Teknologi sekarang sudah sangat maju. Peristiwa dan pemandangan alam yang indah kita bisa abadikan dengan sempurna. Bahkan ada yang berani meng-klaim kalau mampu mengabadikan lebih indah dari warna aslinya.
Teknologi yang seperti ini tidak datang tiba-tiba. Tapi perlu proses evolusi. Awalnya teknologi yang ada hanya bisa mengabadikan dan menampilkan dua warna yaitu hitam dan putih. Pembedaan warna mungkin ada dengan cara gradasi warna hitam menjadi abu-abu. Tapi pada dasarnya hitam dan putihlah yang menonjol.
Teknologi TV berwarna pun baru diperkenalkan pada tahun 1950-an. Bahkan keluarga kami baru punya TV berwarna pertengahan tahun 1970-an. Sekarang dengan teknologi 4K, kualitas gambar dan warna sudah sangat luar biasa. Ada juga TV yang memiliki teknologi 4 warna dasar, sehingga bisa menampilkan hampir semua jenis warna. Mejikuhibiniu, begitu kata guru kita dulu.
Tapi sayang, saat ini kita sering lupa kalau dunia itu berwarna. Kita hanya berfikir bahwa dunia itu hitam dan putih. Keindahan warna dunia dilupakan dan tidak ingin dilihat. Hanya hitam dan putih saja yang tampak.
Itulah yang terjadi kalau kita hanya berfikir bahwa kebenaran mutlak itu adalah yang kita punya. Orang lain yang dianggap tidak sama dengan pandangan kita berarti orang itu salah. Milik kitalah yang paling benar. Yang benar itu hitam, kalau selain hitam berarti salah. Atau sebaliknya.
Paling kentara adalah pada saat kita melakukan posting sesuatu di medsos dan tiba-tiba ada yang keberatan atas postingan kita. Langsung saja kita antipati dan keluar fikiran hitam - putih : It's me against the world.
Padahal dunia ini berwarna. Yang tidak menanggapi positif pandangan kita kemungkinan :
- memang musuh kita yang berlawanan pendapat dengan kita, atau
- tidak tertarik dengan topik yang dibicarakan dan belum tentu musuh kita,
- sedang banyak persoalan dan tidak ingin menambah masalah baru, atau
- dan lainnya