Mohon tunggu...
Truly Pudya Utama
Truly Pudya Utama Mohon Tunggu... -

just wanted to pour ... what I see .. what I heard ... and what I think into written form

Selanjutnya

Tutup

Nature

Car Free day dan dampak Positifnya

15 Agustus 2010   09:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:01 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perubahan iklim merupakan isue global yang paling banyak di perbincangkan saat ini, kita juga bisa merasakan panasnya udara disekitar kita yang semakin menyengat. Disamping itu kita juga bisa merasakan ketidakteraturan iklim pola hujan dan datangnya musim kemarau.

Terjadinya perubahan iklim disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang dilakukan dari berbagai aktivitas manusia. Gas rumah kaca adalah merupakan gas-gas atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia yang berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfir sehingga menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi hangat(Meiviana,2004).

Berdasarkan konvensi  PBB mengenai perubahan iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change - UNFCCC), yang merupakan gas rumah kaca yaitu Carbondioksida (CO2), Dinitrogen Oksida (N20), Metana (CH4), Sulfur heksafluorida (SF6), Perflurocarbon(PFcs), dan Hidroflurocarbon (HFCs)

Dari berbagai gas rumah kaca tersebut diatas, tiga diantaranya yaitu CO2,CH4, dan N2O dihasilkan dari  pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi dan industry. Dari berbagai sumber pencemar udara , sektor transportasi yaitu kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang utama pencemaran udara khususnya didaerah perkotaan yang menghasilkan partikel berupa asap, debu, dan gas-gas lainnya (PUSARPEDAL,2007).

Dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang begitu pesat perlu berbagai program yang bermuara kepada pengndalian polusi udara yan diakibatkan buangan kendaraan bermotor, seperti pembatasan jumlah kendaraan bermotor, pemakaian BBM yang ramah lingkungan, ataupun gerakan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan lain sebagainya.

Car Free day, atau dalam bahasa indonesianya hari bebas kendaraan bermotor awal mulanya tercetus oleh ide dari Mentri Lingkungan hidup perancis pada 22 september 1998. Ide ini muncul untuk memperbaiki kualitas udara di beberapa kota besar akibat polusi udara yang disebabkan pembakaran tidak sempurna kendaraan bermotor. Dan sejak saat itu diadaptasi diberbagai negara dengan berbagai nama seperti Carless day, In town without my car atau Car using-Diet.

Seiring dengan semakin terasanya dampak dari perubahan iklim akibat perusakan lingkungan, yang diakibatkan salah satunya oleh polusi udara, program Car Free day mengalami booming. Di indonesia sendiri Car Free day pertama kali dilakukan di kota jakarta pada 28 April 2008. Hingga hari ini respon positif banyak di terima akibat pelaksanaan Car Free Day, karena efeknya yang walau sedikit telah dapat mengurangi kadar polusi di beberapa kota besar. Selain jakarta sebagai ibukota negara RI, kota lain yang telah melaksanakan Car Free day adalah Balikpapan, Medan dan beberapa kota besar lain.

Awalnya Pelaksanaan Car Free day di jakarta dilakukan sekali sebulan yaitu pekan keempat setiap bulan, tapi karena dampaknya mulai terasa maka pelaksanaan ditambah menjadi 2x sebulan oleh PemProv DKI. Pelaksanaan Car Free day 2 x sebulan dilakukan di kawasan sudirman-Thamrin. Gubernur Fauzi Bowo mengatakan penambahan jumlah pelaksanaan Car Free day itu dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara kota jakarta yang tahun ini dinilai sudah membaik. Selain itu diharapkan diharapkan kualitas hidup warga jakarta semakin meningkat seiring peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik.

Selain di kawasan sudirman-Thamrin, rencananya kegiatan car free day juga akan ditambah jadwal pelaksanaannya di lima wilayah jakarta. Namun sampai saat ini belum dipastikan jadwal pelaksanaannya yang tepat.

Hasil Pengukuran kualitas udara yang dilakukan pada bulan maret menunjukkan kadar debu di jakarta berkurang sampai 40 persen, Carbon Monoksida (C0) berkurang 63 persen , dan Nitrogen Monoksida (NO)  berkurang sampai 71 persen. Itu menunjukkan bahwa program Car Free day memberi dampak yang signifikan pada perbaikan kualitas udara di jakarta. Mudah2an kegiatan seperti ini bisa di tambah pelaksanaannya dikota ini dan beberapa kota besar lain agar kualitas udara yang kita hirup sehari-hari lebih baik. Mudah2an tulisan ini bermanfaat dan salam kompasiana.

(Dari Berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun