Mohon tunggu...
Agung Budi Santoso
Agung Budi Santoso Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan teknik dan penulis lepas tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Engineering consultant, content creator, and traveler.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sektor Industri dan Pasokan Energi Listrik

8 Juni 2014   22:25 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:40 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14022157931346024396

Membicarakan sektor industri di Indonesia nampaknya tak dapat lepas dari pasokan energi listrik. Sektor industry di bidang manufaktur memang hanya mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Sebagai contoh industry garmen atau apparel yang mengolah kain menjadi pakaian jadi. Atau kalau di industry plastic mengolah bijih plastic menjadi raffia atau karung plastic. Menenun benang plastic menjadi karung plastic.

Karena mesin-mesin manufaktur kebanyakan digerakkan oleh listrik. Maka membangun pertumbuhan di bidang industry tidak lepas dari pasokan energy listrik. Ada kencenderungan semakin tinggi pertumbuhan di sector industry akan semakin meningkat permintaan akan energy listrik. Maka tak mengherankan bila di PT. PLN (Persero) ada program pembangunan pembangkit listrik baru dan pembangunan gardu induk baru.

Kebutuhan energy listrik di pulau Jawa banyak terserap di propinsi Banten, Jabar, dan DKI. Di Jawa Tengah tidak terlalu banyak karena sector industry di Jawa Tengah jumlahnya tidak banyak. Di Jawa Timur sector industry lumayan bagus bila dibanding dengan Jawa Tengah. Pembangunan pembangkit listrik di Tanjung Jati dengan tegangan 500 kV pun setelah mampir di GITET Ungaran, aliran dayanya banyak yang lari ke barat alias propinsi Banten, Jabar, dan DKI. Kalau gak percaya lihat saja aliran daya di bawah ini.

Screenshot diambil oleh penulis dari situs http://bops.pln-jawa-bali.co.id

Dari fakta seperti ini maka penulis beropini bahwa kalau mau membangun industry di luar pulau Jawa ya perlu memperhatikan pasokan energy listrik di luar pulau Jawa. Sistem listrik yang sudah terinterkoneksi akan meningkatkan stabilitas dan keandalan pasokan energy listrik. Di Sumatra dan Sulawesi system interkoneksinya sudah lebih bagus jika dibanding dengan Kalimantan. Di pulau Kalimantan masih terfokus di Kalimantan Timur karena di propinsi itu memang cukup banyak sector industrinya.

Koordinasi pembangkit thermal dan hydro perlu dijadwalkan secara optimal. Karena kalau bicara pasokan energy listrik kita perlu mempelajari terlebih dulu kurva beban listrik di daerah yang bersangkutan. Kurva beban listrik terdiri dari dua bagian yaitu beban dasar dan beban puncak. Terjadinya beban puncak umumnya menjelang sore hingga malam hari dan nanti akan turun mulai dini hari hingga menjelang siang.

Dengan harga BBM yang semakin mahal sekarang ada kecenderungan sector industry membeli listrik ke PLN karena mungkin lebih murah. Namun monopoli listrik yang dikuasai oleh PLN jika tidak dikelola dengan baik tentu akan ada kecenderungan sector industry membangun pembangkit sendiri. Tarif listrik memang berbeda dengan tarif BBM. Mengingat energy listrik dapat dibangkitkan dengan berbagai cara. Ada yang mengkorvesri potensi energy hidro, ada pula yang mengkonversi energy surya, mengkonversi energy panas bumi dan lain sebagainya. Sedang BBM sangat tergantung kepada sumur minyak yang ada di negara ini. Jika negara ini enggan melakukan eksplorasi minyak ya alternatifnya kembangkanlah bio energy atau BBN (Bahan Bakar Nabati).

Yang jelas melalui tulisan ini penulis hendak menggarisbawahi bahwa pertumbuhan sector industry yang pesat tentu akan membutuhkan supplay listrik yang besar pula. Dan nampaknya hubungan antara sector industry dan supplai listrik akan berlaku hubungan yang berbanding lurus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun