Mohon tunggu...
Triyatni Martosenjoyo
Triyatni Martosenjoyo Mohon Tunggu... -

dosen, arsitek, di Program Studi Arsitektur Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Malam di Bandara Internasional Soekarno Hatta

27 Agustus 2013   03:11 Diperbarui: 4 April 2017   17:56 3728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangkaian perjalanan Makassar – Fukuoka, saya dan kawan-kawan dari Universitas Hasanuddin transit relatif cukup lama di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Rombongan kami berangkat dari Makassar tanggal 25 Agustus 2013 jam 20.15 WITA, terlambat 30 menit dari waktu yang direncanakan denganpesawat Garuda GA 613. Tiba di Bandara Soeta Jakarta jam 21.10 WIB. Urusan bagasi selesai sekitar jam 22.00 WIB. Perjalanan Jakarta-Fukuoka selanjutnya akan menggunakan China Airlines yang akan take off tanggal 26 Agustus 2013 jam 06.25 WIB . Oleh karena China Airlines adalah maskapai Republik Taiwan, semua pesawat mereka akan singgah di markas utama mereka yaitu Bandara Taoyuan Taipe.

Saya dan ibu Dana yang sekretaris rektor Unhas memutuskan untuk istirahat menunggu waktu keberangkatan ke Taipe, di Bandara Soeta Terminal 02. Rekan-rekan yang lain istirahat di Hotel Pop yang berlokasi di sekitar bandara. Saya memutuskan untuk tetap di bandara dengan pertimbangan waktu istirahat yang tanggung untuk menginap di hotel. Alasan pertama, pengalaman buruk saya menginap di hotel dengan waktu yang tanggung seperti ini hanya menimbulkan kelelahan. Misalnya tiba di hotel dan mengurus check ini akan membuat masuk kamar paling cepat jam 23.00 WIB. Kemudian harus check out paling lambat jam 03.00 WIB pagi. Artinya waktu istirahat dan lain-lain maksimal hanya 4 (empat) jam. Kedua, saya harus menyelesaikan makalah yang harus disetor malam ini. Bekerja di airport sangat dibantu oleh jaringan wifi yang lumayan kencang. Ketiga, saya ingin menikmati kehidupan malam di bandara.

Saya menyelesaikan makalah sambil mengamati proses check in di counter desk China Airlines yang sedang melayani penumpang dengan tujuan Hongkong dan Taipe. Penumpang yang ke Hongkong didominasi oleh TKI. Mereka tampil tak bedanya dengan para mahasiswa, modis dan rapih. Hanya ketika mereka bercengkerama, terdengar dialog-dialog yang lazim di dunia kerja mereka. Di samping tempat duduk saya nampak 4 (empat) orang gadis TKI yang sibuk membongkar-bongkar koper mereka. Koper-koper besar tersebut dipenuhi dengan kerupuk yang bercampur dengan pakaian. Mereka berbisik-bisik sambil tertawa-tawa kecil.

Sekitar jam 01.00 WIB dini hari, makalah saya rampung dan bisa langsung dikirim ke panitia via email. Saya keluar hall sejenak untuk mencari minuman hangat. Tempat-tempat makan sudah pada tutup kecuali Dunkin Donut. Saya membeli 2 (dua) gelas the hangat  dan 4(empat) donut seharga sekitar 75 ribu rupiah. Cukup mahal! Vending machine menyediakan minuman hangat seharga hanya 5 ribu rupiah per gelas, tetapi sayang hanya menyediakan kopi saja tanpa teh.

Hall check ini masih melayani penerbangan terakhir malam ini, ketika seorang petugas menanyakan apakah kami akan terbang dengan pesawat terakhir atau pesawat pagi. Setelah tahu bahwa kami akan terbang dengan pesawat pagi, kami dipersilahkan istirahat di luar hall, karena hall akan disterilkan. Kami keluar dari hall dan mencari tempat meluruskan punggung. Bale-bale2 kayu umumnya diisi oleh para penumpang baik pribumi maupun asing yang tertidur nyenyak. Kami mengisi bale-bale yang kosong. Saya mencoba berbaring. Nyaman rasanya bagi punggung yang kelamaan duduk. Kayu yang keras membuat energy kundalini di sumsum tulang belakang terasa mengalir dengan cepat. Walau tidur dengan iringan suara-suara petugas yang bekerja, kualitas tidur saya rasanya sangat lumayan. Sekitar 02.30 WIB, saya terbangun dengan rasa segar.

[caption id="attachment_261709" align="alignnone" width="300" caption="Penumpang pesawat yang istirahat di Bandara Internasional Soekarno Hatta"][/caption]

Toilet dari tempat istirahat kami sangat dekat. Saya dan ibu Dana bergantian ke toilet untuk membersihkan diri. Sebagai terminal internasional, toilet nampak agak kotor. Tidak ada kertas toilet yang tersedia. Pada toilet jongkok, shower bilas tergeletak di lantai yang belepotan, sedangkan pada toilet duduk, bekas sepatu memenuhi landasan toilet. Ada hal yang tidak sinkron dalam sistem menajemen kita di Indonesia. Ketika kita memutuskan bandara kita aktif 24 jam, seyogyanya sistem kebersihan kita juaga mengikuti 24 jam. Ketiadaan petugas kebersihan di malam hari padahal ada aktifitas publik akan menghasilkan penampilan kurang bersih dari bandara kita. Suasana ini akan direkam oleh para pengunjung seolah-olah bandara kita kualitas kebersihannya sepanjang hari memang demikian.

Sekitar jam 04.00 WIB, teman-teman yang menginap di hotel mulai berdatangan. Wajah mereka nampak kelelahan, karena baru bisa tidur setelah jam 01.00 WIB. Artinya mereka hanya tidur sekitar 2 (dua) jam, karena jam 03.00 WIB sudah mempersiapkan diri untuk check out. Petugas check ini di counter desk sudah siap melayani penumpang dengan tujuan Taipe dan Hongkong. Pramugari China Airlines dengan etnik Mandarin lalu lalang di depan kami. Dengan seragam bernuansa pastel ungu, menampilkan wajah-wajah segar, cantik dan kulit mereka yang sehalus sutera, adalah suplai energy sehat yang akan melayani para penumpang China Airlines CI 680 yang habis begadang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun