Cinta kasih dalam kebenaran adalah karakter SINDU yang kedua setelah humanum. Penjelasan tentang karakter ini dapat diilustrasikan melalui fenomena "Free Rider" atau yang biasa kita kenal dengan istilah "Numpang Nama".
 Jika kita perhatikan dengan lebih teliti, kita dapat menyimpulkan bahwa ada 2 sudut pandang yang dapat kita ambil dari fenomena free rider ini, yaitu sudut pandang korban dan pelaku.Â
Perspektif atau sudut pandang pertama adalah perspektif korban. Posisi korban disini adalah orang yang mengajak pelaku untuk mengerjakan tugas kelompok bersama, namun pelaku tidak datang atau tidak berpartisipasi dalam pengerjaan kerja kelompok. Bagi korban, ia harus mengerjakan dua kali lipat pekerjaan yang ia seharusnya lakukan karena bagian yang seharusnya dilakukan oleh pelaku free rider tidak dikerjakan. Alhasil, korban merasa lebih lelah. Namun sisi "positif" nya adalah korban free rider mendapatkan wawasan yang lebih banyak daripada biasanya dan ia juga menjadi lebih terlatih dalam membuat tugas.
Sedangkan perspektif kedua adalah perspektif pelaku. Pelaku tidak perlu melakukan kerja keras untuk mendapatkan nilai, karena tugasnya sudah dikerjakan oleh korban. Namun, pelaku tidak mendapatkan wawasan dan skill yang seharusnya didapatkan dalam proses pengerjaan tugas.
Kesimpulannya adalah fenomena free rider ini sangat merugikan bagi kedua pihak. Sebaiknya kita menegur orang-orang yang melakukan numpang nama atau free rider ini.
Hubungannya dengan cinta kasih dalam kebenaran adalah dengan aspek "Kebenaran". Kadang kita ingin melindungi kesalahan seseorang hanya karena seseorang itu adalah teman kita. Itu adalah tindakan cinta kasih, namun tidak benar. Hal yang benar untuk dilakukan adalah untuk menegur teman tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H