Ini tulisan ringan. Bukan sesuatu yang harus dicermati seperti beberapa artikel sebelum ini. Kali ini kita akan berbincang sedikit tentang aktor dalam film dan tokoh-tokoh pahlawan yang diperankannya. Sekaligus sedikit menggelitik para casting director yang telah memilah dan memilih aktor yang memerankan seorang publik figur. Seperti kita tahu bahwa dalam memilih pemeran, seorang casting director harus jeli, memperhitungkan begitu banyak alasan untuk menentukan siapakah yang akan memerankan seorang tokoh yang dikenal banyak orang. Casting director sebaiknya mempunyai intuisi yang tajam dalam menilai : karakter, kemiripan fisik, komitmen aktor, hingga attitude aktor. Karena untuk memerankan tokoh pahlawan, aktor harus dibekali sesuatu, baik itu skill teknis maupun pengolahan sukma. Kita akan coba menelisik dari film biografi pahlawan berikut ini :
RA Kartini, salah satu film Indonesia buatan tahun 70an, Mengetengahkan tema tentang perjuangan pahlawan perempuan Indonesia. Tokoh utama film ini diperankan oleh Jenny Rachman.
RA Kartini & Jenny Rachman
Kita agak meloncat sedikit ya. Ada film yang terpaksa saya lompati dan tidak dibahas disini, karena saking kompleksnya tokoh yang ada di dalamnya. Iya, film G 30 S PKI dan Tjoet Nja' Dhien. Walaupun sebenarnya kedua film ini bisa dikatakan sebagai 2 masterpiece film sejarah yang pernah dibuat di Indonesia. Sebagai obat kecewa, untuk yang belum pernah menginventaris siapa saja sih aktor yang pernah memerankan Presiden Soekarno dan di film apa sajakah? Mari, silakan ke sini .
Oke, kita lanjut ya. Mari melompat ke tahun 2001, ketika itu saya masih bekerja di kantor lama, SAV Puskat, dan kebetulan dipakai menjadi salah satu lokasi pembuatan film Marsinah. Film ini besutan sutradara Mas Slamet Rahardjo.
Pemeran Marsinah di film ini adalah Megarita, seorang aktor lulusan IKJ. Setelah berperan di film ini, dia menghilang dari dunia film. Bukan karena teror atau apapun, tapi karena dia ingin berkonsentrasi membangun rumah tangganya yang baru saja dimulai. Dan di tahun 2010 akhirnya saya bertemu Megarita lagi di Jogja dan saya ajak lagi untuk aktif di film, tapi kali ini dia lebih banyak menjadi kru, tepatnya di bagian kostum/makeup.
(alm) Marsinah, Megarita as Marsinah, dan Megarita sekarang
Kita meloncat ke tahun 2005, ketika sekali lagi sebuah film biografi pahlawan diproduksi. Kali ini adalah tentang mahasiswa demonstran yang cukup terkenal di era tahun 60an, Soe Hok Gie.
Salah satu film besar Indonesia garapan Riri Reza dan Mira Lesmana ini memang cukup berani, utamanya ketika menampilkan bendera palu arit di beberapa scenenya. Dan Nicholas Saputra diberi kepercayaan untuk memerankan tokoh Gie.
Soe Hok Gie & Nicholas Saputra
Berhubung ini bukan artikel review film, maka kita langsung lanjut saja ya. Ndak usah pakai mengkritisi filmnya.
Dan berikut ini tentang film Sang Pencerah, garapan sutradara Hanung Bramantyo.
Film produksi tahun 2010 ini mengangkat tema ketokohan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Tokoh utama di film ini diperankan oleh Lukman Sardi
KH Ahmad Dahlan & Lukman Sardi
Semakin kesini, makin banyak produksi film yang mengangkat biografi tokoh. Seperti mengumpulkan data-data dan mengemasnya dalam produk audio visual. Menyenangkan. Tapi apakah film-film ini telah memenuhi ekspektasi penonton dan kesejarahan itu sendiri? Coba baca artikel berikut yang mencoba mengkritisi film sejarah. Silakan ke artikel:Â Apa yang Ditinggalkan Film Sejarah untuk Sejarah Film?
Dan sekitar tahun 2011-2012, banyak bermunculan film biografi. Berikut ini adalah beberapa filmnya :
Reza Rahardian & Tokoh yang Diperankannya: Bapak BJ Habibie
Mgr Soegijapranata dan Nirwan Dewanto
KH Hasyim Asyari & Ikranegara
di film Sang Kiai
Soekarno & Ario Bayu
Proses pencapaian aktor adalah ketika ia mampu keluar dari dirinya dan secara terbuka mau untuk menerima tokoh baru yang harus diperankan. Aktor mampu IKHLAS dan JUJUR, inilah substansi akting yang sebenarnya. Apakah aktor-aktor diatas sudah mampu melakukan itu semua? Impact kepada penontonlah yang menjawabnya.
Dari tulisan dan foto-foto diatas dapatlah dibuat kesimpulan bahwa membuat film sejarah memerlukan ketelitian dalam segala hal, mulai dari aspek artistik hingga pemain. Utamanya di departemen kostum dan makeup, sebagai salah satu ujung tombak penciptaan karakter. Pertanyaannya apakah kemiripan pemain menjadi penting? Hmmmm...dalil ini sebetulnya telah diamini oleh para casting director, namun fenomena film Habibie & Ainun mampu menggeser dalil ini. Ketidak miripan Reza dan Pak Habibie tidak menghalangi 4,5 juta penonton untuk mengamini film ini. Yah, tentu saja ini tak lepas dari totalitas Reza dalam mempresentasikan tokoh yang diperankan.
Mohon maaf jika ada film yang belum sempat dibahas disini.
Tulisan artikel ini juga terinspirasi oleh film Sebelum Serangan Fadjar, Film berbasis sejarah yang saya kerjakan bersama teman-teman di Sanggit Citra Films . Film apakah ini? Silakan simak artikel Di Balik Layar Film Sebelum Serangan Fadjar . Untuk trailernya silakan kesini
Tetapi, sampai saat ini saya masih menunggu siapakah yang akan memerankan tokoh pahlawan kemanusiaan ini, dan masih menunggu siapa yang akan membuat filmnya
Sekian tulisan ini. Terimakasih.
Tamansari, 18 September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H