. Terlihatlah seseorang yang berlenggak lenggok santai mendekati ruang makan anak-anak, Booty! Pasti dia, dasar tua bangka, tak berperasaan, tega sekali…! (tapi kami tak bisa menggugat, tak ada pengadilan khusus kucing yang melayani kami)
Kami hanya bisa pasrah, pasrah melihat anak yang begitu malangnya menikah di usia muda. Loreng belum menikmati masa kanak-kanaknya, tapi sudah harus mengalami penderitaan seorang ibu.
Pelan-pelan Loreng mendekati kami.
Cen Tze berkata, “Dia minta gendong, Cia Yin, Sekali-sekali timanglah dia.”
Aku pun memarahi Loreng, “Kamu ya, sungguh buat malu keluarga, hamil di luar nikah. Kan sudah dibilang, jangan sembarangan berkeliaran, sekarang lihat apa yang sudah terjadi? Orang pasti berpikir saya tak bisa mendidik kamu. Lebih baik kamu pergi dari rumah, malu saya!”
Cen Tze tertawa mendengar saya marah-marah tak karuan dan berkata, “Kapan kamu mendidik dia? Melirik saja tak pernah, sudah Loreng ikut tante saja.”
Makin hari perut Loreng makin besar. Kami pun gugup menunggu kelahiran cucu pertama kami. Kami bersihkan tempat tidurnya dan memberi makan yang seimbang agar kehamilannya sehat.
Tiba-tiba Mama Cen Tze berteriak, “Wah Loreng hebat, kemarin satu, hari ini satu tikus lagi, Loreng makan besar, lihat tambah gemuk dia, ckckck.”
Oh…, ternyata Loreng makan tikus kebanyakan, bukan sedang hamil. Sia-sia pengorbanan kaim. Dasar Loreng! Tikus didapat, makanan enak pun didapat. Pura-pura hamil lagi, huh (sebenarnya kami yang salah sangka).
Dengan special kami katakan, “Booty…, kami… minta maaf…, peace (^_^)v”.
So, berprasangka buruk itu…, tak baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H