Mohon tunggu...
Agung Budi Santoso
Agung Budi Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan teknik dan penulis lepas tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Engineering consultant, content creator, and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pantai Kenangan

9 Desember 2014   04:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:44 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku masih mengingatnya dengan jelas hari ini Senin, 1 Desember 2014 sepuluh tahun yang silam dia masih disampingku. Ya, kekasihku yang tak kan pernah ada lagi. Dan sekarang di pantai ini aku datang sendiri. Tanpa didampingi seorang gadis mungil bernama Nadia. Sesaat kunikmati indahnya panorama pantai di sore hari. Hembusan angin yang semilir menambah aura romantis sepuluh tahun silam.

Ya, dulu setiap Sabtu sore kami selalu menghabiskan waktu di pantai. Masih kusimpan kenangan manis itu. Hingga tiba-tiba aku terkejut melihat seorang gadis di sebelah kanan tempat aku berdiri. Gadis itu mirip Nadia.

Apakah betul Nadia hidup kembali ? Aku tak percaya. Antara ragu dan tidak, kuberanikan diri untuk menyapanya.

“Emm ...maaf. Apakah kamu bernama Nadia ?”

“Kamu siapa sih tahu-tahu nyelonong aja. Namaku Shela !!”

Tanpa basa-basi gadis itu langsung beranjak pergi. Wah, agak jutek nih rupanya gadis ini. Ternyata aku salah orang. Aku pun terdiam dan menyalahkan diriku sendiri. Rasanya tidak mungkin lah orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali. Ya, Nadia memang sudah meninggal. Gara-gara penyakit talasemia yang sudah tak dapat ditolong lagi oleh dokter. Aku memang sangat kehilangan, hingga tanpa sadar gadis di pantai itu kupanggil Nadia. Aku tak mau larut dalam kesedihan. Walau di pantai ini aku sendirian, aku berusaha menghibur diri. Kuambil smartphoneku dan kupotret obyek-obyek yang menurutku tapak begitu indah.

Dulu sewaktu Nadia masih hidup, aku sangat terpesona sekali dengan paras Nadia. Dia imut, lucu dan lesung pipitnya membuatku tak bisa tidur. Namun sekarang pantai ini hanya menjadi saksi bisu kisah kasihku yang berakhir kelabu. Sampai saat ini aku belum bisa menemukan pengganti Nadia. Sangat susah mendapatkan gadis yang mirip dengannya.

***

Setelah sun set di pantai usai, aku beranjak pergi untuk pulang ke rumah. Sejenak sebelum kunaiki sepeda motorku, aku mengupload foto-foto di pantai ke facebook. Lalu tak lama kemudian sepeda motorku sudah melaju meninggalkan pantai kenangan.

Sesampai di rumah, ada notifikasi di smartphoneku. Wah, fotoku ternyata mendapat koment dari teman di facebook.

“Lagi galau ya pergi ke pantai sendirian ?” Begitulah koment di facebookku. Aku tak lantas menjawab koment itu. Hanya kulihat saja siapa yang memberi koment. Dan ternyata sahabat lamaku yang sekarang sudah tinggal di Medan. Dia dulu sahabat yang mengenalkan aku dengan Nadia. Namanya Mira. Namun nasib Mira berbeda denganku. Dia sudah menikah dan punya anak satu. Sedang aku kini menjadi jodi alias jomblo ditinggal mati. Hmmm....sejenak kuhela nafas panjang dan kuambil sebatang rokok peneman sepi. Entah berapa batang kuhabiskan bungkus rokok yang ada di saku. Aku kembali asyik menyalakan PC mengerjakan tugas-tugas kantor. Hingga tepatnya pukul 8 malam Mira mengirim pesan ke BBM.

”San, kamu masih tetep jomblo aja ya semenjak ditinggal Nadia ?”

Kubalas BBM itu, “Ya, sangat susah mendapatkan pengganti Nadia, Mir.”

“Aku ada temen baru lagi nih, mau nggak aku kenalin ?”

“Ah, aku belum siap, Mir. Aku sudah terlanjur baik dengan keluarga Nadia. Aku belum berfikir untuk mencari pengganti Nadia.”

Lalu Mira pun segera mengakhiri pesannya setelah membaca balasanku. Kembali aku mengerjakan pekerjaan kantor yang aku bawa ke rumah. Hingga tepat pukul 12 malam karena sudah mengantuk aku putuskan untuk tidur. Entah karena capek atau terbawa larut suasana pantai tadi sore. Aku bermimpi Nadia memelukku erat. Dia memakai celana jeans dan kaus putih. Dia mengajakku bermain-main di pantai. Dan aku pun meladeni ajakan Nadia. Kami asyik bermain-main di pasir putih. Namun mimpi itu tidak berlangsung lama. Karena aku terbangun mendengar suara kucing yang lagi berantem di samping rumah. Kulihat jam weker ternyata masih pukul 2 dini hari.

”Sialan !!! Lagi-lagi enak mimpi romantis dibangunin ”

Aku pun beranjak ke luar rumah dan mengusir kucing yang lagi berantem. Dan setelah itu kulanjutkan tidur lagi. Siapa tahu mimpinya berlanjut. Eh, ternyata tidak. Hingga subuh datang sosok Nadia tidak hadir di dalam tidur. Lantas aku pun bangun untuk sholat subuh. Dan kubuka facebook eh...ternyata banyak juga yang koment di status facebookku. Semua koment bernada memuji foto-foto pantai yang aku upload ke facebook. Senangnya hatiku. Walau Nadia telah tiada, tapi pantai kenangan itu bisa mengobati rinduku kepada Nadia. Selamat tidur panjang Nadia. Kucium foto Nadia yang ada di smartphoneku.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun