Mohon tunggu...
Agung Budi Santoso
Agung Budi Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan teknik dan penulis lepas tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Engineering consultant, content creator, and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Guru Hanya Mengandalkan Text Book

4 Januari 2014   09:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menghidupkan suasana kelas ketika dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah semudah yang kita bayangkan. Seorang guru sebelumnya harus memiliki RPP atau lesson plan yang tentunya mengacu kepada kurikulum yang ada. Seorang guru harus mampu menguasai suasana kelas, karena guru akan bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam belajar mengajar. Jaman dulu ketika saya menjadi murid dikenal adanya sistem CBSA yaitu Cara Belajar Siswa Aktif, tapi prakteknya malah menjadi Catat Buku Sampai Abis hehehe....

Sekarang dikembangkan lagi model EEK alias Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi. Dengan model seperti ini sebenarnya mirip dengan CBSA hanya saja peran guru tetap menjadi pendamping ketika murid sedang mengeksplorasi suatu mata pelajaran tertentu. Murid diajak oleh guru untuk mempelajari dan mengenal topik tertentu yang sudah disesuaikan dengan kurikulum dan RPP/lesson plan. Lesson plan yang matang dan guru yang sudah paham tentu akan mampu menghidupkan suasana kelas sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi hidup. Murid tidak bosan, dan senang terhadap pelajaran dan guru bukanlah sosok yang harus ditakuti.

Pada tahap elaborasi, butuh penegasan kembali. Dengan diberinya latihan soal, tugas diskusi, menganalisa hasil eksplorasi untuk kemudian diambil kesimpulan. Baru pada tahap konfirmasi, siswa kita tanya sejauh mana pemahaman mereka terhadap topik yang sudah diajarkan. Apakah ada kesulitan dan apa kesimpulan dari proses eksplorasi dan elaborasi. Serta mungkin kita tawarkan saran-saran dari siswa untuk pertemuan yang akan datang sebaiknya dengan model apa pelajaran akan disampaikan oleh guru kepada murid.

Ya, model pembelajaran memang bisa dengan LCD projector dan slide powerpoint, tetapi bagi sekolah yang belum mampu membeli apa harus kita paksakan. Tentu tidak begitu caranya, karena keterbatasan dana masing-masing sekolah tidak sama. Yang jelas supaya kegiatan belajar mengajar menjadi menarik dan suasana kelas hidup diperlukan seorang guru yang kreatif tidak hanya mengandalkan text book atau LKS saja. Seorang guru harus mampu mengembangkan alat bantu pembelajaran, termasuk alat peraga, studi kasus, dan topik diskusi yang hangat. Sehingga murid tidak bosan dan kehadiran pada hari berikutnya selalu dinanti.

Apalagi jika seorang guru mendapat jam pelajaran di saat jam terakhir. Tentu murid sudah capek dan lelah, kalau guru dalam menyampaikan pelajaran terlalu serius tidak diselingi dengan humor pasti murid akan mudah ngantuk dan kurang antusias dalam menerima pelajaran, yang berdampak pada KKM yang tidak memuaskan. Jadi seorang guru jaman sekarang tidak boleh hanya mengandalkan text book saja atau LKS. Itu namanya guru yang malas dan kurang kreatif.

Guru yang disukai oleh murid adalah guru yang egaliter, guru yang mampu menjadi sahabat sekaligus narasumber ilmu bagi murid-muridnya. Walaupun guru bukanlah satu-satunya orang yang paling hebat. Karena di jaman internet bisa saja murid lebih tahu ketimbang guru dan guru jangan sampai ketinggalan dengan murid-muridnya. Guru yang kolot dan ortodok akan semakin dijauhi oleh murid. Dan akibatnya murid juga malas mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru yang katrok.

Ok, ini mungkin sentilan kecil buat para guru dan tenaga pendidik agar di dalam melakukan kegiatan belajar mengajar lebih hidup suasananya di kelas. Pengalaman penulis akan sangat menjengkelkan jika guru berkata "Ada pertanyaan ?" terus tak ada respon dari murid. Tapi ketika dikasih pertanyaan dari guru, tak ada satu pun yang mau menjawab. Nah, anda sebagai guru pun akan bingung. Jangan-jangan murid ini bisa menerima pelajaran atau tidak. Kok no respon sama sekali.

Pesan terakhir dari penulis adalah model pengajaran dengan cara "Catat Buku Sampai Abis" adalah model pembelajaran yang kuno dan membosankan. Sekarang jaman multimedia manfaatkan fasiltas yang ada, atau kalau tidak gunakan alat peraga dari barang bekas misalnya. Jadi murid tidak mendapat ilmu hanya teori saja. Minimal pernah merasakan, mempraktekkan, dan mengetahui metode ilmiah dalam rangka proses mencari suatu kebenaran dari sebuah ilmu. Dan penulis yakin ini justru akan membekas di hati para murid-murid yang antusias ingin belajar. Sekian terima kasih. Salam kompasiana !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun