Triyatni: Guru, kami lelah. Begitu banyak waktu terbuang untuk hal yang sia-sia.
Guru: Allah tak pernah menciptakan kesia-siaan.
T: Banyak kesia-siaan, guru. Kami bekerja dengan baik, tetapi selalu ada yang mengabaikan hasil kerja kami. Mereka selalu merasa bisa berbuat yang lebih baik.
G: Biarkan saja!
T: Mengapa harus dibiarkan, guru?
G: Kalau kerjaan kalian baik, mereka akan kembali mengerjakan seperti yang telah kalian kerjakan.
T: Bukankah lebih baik mereka mengakui saja pekerjaan kami?
G: Semua manusia butuh panggung. bukan hanya kalian. Mereka juga berhak untuk mendapat tepuk tangan.
T: Dengan keburukan yang mereka ciptakan?
G: Ya, bahkan yang kalian sebut keburukan itu ada harganya.
T: Mana ada keburukan yang berharga?
G: Bagaimana kalian tahu tentang kebaikan kalau tidak ada keburukan?
T: Tetapi guru, ini soal karya cipta. Mereka hanya merusaknya.
G: Bukankah dengan merusak, kemudian akan ada yang memelihara? Itulah siklus kehidupan.
T: Maksud guru?
G: Allah itu maha sempurna. Dialah pencipta agung, perusak yang kejam, dan pemelihara yang penuh cinta. Kalian hanya manusia yang sempurna dengan keterbatasan kalian.
T: Maksud guru?
G: Di dalam menjalankan tugas sebagai hamba, kalian harus tahu tugas masing-masing. Ada yang ditugaskan sebagai pencipta, perusak, atau pemelihara. Tidak ketiga-tiganya. Jalankan tugas kalian dengan baik sesuai kodrat masing-masing.
T: Bagaimana kalau disatukan, guru?
G: Itulah sejahat-jahatnya tipuan. Kalian tidak pernah mampu hadir dengan wujud kalian yang sebenarnya. Bukan hanya membohongi orang lain, tetapi juga membohongi diri kalian sendiri.DIALOG
Triyatni: Guru, kami lelah. Begitu banyak waktu terbuang untuk hal yang sia-sia.
Guru: Allah tak pernah menciptakan kesia-siaan.
T: Banyak kesia-siaan, guru. Kami bekerja dengan baik, tetapi selalu ada yang mengabaikan hasil kerja kami. Mereka selalu merasa bisa berbuat yang lebih baik.
G: Biarkan saja!
T: Mengapa harus dibiarkan, guru?
G: Kalau kerjaan kalian baik, mereka akan kembali mengerjakan seperti yang telah kalian kerjakan.
T: Bukankah lebih baik mereka mengakui saja pekerjaan kami?
G: Semua manusia butuh panggung. bukan hanya kalian. Mereka juga berhak untuk mendapat tepuk tangan.
T: Dengan keburukan yang mereka ciptakan?
G: Ya, bahkan yang kalian sebut keburukan itu ada harganya.
T: Mana ada keburukan yang berharga?
G: Bagaimana kalian tahu tentang kebaikan kalau tidak ada keburukan?
T: Tetapi guru, ini soal karya cipta. Mereka hanya merusaknya.
G: Bukankah dengan merusak, kemudian akan ada yang memelihara? Itulah siklus kehidupan.
T: Maksud guru?
G: Allah itu maha sempurna. Dialah pencipta agung, perusak yang kejam, dan pemelihara yang penuh cinta. Kalian hanya manusia yang sempurna dengan keterbatasan kalian.
T: Maksud guru?
G: Di dalam menjalankan tugas sebagai hamba, kalian harus tahu tugas masing-masing. Ada yang ditugaskan isebagai pencipta, perusak, atau pemelihara. Tidak ketiga-tiganya. Jalankan tugas kalian dengan baik sesuai kodrat masing-masing.
T: Bagaimana kalau disatukan, guru?
G: Itulah sejahat-jahatnya tipuan. Kalian tidak pernah mampu hadir dengan wujud kalain yang sebenarnya. Bukan hanya membohongi orang lain, tetapi juga membohongi diri kalian sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H