Rencana pembangunan PLTN di Indonesia merupakan pembicaraan yang selalu menuai polemik serta pro dan kontra di Indonesia. Padahal amdal dan segala sesuatunya telah dipersiapkan dan direncanakan secara matang. Bahkan kita juga sudah punya reaktor di UGM dan di Serpong. Lalu masalahnya kenapa nggak jadi dibangun-bangun. Memang membangun PLTN lebih mahal dilihat dari sisi investasi ketimbang membangun PLTU. Tapi ditinjau dari sisi operasional PLTN dalam jangka panjang lebih murah.
Lalu apa sebenarnya yang ditakutkan jika PLTN jadi dibangun di Indonesia. Menurut penulis ada dua yaitu : senjata nuklir dan limbah radio aktif.
1. Senjata Nuklir
Negara Indonesia pada tahun 1957-58 telah menandatangani NPT bersama dengan negara-negara lain, kecuali Cina, Perancis, Israel, Afrika Selatan, Brazil, India, Pakistan, Argentina, dan Korea Utara. Apa itu NPT ? NPT adalah Nuclear Non-Proliferation Treaty, yang intinya menghindarkan pembiakan senjata nuklir. Negara-negara yang tidak menandatangani NPT bebas untuk membangun PLTN sendiri. Negara Iran saja oleh Amerika Serikat dicurigai mengembangkan pembiakan senjata nuklir. Kalau di Indonesia yang jelas warganya masih takut oleh bencana nuklir. Sebagaimana bahaya radiasi nuklir sangat tidak bersahabat dengan manusia.
Batas-batas radiasi nuklir yang aman bagi manusia adalah :
a.Pekerja dalam lingkungan PLTN < 5 rem/tahun b.Perorangan bukan pekerja di PLTN < 0,5 rem/tahun c.Orang banyak (sebagai kelompok) < 0,17 rem/tahun Secara statistik, 1 rem akan menghasilkan satu kasus kematian akibat kanker per 10.000 orang dalam kurun waktu 20 tahun. Inilah yang ditakutkan di Indonesia selain kemungkinan membuat senjata nuklir, PLTN memiliki potensi bahaya radiasi yang mengancam jiwa manusia.
2. Sampah Nuklir
Menyimpan limbah radio aktif bukanlah soal yang sepele. Limbah tidak boleh dicampur dengan air tanah. Tidak boleh dibuang ke laut. Sampai saat ini limbah radio aktif masih disimpan di dalam PLTN dan ditumpuk dengan kelajuan 20 m kubik setiap tahun setiap reaktor. Dan sampai saat ini belum ada negara yang berani mengubur limbah radio aktif di dalam tanah. Disamping itu daya guna PLTN kurang efisien jika dibanding PLTU batu bara dan PLTU biasa.
Itulah mengapa rencana pembangunan PLTN di Indonesia serasa hidup segan mati tak mau. Padahal secara prinsip negara kita sebenarnya sudah mampu. Wong orang-orang dari BATAN tentunya sudah kompeten mengelola sebuah PLTN. Di internet pun banyak bertaburan software simulasi pengoperasian sebuah PLTN. Intinya secara tekno-ekonomi-sosial pembangunan PLTN masih banyak mendapat penolakan. Dan di PT. PLN (Persero) sendiri nampaknya pembangunan PLTU Batu Bara, PLTU Panas Bumi, dan PLTGU masih menjadi primadona untuk menghasikan listrik secara massal.
Bahan referensi :
Energi dalam Masyarakat Modern
Hasil saduran Gerry van Klinken
Penerbit Satya Wacana-Semarang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI