Jonru Ginting. Nama ini kembali populer karena polemik-polemik berlebihan yang ditimbulkan olehnya, khususnya ke Jokowi. Sebelum memulai membahas artikel ini, saya tidak akan menyerang pribadi Pak Jonru sendiri, soal dia mau ngerocos di Sosmed adalah urusannya, dan saya tidak pernah mendukung memenjarakan Jonru, karena memang orang ini, menurut opini pribadi saya lebih ke pembuat polemik yang polos (tidak ngerti masalah), tapi secara umum dia tidak menimbulkan bahaya apa-apa, karena postingannya intelek dan berhati-hati untuk tidak menyinggung SARA.Â
Namun karena postingan sebelumnya tentang foto Jokowi sudah melebihi batas kesabaran saya melihat sifat radikal berlebihan pak Jonru, dan mengingat pengikutnya cukup banyak di Medsos, mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi pengikut Jonru
Representasi Jonru Ginting
Jonru Ginting mungkin bisa diekspresikan sebagai salah satu Jenderal kubu pro-Prabowo yang yang dapat dinilai ekstrim dan khususnya mewakili golongan agamis, mengingat Jonru sering membuat polemik yang memuliakan agamanya, jadi dia dapat dikatakan mewakili secara penuh golongan 'fundamentalis'. Jokowi yang dilabelkan sebagai 'Iblis' oleh media religius (yang bahkan dijuluki mirip Iblis karena makan pakai tangan kiri di beberapa media agamik) tentu akan menarik orang ke Jonru sebagai orang yang menjadi ikon kontra Jokowi dari kalangan fundamentalis. Kalau anda lihat komentar postingan beliau, pasti banyak kata2 tanda akhir jaman, ayat kitab, kutipan dokumen tradisi agama, dan sebagainya.
Sayangnya, kalau saya lihat orang-orang yang komen di lapaknya yang terdidik pun (Mahasiswa) tampak sangat terpengaruh bias agamis yang mereka yakini, jadi terkadang orang akan hanya setuju saja menanggapi postingan Jonru. Memang ada yang kritis juga, tapi kalau anda lihat, Top commentnya pasti mayoritas orang yang mengatakan akhir jaman, ayat kitab suci, dsb, dsb. Kekritisan sebagian fansnya (yang memang ada) bisa dikatakan dikalahkan oleh orang2 yang tersihir oleh postingan/argumennya yang bisa jadi dikarenakan bias agamik yang saya katakan. Memang kita cenderung lebih mudah menerima orang yang sepaham dengan kita. Itu human nature, yang bisa positif atau negatif. Kenapa bias? Saya tidak bisa menerima hubungan posting tentang Jokowi dengan kutipan ayat dokumen religius, itu saja, atau tentang akhir zaman. Emangnya Jokowi apaan? Antikristus? Ha ha ha ha.
Kredibilitas Jonru Ginting
Seperti hal yang dikatakan Jonru sendiri (bukan saya lho) sudah sering mengatakan dia sering 'Khilaf' dalam memberitakan hal yang berkaitan dengan Jokowi. Intinya dia terkadang memberikan berita yang cenderung polemicist dan hoax ke Jokowi. Khilaf dalam hal ini, menurut saya merepresentasikan 'bias' yang dia miliki, dengan kata lain, ia cenderung lebih mudah menerima berita yang mendiskreditkan orang yang tidak sepaham dengannya, contoh yang utama  adalah mengenai status keagamaan Dr. Quraisyh Shihab.
Dari hal ini saja kita sudah tahu kalau Jonru Ginting memiliki kecenderungan rash judging yang cukup tinggi, terutama pada orang yang bersebrangan dengan dia dalam paham yang tidak akan dibahas di sini, karena memang itu personal belief yang sudah bukan ranah pembahasan di umum terbuka lagi.
Saya jarang melihat fan page pak Jonru Ginting, tapi saya akan beri contoh 2 polemik yang sempat saya lihat dan ikuti : Soal kenaikan BBM dan soal Kampung Pulo pada waktu itu.
Dalam hal kenaikan BBM dulu di statusnya Jonru berargumen layaknya seperti orang awam, yang tidak memiliki analisis akademik yang mem-back up claimnya dia. Tentu saja hal ini tidak salah - beropini adalah salah satu kebebasan berpendapat di negara Demokrasi. Anda boleh beropini teori konspirasi, ada UFO menjemput anda ke Surga, atau beropini Sarah Palin adalah manusia serigala, apapun bebas. Tapi yang lemah dalam masyarakat luas adalah menanggap opini suatu orang pasti benar.
Jawaban Jonru Ginting ini bisa anda temukan di orang awam, tukang ojek, Ibu RT, bahkan orang yang terdidik tapi tidak pada ranah yang diteliti (orang MIPA, Dokter, dsb.)