Mohon tunggu...
Yoshua Reynaldo
Yoshua Reynaldo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang : Kristen, Filsuf Stoa amatir, penikmat sejarah era tengah dan modern, dan manusia yang terbiasa menganalisis dan kritis pada banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Benci-Cinta Golongan 'FPI' Dengan 'Kemusyrikan'

11 Desember 2015   15:29 Diperbarui: 11 Desember 2015   15:54 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca berita yang unik di Purwakarta, saya jadi tertarik untuk menulis artikel ini. Sebelumnya saya akan jelaskan yang dimaksud golongan 'FPI' ini adalah orang yang kekeuh dan keras kepala dalam memperhatikan penerapan Syariat Islam dalam kehidupan nyata secara sosial, yang artinya, secara de facto, akan membuat kita menerapkan hukum agama meskipun dasar hukum kita yang religius-universalis (mengakui multireligi)

Tapi kali ini saya tidak akan membahas vigilantisme FPI, tapi kelakuan FPI dan simpatisannya yang bisa dibilang...lucu dan kontradiktif dalam praktiknya. Tentu saja, hal ini tidak boleh disalahkan semuanya ke anggota FPI ataupun pemimpin FPInya, karena ini adalah sifat dasar manusia, terutama, anggota dan simpatisannya yang....lebih menggunakan emosi dibanding otaknya dalam berfikir.

Lebih menggunakan emosi. Itulah kata yang tepat bagi para golongan FPI. Yang unik adalah tanggapan mereka terhadap praktik kemusyrikan yang sering mereka jalankan dengan merubuhkan patung, mengkritik patung telanjang, menolak tempat ibadah lain, membubarkan konser penyanyi barat, dan lainnya.

Kenapa hal ini saya bilang mereka menggunakan emosi? Melihat berita konflik 'Habib' Rizieq dengan Bupati Purwakarta, saya bisa katakan argumentasi mereka menjustifikasi membasmi kemusrikan adalah setengah setengah. Makanya saya bilang benci-cinta, di satu sisi benci, tapi di satu sisi mereka dekat dengan orang yang mempromosikan kebudayaan yang..bisa dibilang memiliki akar mushrik di daerah mereka.

Pertama, kita mulai dengan budaya asli Indonesia. Bukan rahasia budaya Indonesia memiliki banyak unsur 'kemusrikan' di dalamnya. Budaya seperti Bedug, Nasi Tumpeng, Ondel-Ondel, Reog Ponorogo, dan banyak budaya lainnya memiliki nilai mushrik menurut orang-orang golongan ini. Alasan merobohkan patung Gatot Kaca di Purwakarta juga lucu..."Purwakarta kota Tasbih, bukan kota Hindu." Tapi tentu saja, golongan FPI tidak pernah berteriak soal budaya-budaya yang ada di atas ini. Budaya di atas dipraktekkan di daerah Muslim Konservatif, dengan :

  1. Ondel-Ondel, yang dibuat untuk mengusir roh jahat pada awalnya ketat dengan budaya betawi. Kita tahu kedekatan FPI dengan ormas Betawi seperti FBR, at least dalam hal mendemo Ahok, tapi pasti mereka punya kedekatan, mengingat banyak anggota FBR adalah ulama.
  2. Nasi Tumpeng, budaya Jawa-Madura yang ditandai dengan ucapan syukur pada peristiwa penting. Nasi Tumpeng memiliki bentuk 'gunung' yang menunjukkan ucapan syukur ke arwah nenek moyang -- ya, ini termasuk syirik kalau kalian benar masih percaya superstisious di balik ini.
  3. Garuda - ini lambang negara kita. Garuda itu bukan nama burung, tetapi berasal dari mitologi Hindu pada awalnya. Desain akhir lambang negara kita memang Elang Jawa, tetapi lambang negara kita cukup dipengaruhi oleh cerita mitologi Hindu tentang Garuda yang merupakan tunggangan dewa Wisnu, yang tentu saja dianggap sebagai dewa juga dalam cerita agama Hindu.

Dari hal di atas kita tahu, kenapa orang golongan FPI ini 'getol' dengan patung naga dan gatot kaca? Sementara diam akan hal ini, alasan yang pertama mungkin 'takut' dan segan karena ini budaya teman mereka, meskipun mereka tahu ini 'musrik' menurut standar mereka, tapi hal ini membuktikan golongan ini adalah golongan hipokrit dan half-assed. 

Sementara kemungkinan kedua, menurut saya ini yang paling mungkin, sebenarnya mereka tidak suka budaya itu karena emosi pribadi (konflik dengan bupati Purwakarta yang dilabel musyrik dapat menggerakan orang yang mentalnya kurang kuat, emosian, dan group-oriented atau patung Naga China bukan budaya yang mereka 'sayangi', sehingga naluri fanatisme tidak dihalangi nurani/emosi dengan alasan itu identitas dan budaya mereka).

Sebenarnya ini sudah terbukti, kenapa mereka hanya mengusir Lady Gaga saja? Padahal kalau mau jujur, SNSD, JKT48, dan penyanyi Barat lainnya cukup liberal dan sensual bukan?

Jujurnya, orang dengan mentalitas memihak salah satu golongan (bias) seperti ini, tidak cocok memimpin suatu daerah yang memiliki banyak budaya, apalagi memimpin musyawarah?

Adakah orang yang mau memilih orang bermental anak remaja galau untuk jadi pemimpin?

Please Deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun