Mohon tunggu...
Yoshua Reynaldo
Yoshua Reynaldo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang : Kristen, Filsuf Stoa amatir, penikmat sejarah era tengah dan modern, dan manusia yang terbiasa menganalisis dan kritis pada banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lelucon Socmed Akhir Tahun : Alkulturasi Budaya Religi-Anime

9 Desember 2015   14:25 Diperbarui: 9 Desember 2015   14:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Religi and Anime mungkin bisa dibilang dekat dengan Indonesia. Kedua budaya yang bertolak belakang pada dasar budaya negaranya ini memang sudah cukup khas dengan Indonesia, terutama pada kalangan lahiran 90-an ke atas. Untuk yang mungkin sudah berusia 30-40 tahun sekarang, orang dewasa mungkin sudah mboten ngertos alias nggak ngerti apa sih anime itu? Yang mereka tahu mungkin 'Kartun' yang bisa cenderung ke arah kartun Barat seperti Dexter's Laboratory, Adventure Time, Ben 10, dan lainnya atau kartun Jepang yang seperti Dragon Ball Z, One Piece, Bleach, dan Naruto.

Yang menarik, karena saya tertarik dengan anime juga, mengingat hiburan yang saya nikmati (game, komik) adalah Japanese-style, tampaknya semua anak seumuran saya menyukai hal yang hampir sama dengan saya, VCD  dan gme bajakan, Piracy, dan Komik berstyle orang Jepang mudah didapatkan di Indonesia, terutama dengan website penyedia manga gratis yang ada di Internet. Entah popularitas kultur ini sudah berapa lama, tapi tampaknya istilah 'Otaku' mulai ada tahun 2000-an akhir berdasarkan pengamatan saya.

Kultur yang dipenuhi dengan mata berbinar, kosplay, dan terkadang pesan moral ini tampaknya mengena di hati anak-anak muda, sehingga banyak dari mereka yang mengagungkan Jepang, orang seperti ini disebut Weeaboo (Wibu) atau Otaku, yang artinya sebenarnya sangat menghina di bahasa Jepang aslinya. Orang seperti Otaku dan Weeaboo adalah outcast. Dan jika anda ke Jepang, di sana beban menjadi orang outcast lebih berat daripada di Indonesia.

Tapi yang paling aneh di sini, menurut saya sendiri adalah 'Wibu-Religius' atau 'Otaku-Religius' yang baru-baru ini populer di media sosial, yang menjadi 'Internet Crusader' saat ada soundtrack berbasis Adzan di OST (Original Sound Track) di salah satu anime.

Entah kalau hukum teologinya bagaimana, karena saya bukan muslim, saya tidak tahu hukumnya bagaimana. Yang lucu dan kontradiktif adalah response dari orang Indonesia sendiri.

Seperti biasa, jika ada hal yang sensitif disinggung sedikit, 'Internet Crusaders' akan langsung beringas dan membanjiri posting tersebut dengan komentar. Beberapa ada yang mengatakan kata-kata bahasa Arab yang tidak akan saya sebutkan di sini, karena takut menyulut kemarahan Admin-sama (hehe). Beberapa prajurit pejuang agama langsung membanjiri komentar dengan nama anonymus. Anehnya, banyak penikmat anime di Indonesia adalah orang religius. Beberapa orang Facebook yang saya lihat demen mengepost Konspirasi Zionis tapi memakai Profile Picture Detective Conan.

Di sinilah lucunya. Anime identik dengan kultur sekuler dan liberal Jepang yang menyerap budaya Eropa (Gereja, Kristen) dan budaya asli mereka (Taoisme, Buddhisme, Shintoisme), di budaya mereka sendiri pun, banyak singgungan atas religi, seperti singgungan kata 'Halleluyah', yang kalau dipakai sembarangan pada era zaman Tuhan Yesus sendiri, maka akan berujung pelemparan batu tanda menghujat, dan banyak parodi lainnya, beberapa hari ini di anime yang saya baca ada parodi suster Katolik dengan FSM (Flying Sphagetti Monster) yang merupakan sindiran agama oleh orang ateis di daerah barat.

Entahlah, hukum di Buddha bagaimana kalau mempermainkan nama Buddha.

Tapi ini kembali lagi ke orang Indonesia yang religius. Orang-orang di sini, bahkan ada yang mengaku di forum tersebut, menyukai anime dan belajar bahasa Jepang dari anime dan tetap membela agama. Untuk anda yang dewasa dan belum tahu, tingkah laku seperti itu kontradiktif. Anime apapun, selama ini yang saya baca, memiliki hubungan erat dengan budaya yang sensual secara seks dan banyak 'term' yang berujung pada kegiatan seksual, seperti :

  • Yaoi (Hubungan homoseksual pria-pria)
  • Yuri (Hubungan homoseksual wanita-wanita)
  • Oppai (Payudara)
  • dll

Itu baru sebagian, tapi kecuali anda hanya suka dengan Doraemon, mayoritas anime remaja yang disukai pejuang agama ini memiliki istilah 'fanservice'. Apa itu fanservice? Fanservice adalah istilah dalam forum anime dimana pose seksual atau hal yang membangkitkan gairah seksual sengaja diperlihatkan untuk mendapatkan banyak pembaca atau sensasi (untuk menaikkan rating).

Maka dari itu, saya bilang kocak sekali orang berbicara kata-kata arab yang berarti religi untuk marah di forum Jepang, sementara dirinya sendiri menyukai anime yang notabene bersifat sekuler, liberal, dan sensual secara seks. Hal tersebut tampak hanya mempermalukan nama Indonesia saja. Masak orang ngomong agama, profile picturenya playboy?

Lucu, kalau orang yang suka anime dengan standar yang disebutkan di atas, tetapi di satu sisi ribut berlebihan hanya karena soal pemasangan atribut religi pada opening anime. Naluri agama anda memang ada, tapi menurut saya, akan mempermalukan diri anda sendiri, kalau anda bicara anime dan religi, karena kedua budaya itu (Anime dan Religi) hampir tidak ada harmonisasi selama Jepang masih menganut budaya sekuler dan liberal. Intinya, kalau anda suka dengan Simpsons atau Family Guy yang notabene suka menghina agama, lebih baik anda matikan TV anda daripada anda protes ke developernya dan menuntut acaranya sesuai dengan keinginan anda.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun